Suami Tukang Sapu Ternyata Miliarder

Pagi itu berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Rumah kecil tempat tinggal Arjuna dan Celine seolah terasa terlalu sempit untuk menampung kenyataan besar yang baru saja terungkap.

Semalam, Arjuna akhirnya membuka semua rahasia yang selama ini ia sembunyikan. Tentang siapa dirinya sebenarnya. Tentang Anatarna Group. Tentang bagaimana ia mewarisi kekayaan dari kakek dan ayahnya yang dulu membesarkan kerajaan bisnis itu. Dan tentang alasan mengapa ia memilih menjalani kehidupan sederhana: karena ia ingin dicintai tanpa nama, tanpa uang, tanpa kuasa.

Celine duduk di sisi tempat tidur, masih belum bisa berhenti menatap wajah Arjuna yang sedang mengenakan jam tangan mewahnya dengan tenang. Lelaki itu tak berubah secara fisik, tapi kini mata Celine melihatnya berbeda.

Bukan lagi sekadar pria baik hati yang bekerja sebagai tukang sapu. Tapi seorang pemilik konglomerasi besar, yang selama ini hidup dalam diam, tanpa pamrih.

“Aku masih belum tahu harus ngomong apa,” bisik Celine sambil menatap tangannya sendiri.

Arjuna menoleh, duduk di hadapannya. Ia menggenggam tangan istrinya erat.

“Aku tahu ini sulit untuk dicerna. Tapi aku tidak mau kamu tahu dari orang lain lagi. Sudah cukup aku berbohong. Mulai sekarang, tak akan ada lagi rahasia. Aku janji....”

Celine mengangguk pelan. “Kamu pikir aku marah karena kamu menyembunyikannya?” Tanya Celine.

“Tidak marah?” Arjuna balik bertanya.

“Aku sedih... karena kamu menanggung semua ini sendirian. Tapi aku juga bangga. Karena ternyata, pria yang selama ini aku perjuangkan... jauh lebih luar biasa dari yang pernah aku bayangkan.” jawab Celine haru.

Arjuna menarik napas lega. “Kalau begitu, sekarang saatnya kamu melihat dunia yang selama ini aku tinggalkan untuk mencintaimu.”

Celine mengernyit. “Maksudmu?”

Tiba-tiba, suara klakson halus terdengar dari luar. Arjuna berdiri dan meraih tangan Celine.

“Ayo. Ada kejutan untukmu.”

...****************...

Begitu pintu rumahnya dibuka, Celine mendadak terdiam di ambang pintu. Menatap Arjuna bingung.

Dua mobil mewah terparkir rapi di depan rumah sederhana itu. Satu berwarna hitam mengilap, satu lagi silver elegan. Di sisi kiri dan kanan berdiri dua pria berbadan tegap mengenakan setelan formal dan kacamata hitam.

Para tetangga mulai muncul satu per satu, mengintip dari balik jendela dan pagar. Beberapa orang bahkan berhenti berjalan, terpaku.

“Mobil siapa itu?” bisik salah satu tetangga.

“Apa Arjuna kerja jadi sopir pejabat?”

“Bukan... itu kayaknya mereka jemput Arjuna!” kata yang lain tak percaya.

Arjuna membimbing Celine turun dari teras. Salah satu pengawal membuka pintu mobil, sementara yang lain membawa koper dari dalam rumah yang sudah di siapkan Arjuna sejak awal.

Celine masih mematung. “Jun... ini semua?”

Arjuna hanya tersenyum. “Waktunya kita pulang ke rumah yang sebenarnya.”

“Rumah yang sebenarnya?”

“Ya,” jawab Arjuna sambil menggenggam tangan istrinya lebih erat.

“Tempatmu yang sesungguhnya, sebagai istri dari Arjuna Pratama Federick.”

Mereka masuk ke dalam Rolls Royce yang kini jadi kendaraan resmi mereka. Di dalam, Celine memandangi interior mewah itu dengan campuran takjub dan gugup. Bukan karena ia menyukai kemewahan, tapi karena semua ini adalah bagian dari sosok Arjuna yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

Sepanjang perjalanan, Arjuna hanya diam sambil sesekali menggenggam Celine. Ia tahu ini bukan hal yang mudah dicerna dalam satu hari.

Mobil akhirnya berhenti di sebuah gerbang besar otomatis. Setelah melewati keamanan ketat, rumah megah tiga lantai dengan taman luas dan kolam renang muncul di hadapan mereka. Sebuah istana modern.

“Jun... ini... terlalu besar untuk kita,” ucap Celine terpana. Bahkan rumah itu jauh lima kali lipat lebih besar dari rumah milik Celine dahulu sejak tinggal bersama ayahnya.

Arjuna menoleh dan tersenyum lembut. “Bukan terlalu besar. Ini sepadan dengan besarnya cinta dan perjuanganmu selama ini. Terimakasih ya” ucap Arjuna lembut. Celine hanya bisa tersenyum dalam diam.

Ketika mereka turun, pelayan membungkuk menyambut mereka di pintu depan. Arjuna menggenggam tangan Celine dan membawanya masuk ke dalam.

Ruang tamu luas dengan langit-langit tinggi menyambut mereka. Dinding dihiasi lukisan-lukisan elegan, dan aroma bunga segar menguar dari vas kristal di meja.

“Semua ini... milikmu?” Celine menoleh tak percaya.

“Milik kita sekarang,” sahut Arjuna. Sekali lagi Celine merasa hatinya melambung tinggi dan ia hanya bisa tersenyum bahagia.

Ia membimbing Celine menyusuri rumah. Ada ruang kerja pribadi Arjuna yang penuh rak buku dan dokumen bisnis. Kamar tidur utama dengan balkon yang menghadap langsung ke pemandangan kota. Dapur dengan chef pribadi. Bahkan ada ruang khusus untuk hobi dan taman kecil di belakang rumah tempat Celine bisa berkebun.

“Aku masih merasa seperti mimpi,” bisik Celine saat mereka duduk di sofa ruang tengah.

"Aku merasa bermimpi.... Arjuna... Entah bagaimana, aku tidak bisa memikirkan ini semua. Semuanya terlalu mendadak. Suami yang dulu aku anggap sangat miskin, tapi lihatlah sekarang! Suamiku itu menjadi orang yang paling kaya sejagat raya" Ucap Celine yang merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

Arjuna menatap istrinya dalam-dalam.

“Celine, aku bisa punya semuanya ini. Uang, kekuasaan, kekayaan. Tapi satu hal yang paling berharga dalam hidupku… adalah kamu. Kamu mencintaiku saat aku tidak punya apa-apa. Kamu bertahan saat semua orang menghina. Kamu tetap di sisiku ketika dunia melihatku rendah. Dan itu… tidak bisa kubeli dengan apa pun.”

Celine tak tahan lagi. Ia memeluk Arjuna erat.

“Terima kasih… karena kamu memilih jujur. Terima kasih… karena kamu memilihku.”

Pelukan itu lama. Dan ketika mereka melepaskan diri, mata mereka saling bertemu dengan cahaya baru—bukan lagi sekadar cinta, tapi pengakuan. Bahwa kini mereka melangkah bersama, bukan lagi di jalan sempit dan berlubang, tapi di jalur yang terang—dengan saling percaya dan tanpa rahasia.

Dan di luar rumah mewah itu, dunia akan segera tahu: bahwa wanita sederhana, mandiri dan pekerja keras bernama Celine adalah permaisuri dari pria yang tak pernah mereka duga sebagai raja.

"Ehem..... Maaf kakek menganggu ya?"

Celine dan Arjuna melepaskan pelukannya masing-masing sambil tersenyum malu.

Kakek Mario datang. Arjuna segera menyambut kakeknya yang renta dan membawanya duduk.

Celine terlihat menundukkan Kepala. Ia sangat malu setelah bertemu dengan kakek Mario. Sungguh, jika di bandingkan dengannya, nama kakek Mario jauh lebih besar dibandingkan dengan nama keluarga nya.

Terakhir, mereka bertemu saat pengumuman pemenang dari kompetisi 10 triliun. Celine benar-benar tidak menyangka akan menjadi menantu keluarga Federick yang berkuasa. Ini benar-benar terasa seperti mimpi.

"Celine. Saya sudah mendengar tentang kamu dari Arjuna. Terimakasih karena sudah baik kepada cucuku. Tidak salah Arjuna memilih mu sebagai istrinya" ucap Kakek Mario tulus.

Celine menatap kakek dengan wajah terharu, "Kakek. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Arjuna orang yang baik. Dia pantas mendapatkan kebaikan juga dari orang lain. Selain itu, Aku menyukainya, karena dia laki-laki yang tidak pernah melihatku dari apa yang aku punya. Dia tetap baik kepada siapapun.... " ucap Celine, menatap Arjuna penuh kagum.

Arjuna tersenyum.

Suasana hari itu pun penuh dengan perasaan bahagia. Keluarga yang terpisah puluhan tahun, kini berkumpul dengan penuh suka cita. Selain itu, cinta Arjuna dan Celine semakin nyata. Mereka mulai menunjukkan saling memiliki. Penuh rasa sayang yang mungkin tidak akan pernah terpisahkan lagi.

.

.

.

Bersambung.