Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Histeris Mami
"Akhirnya selesai juga" seru Aminah dengan tubuh terasa lelah karena seharian membuat kue.
Arumi tiba di ruangan tempat Aminah membuat kue. "Loh kok sudah kinclong?"
"Cape sekali, Rum" kata Aminah duduk di kursi kayu sambil menikmati sebotol minuman dingin.
"Ta ... tapi, Minah?"
"Tapi apa? Kalo ngomong jangan sepotong- sepotong"
"Mmm ..., kamu tidak buat Pancake lagi?"
"Memang siapa yang pesan? Lagi pula bahan kue nya habis, Rum"
Arumi menahan setengah air liur nya di antara dinding mulut serta lidah nya dan menelannya dengan perlahan, setelah Aminah mengatakan stok bahan kue habis untuk membuat pancake.
"Bisa repot ini kalo si Minah tau kue pancake nya gue kasih Kakek tadi"
"Kenapa dengan wajah mu?" Tanya Aminah.
"Hehehe ..., kue pancake nya" jawab Arumi sambil menunjuk ke arah meja kasir seolah ada yang hilang.
Aminah tidak mengerti maksud Arumi. "Kamu tuh kenapa sih" sambil berjalan menuju meja kasir. "Tidak ada yang aneh kok di Meja? Masih seperti biasa itu meja!" Sambung kembali Aminah dengan polos.
Aminah tak menyadari maksud Arumi soal kue pancake tidak ada di meja kasir, karena sudah di berikan kepada Kakek atau Papi Maher oleh Arumi.
"Nah itu dia, gak ada apa-apa kan?" polos Arumi sambil memainkan jari dibelakang punggung.
"Dasar ...!" balas Aminah mencibir.
"Hehe ..." tawa tipis Arumi. "kapan sadar nya lo Minah, itu kue pancake udah gue kasih si Kakek!" Sambung Batin Arumi dengan wajah sedikit ketakutan.
"Ya sudah, kita Tutup Toko yuk, aku ingin sekali merebahkan tubuhku di atas kasur" Kata Aminah
"Mmm ..., ayuk" balas Arumi setengah gugup.
Aminah lekas merapihkan semua Rak kaca serta membalikkan papan Nama Open menjadi Close menandakan Toko sudah tutup. Setelah itu, Aminah menggendong tas kecil yang berisi uang hasil penjualan hari ini.
Arumi tampak masih gugup karena tidak tahu harus melakukan apa di dalam Toko, "Ya Tuhan, mudah-mudahan si Minah lupa beneran sama kue Pancake untuk Mami Maher" Batinnya menyinyir berdoa.
"Lets go, Rum ..." kata Aminah sudah memakai helm dari dalam Toko dan berjalan perlahan keluar menuju parkiran motor.
Namun, Arumi tertinggal di belakang dengan ekspresi wajah gugup dan tidak karuan. Sesekali, ia menutup kepanikan nya dengan senyum terpaksa saat Aminah melihat nya.
"Duh ..., kok jadi gini gue" batin Arumi merasa bodoh dan bersalah saat hendak keluar Toko.
"Srelek ..., cekrekk" suara rolling door di tutup Aminah sekaligus mengunci nya.
"Ok, sekarang waktu nya ke bengkel Maher" seru Aminah berjalan lebih cepat dari pada Arumi.
Saking cepat nya langkah Aminah yang tidak sabar ingin bertemu Maher, untuk memberi kan kue pancake pesanannya. Ia sudah duduk manis di motor Vespa Arumi sambil menatap serius Arumi yang berjalan begitu lambat.
Teriak Arumi, "Ayok Rum cepat, nanti keburu macet!"
"Iy ..,iya Minah" jawab nya sambil garuk-garuk kepala dan mengeluarkan kunci Vespa.
Arumi lekas menyalakan Vespa dengan perasaan serba salah, ia takut Aminah tersadar soal kue Pancake untuk Mami nya Maher tidak ada.
"Eh .., eh .., eh ..., tunggu Rum!" Kata Aminah dengan wajah tiba-tiba bingung dan lekas turun dari Vespa yang sudah menyala.
"Nah kan, mulai sadar kan dia" batin Arumi sambil menelan air liur nya sekaligus karena perasaan bersalahnya.
"Kaya nya ada kurang deh, Rum?" Kata Aminah seraya menumpangkan kedua lengan nya di atas pinggang sambil melihat Arumi.
"Mm mm .., app ..., apa tuh?" jawab patah-patah Arumi.
"Pantas saja dari tadi ada yang aneh, ternyata pancake toh yang kurang! Jadi, mana pancake nya, Rum? Kau taruh dimana itu kue Pancake" Tanya Aminah menyinyir panjang, ia mulai menyadari soal Pancake nya yang tidak di bawa oleh Arumi.
"Nah itu dia yang mau aku omongin dari tadi sama lo!" Jawab polos Arumi sambil mencibir kan bibir nya.
"Maksud mu, Rum?"
"Sama si Kakek?"
"Kakek siapa?"
Arumi menjelaskannya dengan perlahan dan berusaha tenang. "Jadi, Pancake itu aku kasih si Kakek yang tadi berada di Toko sama aku!"
"Apa ...?!" Teriak kaget Aminah.
"Hehe ..."
"Rum serius, jangan main-main!" Kata Aminah melototi nya.
"Aku serius kok" jawab nya dengan wajah lugu seperti anak-anak.
"As salam ..., Rum. Kenapa kamu berikan sama si Kakek? Kan aku sudah bilang jangan di jual"
"Masalah nya, si Kakek bawa-bawa umur segala, jadi gue ngerasa kasian sama dia"
"Aduh Rum ..., gimana ini, aku gak enak sama Maher. Mana sudah janji lagi aku" keluh Aminah dengan panjang.
"Ya maaf, gue kira masih ada bahan kue untuk bikin pancake lagi! Tau nya sudah habis. Ya sudah deh, aku pura- pura nggak tau tuh" balas Arumi begitu enteng dengan perkataan nya.
Aminah marah besar terhadap Arumi yang begitu menyepelekan soal pancake untuk Mami Maher. "Kamu tuh Rum, ada-ada aja deh, segala bikin masalah di saat seperti ini" keluh kesal Aminah.
"Iya maaf, Minah! Nanti gue deh yang jelasin sama Maher"
Di Bengkel Maher, Papinya tengah sibuk menikmati kue Pancake madu di hadapan Maher, dengan wajah penuh keceriaan. Maher hanya menatapi Papi nya yang begitu lahap memakan ku pancake.
"Kamu yakin tidak mau pancake ini?" Kata Papi nya sambil mengunyah.
"Gak Pi ..." jawab nya padat.
"Ya sudah, Papi habiskan saja deh"
Maher membisiki Robi yang berada di sebelahnya. "Gimana cerita nya itu Papi gue dapet Pancake Madu dari Aminah?"
"Tadi Papi ke Toko Aminah" balas bisik Robi.
Maher terkaget dengan sekaligus memasang ekspresi wajah nya dengan kedua bola mata hampir keluar. Robi hanya tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa lagi.
"Jadi, Papi sudah ketemu Aminah?" Batin Maher tak mengelak dari pandangan Papi nya yang menikmati Pancake dengan lahap.
"Kring ..., kring ..." suara telpon Maher berdering tanda panggilan masuk dari Mami nya.
"Ya halo Mi .." jawab nya dan Papi Maher seketika melihat serius Maher sedang berbicara dengan istrinya sambil melahap setiap satu sendok berisi kue Pancake.
"Kamu dimana sih, ayok jemput Papi" jelas Mami di balik ponselnya.
"Masalah nya Papi sudah ..." kata Maher terpotong sekaligus oleh Mami. "Jangan banyak alasan, ayok cepat jemput Mami, kita ke bandara sekarang! Mami sudah cantik ni" sambung kembali Mami yang sudah tampil cantik.
Maher lekas menekan menu pada ponselnya untu berpindah ke mode Video Call. Di balik layar ponsel Maher yang sudah terhubung ke Mami nya, seketika memenuhi layar ponsel mereka oleh wajah Papi nya yang tengah sibuk makan ku Pancake.
"Papi .... iiiiiii, oh my god, oh my god!" Histeris Mami setelah melihat Papi sudah berada di bengkel Maher sambil mengipas wajah nya oleh kelima jarinya.
Papi hanya menunjukkan wajah polos nya dan terus melahap pancake dengan santai tanpa memperdulikan istrinya yang histeris di dalam layar ponsel Maher.
"Oh tidak, Papi please jangan di teruskan! Oh my god, panas sekali hati ini, sebel, sebel, sebel!" Jawab nya lebay dan semakin Histeris di layar ponsel. Lalu, Mami meneriaki supir pribadinya. "Eko ...ooooo, mana si aki Eko nih" sambil mondar-mandir kesana kemari tidak karuan.
"Iya Kanjeng Mami yang super-super cantik!" Jawab Pak Eko terengah dengan nafasnya karena lari terburu-buru.
"Siapin mobil, kita ke bengkel Maher"
"Sekarang, Kanjeng Mami yang super-super cantik?"
"Aduh Eko ooo ooo ..., sekarang lah, masa tahun depan!" Kesal Mami dengan mencibir bibir nya.
"Baik Kanjeng yang Super ...."
"Gak usah lengkap Eko Ooo ..., ini bukan waktu yang tepat tau gak! Cepat Ambil mobil nya Eko ..." bentak semakin kesal Mami kepada Pak Eko.
"Siap Kanjeng" serentak Pak Eko dan menyiapkan mobil dengan terburu-buru.
"Maher bilang si Papi, awas aja kalo pancake Mami sampai habis, Mami bakal telan hidup- hidup Papi ya!" Ucap nya di balik layar ponsel dengan wajah penuh emosi.
Maher tidak menjawab perkataan Mami nya, ia hanya memasang wajah ruwet sekaligus kusut. "Aduh, kelakuan si Mami ada-ada aja". Batin Maher sibuk melihat kelakuan Mami nya di layar ponsel yang masih terhubung dengan nya.