Genre: Romance, Angst.
Warning: Novel ini mengandung tema
dan muatan dewasa (21+). Juga
mengandung cerita yang
menyesakkan dada. Bagi
pembaca yang belum cukup umur
atau tidak nyaman dengan
konten tersebut,
dianjurkan tidak membacanya.
Follow ⬇️
ig : @aegiyaa5
wattp@d : @aegiyaa
***
"Bukankah ini yang kau inginkan, Yoon Ji? "
Sehun memiringkan kepala sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. Matanya sudah dipenuhi kabut gairah yang disertai emosi menggelora. Area sensitifnya sudah menegang hingga dia butuh pelampiasan dengan segera. Entakan keras menusuk dari daging tak bertulang yang sudah berdiri menantang sejak tadi, akhirnya menjadi wujud nyata dari semua ancaman Sehun yang tak pernah main-main pada istrinya yang kini sudah mulai kurang ajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aegiyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Two Heart One Love
Sejeong membuka perlahan kelopak matanya seiring meningginya mentari di ufuk timur. Tangannya meraba ke samping tempat tidurnya. Keadaannya tetap sama seperti sebelumnya. Kosong. Meski dia telah berganti status menjadi bersuami, tetap saja hawa dingin disini masih belum juga tergantikan. Sehun suaminya tak pernah merebahkan dirinya disini bersamanya.
Yoon Ji lah sang ratu. Dan dia hanya seorang selir di rumah besar kediaman Oh Sehun. Matanya kembali terpejam. Gadis itu berusaha mengendalikan hati dan keinginannya. Dia harus tahu diri disini. Dia sudah terlalu banyak meminta. Pengemis cinta pun ia rasa pantas disandang oleh dirinya. Sudah cukup, bukan? Seperti yang selalu ia katakan sebelumnya, dia hanya ingin dekat dan hidup bersama Sehun. Nah untuk sekarang... Bukankah dia sudah mendapatkan hal yang selalu dia inginkan?
Jadi... Dia pikir sangat tak tahu diri kalau dia terus memaksa Sehun untuk bisa mencintai dirinya seperti yang selalu suaminya tunjukkan pada Yoon Ji. Menghabiskan malam bersama, dan mengambil mahkota berharga miliknya yang dengan senang hati akan ia serahkan pada Sehun. Karena sampai sekarang Sehun benar-benar belum 'menikahi' dirinya. Ironis.
Dalam kebisuan bibirnya, airmatanya turun dari sudut mata. Dia hanya wanita biasa. Gadis itu memaksa tersenyum saat melihat perbedaan perlakuan yang begitu kentara diantara mereka. Entah itu dari sikap, tatapan mata, ataupun cara berbicara dari sang suami terhadap kedua istrinya. Romantisme? Jangan tanya itu pada Sejeong sekarang. Karena dia hanya bisa merasakan sikap romantis dari Oh Sehun di masa lalu. Dan Yoon Ji memilikinya di masa depan.
Banyak toleransi yang harus dilakukan baik oleh Sejeong, Yoon Ji, bahkan Sehun sendiri. Karena rasa cemburu yang tumbuh dalam hati itu sulit dikendalikan seperti sulitnya adil ketika hati telah berpihak.
Karena kau tak pernah mengerti bagaimana sakitnya tersisih.
...My Regret...
" Sayang... "
Sebuah tangan kekar melingkar begitu saja di sekeliling pinggang ramping milik Yoon Ji disertai kecupan yang mendarat di pundaknya. Aroma jantan yang sangat Yoon Ji kenali menggelitik indra penciumannya. Wangi khas milik Sehun membuat senyumannya merekah di pagi hari yang cerah. Wanita itu membalas dengan melingkarkan tangannya ke leher Sehun yang berdiri belakangnya.
" Ayo sarapan sayang. Aku sudah selesai memasak."
" Heemmmm"
Sehun menghirup aroma makanan yang baru selesai dimasak istrinya dengan antusias.
" Ayo kita makan! Aku juga sudah lapar. "
Sehun mengambil makanan di piring saji dan ikut membantu Yoon Ji menghidangkannya di meja makan.
" Nah selesai. Sejun... Kesini, nak! Ayo kita sarapan. "
Sejun yang sedang asyik bersama mainan-mainannya langsung berlari ke arah Yoon Ji dan meminta sang ibu untuk mendudukkannya di kursi makan.
" Sejun sini duduk dekat ayah."
" Ne... "
Sejun langsung turun dari tempat duduknya dan berlari kecil mendekati tempat ayahnya duduk.
" Sayang... Aku tidak melihat Sejeong dari tadi."
" Mungkin dia masih tidur. "
Ucap Sehun datar setelah menyeruput tehnya.
" Menurutku aneh. Biasanya dia sudah berada di dapur dari pagi. Aku ke atas dulu ya. "
Sehun mengangguk pelan.
...***My Regret***...
" Sejeong. Aku sudah menyiapkan makanan. Ayo kita sarapan. Sejeong... "
Yoon Ji sudah mengetuk pintu kamar Sejeong sebanyak tiga kali namun belum juga mendapat jawaban dari sang penghuni kamar. Melihat ini Yoon Ji jadi cemas. Merasa ada yang tidak beres, Yoon Ji bergegas turun untuk memberitahu Sehun.
" Sayang... Aku sudah mengetuk kamar Sejeong daritadi tapi tak ada respon apa-apa darinya. "
Raut wajah khawatir terlukis jelas di wajah Yoon Ji yang dibalas tatapan datar dari Sehun.
" Kan aku sudah bilang... Mungkin dia masih tidur. "
Jawabnya enteng. Yoon Ji menggeleng dan mengamit lengan suaminya itu.
" Tidak Sehun. Dia tidak biasanya seperti ini. Biasanya dia ikut membantuku menyiapkan sarapan. Aku hanya takut terjadi sesuatu. Dia sedang sakit Sehun... "
Sehun menatap Yoon Ji dengan sorot mata yang sukar untuk dijelaskan. Ada beban mental yang menggelitik di diri Sehun. Bagaimanapun ia sudah menikahi Sejeong. Sejeong juga istrinya sama seperti Yoon Ji. Meski adil itu sulit, tapi tetap... Dia harus bertanggung jawab atas keduanya. Sehun langsung beranjak dari duduknya dan bergegas naik ke lantai dua.
" Sejun... Kau minum susunya dulu, ya. "
Setelah menitipkan Sejun kepada Bibi Jung, Yoon Ji segera berlari kecil menyusul Sehun di atas.
" Sejeong... Sejeong... Buka pintunya! Kau tidak apa-apa? "
"Sejeong! "
Ketukan keras di pintu kamarnya membuat Sejeong terbangun dari mimpi buruk yang sempat menghampirinya. Sejeong tersenyum mendengar suara Sehun tengah memanggil-manggil namanya dari luar. Kepalanya pusing tidak terkira hari ini. Itu yang menahannya untuk segera turun dari peraduannya dan melakukan aktifitas seperti biasa di dapur bersama Yoon Ji. Dia bahkan susah membedakan tadi itu dia tidur atau pingsan. Susah payah Sejeong bangkit dari ranjangnya menuju ke pintu dan membukanya.
" Sehun... "
" Kau baik-baik saja? "
Sejeong tersenyum penuh disaat dia tahu suaminya itu mengkhawatirkan dirinya.
" Aku baik-baik saja. Tadi hanya sedikit pusing jadi... Aku ketiduran. "
" Kau yakin kau tidak apa-apa? "
Tanya Yoon Ji. Sejeong mengangguk.
" Ya sudah ayo kita turun lalu kita sarapan. "
Sehun langsung meninggalkan kedua wanita itu menuju ke meja makan.
" Aku mau ke kamar mandi dulu sebentar. Kau duluan saja. Aku akan segera menyusul. "
" Baiklah. "
...My Regret...
" Sehun~ah... Jennie kemarin menghubungiku. Dua minggu lagi dia akan melangsungkan pernikahan di Seoul. Dia memintaku datang, Sehun. "
" Dua minggu lagi? "
Yoon Ji mengangguk. Dalam hati wanita cantik itu berharap kalau Sehun mau mengizinkannya untuk pergi ke Seoul kali ini. Sahabat baiknya akan menikah. Dan tidak mungkin kalau dia tidak datang. Lagipula dia sudah berjanji pada Jennie untuk hadir di hari bahagianya. Sehun tak langsung menjawab. Selama ini memang dia selalu melarang Yoon Ji untuk pergi ke Seoul.
Dulu Yoon Ji memang sering sekali meminta pada suaminya untuk pulang kampung ke Korea. Gadis itu beralasan bahwa siapa tahu dia bisa bertemu dengan teman sekolahnya dulu atau siapapun yang bisa mengingatkan dirinya akan memori masa lalunya yang hilang. Dan itulah yang ditakutkan Sehun. Yoon Ji kembali mengingat semuanya lalu akhirnya pergi meninggalkan dirinya. Jawabannya pasti tidak. Jelas dia tak akan pernah mengabulkan permintaan Yoon Ji yang satu itu.
" Sehun... Kau tahu kan kalau Jennie itu sahabat baikku? Aku tidak mungkin mengecewakannya dengan tidak menghadiri undangannya. Lagi pula aku sudah berjanji padanya, Sehun. "
Sehun masih diam. Yoon Ji yang melihat suaminya masih saja tak memberikan jawaban jadi merasa hopeless. Ia takut kalau Sehun tidak membolehkannya pergi ke Seoul meski alasannya adalah Jennie seperti yang sudah sudah.
" Sehun~ah... Aku... Bolehkan pergi kesana? "
" . . . . . "
" Please... Aku mohon boleh ya... "
Yoon Ji sampai menyatukan kedua telapak tangannya memohon agar Sehun mengiyakan apa yang ia minta. Sehun menatap Yoon Ji yang memasang wajah memelas tapi sangat imut itu lekat-lekat.
" Oke... Aku akan mengantarmu ke sana."
Mata Yoon Ji langsung berbinar cerah dengan rekahan senyum penuh aegyo yang menawan.
" Terima kasih sayang... "
Sehun yang melihat Yoon Ji tampak bahagia jadi ikut merasa bahagia. Dia tersenyum seraya mengusap lembut puncak kepala istrinya. Tak ketinggalan Sehun pun mengelus pipi dengan rona merah itu dengan penuh sayang. Sampai detik ini sungguh... bagi mereka dunia hanya milik berdua. Sampai-sampai mereka melupakan disana ada Sejeong, bibi Jung, juga Sejun.
Oh ya... disana ada Sejeong...
Adegan romantis yang tak pernah singgah di dirinya mengiris hatinya hingga ia merasakan perih dan tertohok. Ia tersedak dan buru-buru meraih gelas yang ada dihadapannya.
Sehun dan Yoon Ji langsung kembali ke dunia nyata dan tampak kikuk. Mereka berdua pun kembali menyantap sarapannya yang sempat tertunda.
" Uhuk uhuk... "
Entah karena terlalu cepat menelan makanannya atau apa, Sehun malah gantian tersedak. Kedua wanita yang berada dekat dengan Sehun itu dengan sigap memberikan gelas berisi air untuk Sehun. Namun Yoon Ji kalah cepat. Sejeong sudah terlebih dahulu memberikan minum untuk Sehun hingga Yoon Ji terpaksa kembali meletakkan gelas di genggaman tangannya yang sempat mengambang di udara.
Yoon Ji lalu berniat meraih tisu dan memberikannya pada Sehun. Tapi lagi-lagi Sejeong sudah melakukan apa yang ingin Yoon Ji lakukan yaitu membersihkan sisa makanan di bibir Sehun. Bibi Jung yang mengetahui masalah dalam keluarga ini pun hanya bisa menunduk melihat adegan demi adegan yang melibatkan tiga orang di depannya. Sungguh dia yang orang lain saja melihat semua itu dengan perasaan tak nyaman, apalagi yang mengalami. Tapi bibi Jung sadar akan posisinya hingga ia rasa diam lebih baik.
" Hati-hati Hun~ah... Pelan-pelan makannya. "
Sejenak mata mereka beradu pandang. Sekilas bayangan masa lalu terpampang di mata Sehun tanpa ia minta. Ia ingat saat ia dan Sejeong dalam posisi seperti ini. Saling menatap dan saling jatuh cinta. Tepatnya saat mereka masih menjalin cinta di waktu SMA. Yoon Ji sungguh merasa tak nyaman melihatnya hingga ia menenggak habis air minumnya guna membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Rasanya ia ingin pergi saja dari sini secepatnya. Tapi ia tahan tahan. Cinta segitiga memang tak pernah mudah. Dan dia harus terbiasa olehnya.
...My Regret...