Istri Amnesia Ustaz Azzam

Seperti yang telah Azzam rencanakan sebelumnya, ia langsung menuju alamat yang diberikan oleh Hasan demi menyelidiki alasan di balik penculikan Hayyah. Bagaimana pun sekarang itu adalah urusannya agar di lain waktu ia bisa waspada akan kejahatan dan marabahaya yang mungkin menghampiri sang istri tanpa di duga.

Sebelumnya Azzam telah memberi tahu Hayyah bahwa akan pulang sedikit terlambat, demi mengurangi rasa khawatir di benak perempuan yang telah berhasil mengambil hatinya.

Azzam memandangi bangunan usang nan tua di hadapannya setelah sampai di alamat tujuan. Terlihat angker dan tidak berpenghuni. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana ketakutannya Hayyah saat di seret ke tempat seperti ini. Belum lagi usai mendengar cerita sang istri tentang tragedi hari itu.

Tanpa sadar tangan Azzam mengepal, hatinya terasa sakit membayangkan semenderita apa perempuan yang mempunyai hati sangat lembut.

Azzam melangkahkan kakinya memasuki bangunan usang itu. Rasa takut seolah menghilang di pikirannya, padahal bisa saja di dalam sana orang yang akan ia temui tidak sendirian.

"Ada penyusup!" teriak salah satu pria yang melihat Azzam.

Seketika beberapa pria berbadan tegap bermunculan dari berbagai arah, di susul pria yang ingin Azzam tamui.

"Kau siapa?" tanya pria itu.

"Kamu tidak perlu tahu siapa saya, yang pastinya saya mempunyai urusan denganmu."

"Berani sekali kau!"

"Saya hanya takut kepada Allah," ucap Azzam tersenyum dan terlihat sangat tenang padahal ia telah di kepung oleh lima pria yang tidak kalah kekar dengan tubuhnya.

"Jangan sok suci kamu!"

"Mari bicara dan selesaikan semuanya dengan kepala dingin!" tawar Azzam semakin maju.

Ketua dari gangster tersebut melirik teman-temannya kemudian mengangguk seolah membiarkan Azzam mendekat.

"Ikut saya!" perintah ketua gangster tersebut.

Azzam mengikuti hingga sampai di ruangan layak huni di antara bangunan menyeramkan tersebut. Ia duduk di kursi rotan usai di persilahkan.

"Urusan apa yang kau miliki dengan saya?"

"Tentang perempuan yang berencana kau lenyapkan satu bulan yang lalu."

"Perempuan?" Pria itu tampak berpikir. Berusaha mengingat perempuan mana yang berusaha ia lenyapkan. Padahal semua target yang ia tangani meninggal tanpa jejak bukan berusaha melenyapkan.

"Sepertinya saya tidak pernah melakukannya."

Dengan berat hati Azzam pun mengeluarkan foto Hayyah yang telah ia cuci sebelumnya. Akan tetapi ia hanya memperlihatkan sebentar karena tidak rela ada yang menikmati kecantikan istrinya.

"Wanita itu, dia masih hidup?" Pria itu tampak terkejut.

"Hm dia sehat tanpa cacat sedikit pun."

"Padahal aku yakin perempuan itu sudah tidak bernapas saat anak buahku melemparnya ke sungai," batin sang ketua gangster.

Malam itu setelah mendapatkan perintah dan kode dan kliennya. Ia pun menghadang mobil di pinggir jalan sekitar jembatan yang sepi di lalui kendaraan. Ia menculik perempuan memakai gaun pengantin usai melukai satu perempuan yang merupakan dalang di balik semuanya.

Luka itu pun gangster ciptakan atas permintaan klien sendiri untuk menghilangkan keterlibatannya.

Ketua Gangster itu yakin telah menyiksa Hayyah dengan membenturkan kepala bagian kirinya pada tembok kokoh, bahkan setelah jatuh pingsan ia memukul kepala Hayyah menggunakan tongkat bisbol. Memastikan sudah tidak bernapas lagi, barulah ia dan teman-temannya melempar ke sungai paling dekat dengan markas mereka. Mustahil perempuan itu akan hidup kecuali kuasa dari sang pencipta.

Lamunan ketua gangster itu buyar kala Azzam mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah cek kosong berisi tanda tangan resmi seorang dokter terkenal bernama Harun.

"Saya datang ke sini bukan untuk mencari keributan, tetapi mau mengetahui mengapa kamu melukai istri saya begitu parahnya. Ceritakan semuanya dan cek kosong ini menjadi milikmu. Kamu melakukan pekerjaan ini karena menginginkan uang bukan?"

Ketua gangster itu sedikit terkejut. Baru kali ini bertemu seseorang yang berbicara tanpa emosi.

"Apakah ini murni atas keinginanmu atau perintah orang lain?" lanjut Azzam.

"Berikan cek itu pada saya lebih dulu dan biarkan salah satu anggotaku mencairkannya!"

"Tidak masalah." Tanpa ragu Azzam menyerahkan cek kosong itu.

Ketua gangster pun menulis nominal sesuka hati kemudian menyerahkan pada anggotanya.

Dalam keheningan kedua pria dengan pikiran tidak bisa di prediksi itu sedang menunggu kabar dari anggota gangster juga konfirmasi dari dokter Harun akan pencarian uang dalam jumlah banyak.

Azzam langsung menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Cek kosong yang kamu suruh tanda tangani tadi, di pergunakan untuk apa Nak? Pencairan sebanyak 1 miliar untuk apa?"

"Azzam akan menceritakannya nanti Yah, tolong setujui segera."

"Baiklah."

Beberapa menit setelah panggilan Azzam dan ayahnya terputus, ponsel dari ketua gangster pun berdering.

"Bagaimana?"

"Uangnya sedang proses pencairan bos."

"Oke." Ketua gangster itu tersenyum, ia senang karena pria di hadapannya tampak bisa di percaya. Andai tahu bisa mencairkan secepat ini bukan 1 miliar yang ia ajukan, tapi 1 triliun.

"Bu Airin yang menyuruh saya untuk membunuh bu Hayyah, tetapi kejadiannya di buat seolah-olah bu Hayyah terjatuh ke jembatan tempat saya menghadang mereka. Alasan kenapa bu Airin ingin membunuh, saya pun tidak tahu."

"Dia menyuruhmu untuk membunuh Hayyah, lalu kenapa malah membiarkannya hidup?"

"Saya tidak membiarkannya hidup. Saya sudah memastikan dia tidak bernyawa saat melemparnya ke jembatan dekat markas ini."

"Terima kasih untuk informasinya."

"Hanya itu dan kau berani membayarnya 1 miliar?"

"Apapun akan saya lakukan untuk istri saya. Saran dari saya, berhentilah melakukan pekerjaan keji yang merugikan orang seperti ini. Uang yang kamu dapatkan dari saya bisa kamu jadikan modal untuk usaha yang jauh lebih bermanfaat untuk orang lain."

...****************...

Jangan lupa komen, like, subscribe, share dan berikan ulasan 5 bintang🥰