NovelToon NovelToon
KEKASIH HALALKU

KEKASIH HALALKU

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / CEO / Romansa / Tamat
Popularitas:50k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Dalam tahap Revisi!!!

Menceritakan seorang gadis introvert dan sangat pemalu yaitu NAFISA ZAHRA FITRIANI. Ia terus merasa insecure dengan dirinya, dan selalu menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Namun hal itu berubah ketika seorang pria datang ke dalam hidupnya yang memberi banyak kisah cinta manis dalam hidup nafisa. Pria itu adalah orang yang ditolong nafisa saat ia mengalami kecelakaan mobil, pria itu jatuh hati pada nafisa saat pandangan pertama. dia adalah AZLAN SYARAHIL,seorang ustadz muda yang sangat tampan dan di kagumi semua orang. Ia merasa nafisa telah mengambil hatinya dengan kesederhanaannya yg tidak ia temukan pada wanita manapun.

"Cintamu menyempurnakan diriku"

_NAFISA ZAHRA FITRIANI

"Aku mencintaimu itu bukan tanpa alasan, tapi karena kesederhanaanmu yang tiada kutemukan pada orang selain dirimu "

_AZLAN SYARAHIL

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Setelah cukup lama berkutik di dapur, Nafisa akhirnya selesai memasak sarapan pagi. Ia juga sudah menyiapkan semangkuk bubur hangat untuk suaminya yang sedang sakit. Dengan hati-hati, Nafisa membawa bubur itu ke kamar. Sesampainya di kamar, ia meletakkan mangkuk bubur tersebut di meja samping tempat tidur. Nafisa melirik ke arah Ustadz Azlan yang masih terlelap, terlihat begitu damai dalam tidurnya.

Nafisa sempat ingin membangunkannya, namun ia merasa ragu. Ia tidak tega jika suaminya terbangun dan kepalanya masih terasa pusing. Akhirnya, Nafisa memutuskan untuk membiarkannya tidur lebih lama. Sambil menunggu Ustadz Azlan bangun, ia memutuskan untuk mandi, mengingat dirinya sudah selesai datang bulan dan pagi ini adalah waktu yang tepat untuk mandi wajib.

Setengah jam kemudian, Nafisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar. Ia berjalan menuju meja rias, mengambil handuk kecil, dan mulai mengeringkan rambut hitam panjangnya yang tergerai. Namun, suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya.

Ponsel Ustadz Azlan yang berada di atas meja berbunyi. Nafisa menoleh ke arah suaminya, tetapi pria itu masih terlelap. Dengan ragu, Nafisa mengambil ponsel tersebut dan melihat nama yang tertera di layar, dengan cepat Nafisa mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Lan. Lo di mana? Kok nggak ke kantor?" tanya seseorang di seberang sana.

"Waalaikumussalam, Bang Bimo. Ini Nafisa, Mas Azlannya nggak ke kantor karena lagi sakit, Bang," jawab Nafisa lembut.

"Eh, Nafisa? Alan sakit? Sakit apa, Sa?" tanya Bimo, terdengar khawatir.

"Mas Azlan kepalanya pusing, Bang, dan tadi muntah-muntah."

"Loh, kok bisa begitu, Sa? Perasaan Alan kemarin baik-baik aja. Emangnya dia habis makan apa?"

"Bukan karena makanan, Bang, tapi karena semalam kami habis dari pasar malam."

"Dia ngapain di pasar malam sampai bisa sakit kayak gitu?"

"Itu karena..." Belum sempat Nafisa menyelesaikan penjelasannya, suara serak Ustadz Azlan terdengar memanggil dari tempat tidur.

"Sayang..." panggil Ustadz Azlan pelan, suaranya terdengar lemah.

Nafisa langsung menoleh. "Iya, Mas, sudah bangun?"

"Sini, Sayang... Jangan tinggalin Mas," ucap Ustadz Azlan dengan suara seraknya.

"Heh, itu Alan, Sa?" tanya Bimo, terdengar sedikit terkejut.

"Iya, Mas. Sebentar ya." Nafisa menutup telepon dengan lembut. "Bang Bimo, Nafisa tutup dulu ya teleponnya. Assalamualaikum," katanya sebelum memutuskan sambungan.

"Wa... Waalaikumussalam, Sa," jawab Bimo dengan nada bingung. Ia mengernyit heran. "Itu tadi Alan? Kalau iya, manja banget. Nggak biasanya gue dengar dia kayak gitu," gumam Bimo, geli sendiri mendengarnya.

Setelah mematikan telepon, Nafisa berjalan mendekati tempat tidur. "Mas sudah bangun?" tanyanya lembut.

"Iya, Sayang... Kamu tadi telponan sama siapa?" tanya Ustadz Azlan dengan mata yang masih sedikit berat.

"Oh, itu tadi Bang Bimo. Dia nanyain kenapa Mas nggak ke kantor. Nafisa udah bilang kalau Mas lagi sakit," jawab Nafisa sambil tersenyum.

"Oh, gitu..." balas Ustadz Azlan, matanya menatap Nafisa penuh kelembutan.

"Iya, Mas. Oh iya, Mas mau mandi dulu atau makan dulu? Bubur Mas sudah Nafisa siapin, tapi sekarang udah jadi dingin karena tadi Nafisa nggak tega bangunin Mas buat makan, takut Mas masih pusing," ujar Nafisa dengan lembut.

"Iya, Sayang, nggak papa. Mas mau mandi dulu aja, baru makan."

"Yaudah, kalau gitu yuk, Nafisa bantu ke kamar mandi."

Nafisa pun membantu memapah suaminya itu ke kamar mandi. Setelah sampai di kamar mandi, Nafisa hendak beranjak keluar, namun ia dihentikan oleh Ustadz Azlan.

"Mau kemana?"

"Keluar, kan Masnya mau mandi."

"Mandiin, Sayang," pinta Ustadz Azlan, suaranya pelan dan sedikit lemah.

"Ha?"

"Mandiin."

"Lah, kan Mas bisa mandi sendiri."

"Kan Mas sakit, Sayang. Badan Mas lemes, jadi susah mandi sendiri."

"Tapi Mas kan nafisa..."

"Apa? Malu?"

"Hmm..."

"Nolak permintaan suami dosa loh."

Nafisa menghembuskan napas berat. "Iya... iya, yaudah Nafisa mandiin."

"Yaudah, ayo."

"Ayo apa?"

"Bukain bajunya."

"Mas juga nggak bisa buka baju sendiri?"

"Nggak, tangan Mas lemes," jawab Ustadz Azlan dengan sengaja, sedikit menggoda. Ia memang ingin bermanja-manja dengan istrinya sekarang ini.

"Yaudah..." Nafisa mulai membuka kancing baju Ustadz Azlan satu per satu. Nafisa meneguk salivanya saat melihat perut six-pack Ustadz Azlan. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa? Kamu kegoda ya liat badan Mas?" Ustadz Azlan terkekeh pelan.

"Ngga... ngga... nggak kok, Mas apaan sih?" Nafisa merasa malu dan jadi salting.

"Kalau kamu mau, pegang aja," tawar Ustadz Azlan.

"Masss..."

Ustadz Azlan tertawa lepas melihat pipi merah Nafisa.

"Mas, ih bikin Nafisa kesal. Mas mandi sendiri aja deh," ucap Nafisa hendak pergi, namun tangannya dengan cepat ditahan Ustadz Azlan.

"Loh, jangan ngambek, Sayang. Mas becanda. Lagi pula, kan udah sah, jadi bebas dong kalau kamu mau pegang-pegang badan Mas."

"Iya Nafisa tau, tapi kan Nafisa belum terbiasa, Mas."

"Iya, yaudah, Mas ngerti kok."

Nafisa pun mulai mengambil air dari bak mandi dan hendak mengguyur badan Ustadz Azlan. Namun tangannya ditahan lagi oleh Ustadz Azlan.

"Kan celananya belum kamu lepasin, Sayang."

"Masa Nafisa yang lepasin? Nafisa malu, Mas."

"Ngapain malu? Mas pake celana pendek kok. Ayo bantuin lepasin."

"Iya-iya..." Nafisa mulai membuka celana Ustadz Azlan dengan memejamkan matanya.

"Emang bisa lepasin celana sambil nutup mata kayak gitu?" Ustadz Azlan terkekeh.

Nafisa kembali menghela napasnya, membuka matanya, dan melanjutkan melepaskan celana Ustadz Azlan.

Melihat itu, Ustadz Azlan tersenyum senang.

"Nanti kamu juga bakal liat semuanya, Sayang, jadi nggak usah malu-malu sekarang," bisik Ustadz Azlan tepat di telinga Nafisa.

Mendengar ucapan Ustadz Azlan barusan, pipi Nafisa memanas. Dalam hatinya, ia ingin sekali menghilang sekarang juga, karena tak kuat mendengar ucapan suaminya yang terus membuatnya salting.

"Mas, mesum ih."

"Ngga papa kan, sama istri sendiri."

Nafisa diam saja, lebih memilih mengambil gayung dan mengguyur tubuh suaminya dengan air. Nafisa dengan telaten mensabuni badan Ustadz Azlan. Setelah selesai memandikan Ustadz Azlan, Nafisa juga memakaikan baju untuk Ustadz Azlan.

Sekarang Nafisa sedang menyuapi Ustadz Azlan untuk makan bubur.

"Kamu nyuapin Mas makan gini, kamu nya udah makan, Sayang?"

"Belum, Mas."

"Loh, kok belum?"

"Nafisa nanti aja makannya."

"Sayang, kalau kamu makannya ditunda-tunda kayak gitu, nanti kamu jadi sakit loh."

"Nggak akan, Mas, Nafisa makan kok setelah ini," ucap Nafisa menyodorkan sendok bubur pada Ustadz Azlan. Namun Ustadz Azlan tidak mau membuka mulutnya.

"Ayo Mas, makan, buka mulutnya."

"Nggak mau, kamu aja belum makan, gimana Mas mau makan?"

"Nanti Nafisa makan, Mas."

"Nanti kapan?"

"Abis ini."

"Kamu makan sekarang, Sayang."

"Iya, tapi selesai nyuapin Mas makan, baru Nafisa makan."

"Kalo gitu Mas tetap nggak mau makan."

"Terus Mas maunya apa?"

"Kita makan buburnya berdua."

"Nanti Mas nggak kenyang kalau berdua."

"Nggak papa, kan bisa tambah. Lagi pula, liat kamu makan aja, Mas juga udah ikutan kenyang kok."

Mendengar Ustadz Azlan ngomong begitu, Nafisa tersenyum. Suaminya ini benar-benar terus membuatnya melayang dengan kata-katanya.

"Yaudah deh, iya Mas," ucap Nafisa, akhirnya menyuapi Ustadz Azlan bubur dan juga dirinya.

🌻🌻🌻🌻

Sekarang keduanya tengah bersantai menonton televisi, dengan Ustadz Azlan yang berbaring di atas paha Nafisa. Nafisa memijit-mijit kepala suaminya itu, berusaha mengurangi rasa pusing yang masih terasa pada dirinya. Ustadz Azlan memandangi wajah Nafisa dari bawah, senyum manis terus mengembang di bibirnya.

"Mas, kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Nafisa yang mulai heran melihat suaminya yang terus tersenyum tanpa alasan jelas.

"Kamu cantik," jawab Ustadz Azlan, membuat Nafisa hanya bisa tertawa kecil.

"Iya, Nafisa tau," jawab Nafisa sedikit jutek, sudah bisa menebak kalau suaminya ini sedang menggombal lagi untuk membuatnya salting.

"Tapi sayang..." Ustadz Azlan menggantungkan ucapannya.

"Sayang kenapa?" tanya Nafisa, semakin penasaran.

"Cie, manggil sayang," kata Ustadz Azlan, tertawa lepas, melihat reaksi Nafisa yang mulai merah wajahnya.

"Ihhh, Mas! Suka banget deh bikin Nafisa kayak gini," ucap Nafisa kesal, tapi sebenarnya ada senyum di sudut bibirnya.

"Kayak apa?" tanya Ustadz Azlan, pura-pura bingung.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, disertai salam dari luar. "Assalamualaikum," terdengar suara orang yang mengetuk pintu.

"Kayaknya ada tamu, Mas. Ayo bangun, Nafisa mau bukain pintu," ucap Nafisa, sambil bangkit dan menuju pintu.

"Siapa sih, ganggu orang aja," gumam Ustadz Azlan kesal, masih berbaring di atas sofa, seolah enggan untuk bergerak.

"Waalaikumussalam," ucap Nafisa saat membuka pintu dan melihat Bimo berdiri di sana, tersenyum lebar.

"Sa, gimana keadaan Alan? Abang kesini mau jenguk dia," tanya Bimo dengan perhatian.

"Siapa sayang?" tanya Ustadz Azlan yang tiba-tiba muncul di belakang Nafisa.

"Hy, Alan," ucap Bimo sambil melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya.

"Yah, si pengganggu," ucap Ustadz Azlan dengan raut wajah kesal.

"Masss... nggak boleh gitu," tegur Nafisa.

"Yaelah Lan, jahat banget sih Lo bilang gue pengganggu," Bimo berpura-pura cemberut.

"Yaudah, Bang Bimo, ayo masuk," ajak Nafisa dengan senyum, sambil membuka pintu lebih lebar.

Mereka pun duduk di ruang tamu, sementara Nafisa pergi ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Bimo. Ustadz Azlan masih saja terlihat tak suka dengan kedatangan sahabatnya itu.

"Ngapain Lo kesini?" tanya Ustadz Azlan dengan cemberut.

"Ya jenguk Lo lah, Lan. Kata Nafisa Lo sakit," jawab Bimo santai.

"Udah sembuh, mending Lo pulang aja," jawab Ustadz Azlan dengan nada malas.

"Yah, Lan, gue baru aja datang masa Lo udah suruh gue pulang?" keluh Bimo.

"Ya Lo ganggu sih," ucap Ustadz Azlan dengan ketus.

"Ganggu kenapa? Emang tadi Lo sama Nafisa mau ngapain sampai Lo bilang gue ganggu gitu?" tanya Bimo dengan mata menyipit.

"Mau buat Dede," jawab Ustadz Azlan asal-asalan, membuat Bimo langsung terperanjat.

"Ha?" tanya Bimo tercengang.

"Iya, nggak usah kaget gitu," jawab Ustadz Azlan dengan nada biasa.

"Ya gue kan nggak tau, Lan. Maaf deh, niat gue kesini kan mau jenguk Lo," ujar Bimo, sedikit bingung.

"Iya, makasih Lo udah mau jenguk gue, tapi jangan lama-lama," balas Ustadz Azlan dengan cengiran nakalnya.

"Udah kepengen banget ya, Lan?" tanya Bimo, terkekeh geli.

"Iya," jawab Ustadz Azlan dengan serius.

"Yaudah, maaf deh udah ganggu Lo. Nih, gue bawa buah-buahan buat Lo sama bubur. Jangan lupa dimakan," ujar Bimo sambil menyerahkan bungkusan itu.

"Wah, makasih Bim," jawab Ustadz Azlan dengan senang hati.

"Iya, yaudah kalo gitu gue pulang aja, dari pada ganggu Lo. Tapi besok Lo udah masuk kantor kan?" tanya Bimo.

"Belum tau, masih pengen manja-manja soalnya," jawab Ustadz Azlan dengan senyum makin lebar.

"Dasar bucin," ujar Bimo dengan tertawa.

"Biarin, eh tapi Lo nggak marah nih gue suruh pulang?" tanya Ustadz Azlan.

"Ya nggak lah, ngapain marah? Kan Lo mau cepet-cepet ngasih gue ponakan," jawab Bimo sambil terkekeh.

"Makasih Bim, Lo memang sahabat gue yang paling pengertian," ucap Ustadz Azlan dengan tulus.

"Yaiyalah, beruntung kan Lo punya sahabat kayak gue?" jawab Bimo dengan nada bangga.

"Iya, beruntung," jawab Ustadz Azlan, masih tersenyum.

"Yaudah kalau gitu gue pulang dulu," ucap Bimo sambil berdiri, siap pergi.

Iya, Bim, hati-hati," jawab Ustadz Azlan dengan senyum lebar.

Disaat Bimo hendak pergi, tiba-tiba Nafisa datang dengan secangkir minuman dan snack.

"Eh Bang Bimo mau kemana?" tanya Nafisa setelah meletakkan minuman dan snack di atas meja.

"Mau pulang, Sa."

"Loh kok cepat amat? Kan belum lama Abg sampai sini." Tanya Nafisa bingung.

"Nggak papa, Sa. Kan kamu sama suami kamu mau bikin Dede, jadi kedatangan Abg kesini ganggu dong," jawab Bimo, dengan nada bercanda.

Mendengar perkataan Bimo, Nafisa langsung tercengang. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan Bimo. Dalam sekejap, pipinya memerah seketika.

"Siapa yang bilang, Bang?" tanya Nafisa, matanya langsung beralih ke arah suaminya yang kini tampak pura-pura tidak bersalah.

"Suami kamu," jawab Bimo sambil melirik Ustadz Azlan yang mulai terlihat cemas.

Nafisa menatap tajam suaminya, sementara Ustadz Azlan yang melihat tatapan tajam itu malah semakin cengengesan. Ia berusaha menahan tawa.

"Yaudah, Abg pulang dulu, Sa. Lan, jangan lupa bikin ponakan yang banyak buat gue, Assalamualaikum," ujar Bimo sambil melangkah keluar dengan santai.

"Wa... Waalaikumussalam," jawab Nafisa terbata-bata, masih merasa malu.

Setelah punggung Bimo tak terlihat lagi, Nafisa kembali menatap Ustadz Azlan yang sudah tidak berada di tempat ia berdiri tadi. Ya, Ustadz Azlan sudah lari kencang menaiki tangga untuk menghindari amukan istrinya.

"Masss!!!!!" teriak Nafisa setelah berusaha menahan malu dari tadi.

1
𝙈𝙞𝙖 📚🛍
Lumayan
𝙈𝙞𝙖 📚🛍
Luar biasa
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Widya Herida
bagus banget ceritanya kk
Widya Herida
lanjutkan kk
Yuyun Rohimah
lanjut Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Mukmini Salasiyanti
lanjutttt, Lan...
Mukmini Salasiyanti
serruuuuuu
Mukmini Salasiyanti
salken, ustadz
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!