Baca "Cinta Seorang Pengganti" lebih dulu.
Season 2 novel sebelumnya.
Pertemuan tidak terduga antara Devano dan putranya membuat Kayla kembali dilema disaat sosok lelaki lain sudah siap menikahinya.
Bertunangan dengan seorang duda anak satu, Kayla kembali akan bernasib menjadi seorang pengganti, tepatnya menjadi ibu pengganti bagi putra tunangannya.
Siapa yang menyangka bahwa Devano tiba-tiba hadir menyapa hidupnya lagi yang sudah move on dari masa lalu dengan putranya yang tampan dan pintar sebagai pelipur lara Kayla selama merantau ke kota sebelah.
Pertemuan antara ayah dan anak itu pula yang membuat hati Kayla kembali rumit. Lalu Nikayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Lepaskan aku!" tepis Kayla pada tangan Dev yang berusaha mencegahnya mencapai mobil perempuan itu.
"Kayla, kau ini kenapa? Datang malah marah-marah? Ayolah!" ucap Dev lagi.
Kayla menatap wajah Dev dengan kesal.
"Kau bilang sibuk urusan ini dan itu, seminar ini dan itu. Tapi kau masih bisa merayakan ulang tahun dengan mahasiswi cantik-cantik mu itu! Aku lelah mengurus semuanya, aku pikir kau memang bisa terus ada untuk Adrian, tapi apa? Kau sudah absen beberapa hari mengantarnya sekolah dan les!"
Dev tampak menghembuskan napas panjang.
"Aku minta maaf, memang betul aku benar-benar sibuk beberapa minggu ini, mengertilah....... Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejutan ulang tahun yang dibuat Ana dan teman-temannya, kebetulan saja!"
"Ana? Huh kau lancar sekali menyebut namanya!" cetus Kayla seraya berpaling dengan tangan bersilang ke dada.
Hal itu membuat Dev ingin tertawa.
"Kau cemburu?"
"Tidak!"
"Ya sudah, terimakasih ucapan ulang tahunnya. Kuenya manis semanis bibirmu yang mengoceh!" balas Dev seraya mengecup bibir Kayla tanpa malu.
Perempuan itu membesarkan matanya, segera Kayla mendorong tubuh Dev dengan kesal.
"Bisa-bisanya kau mengambil kesempatan!"
"Kemarilah, jangan malu aku tahu kau cemburu. Mereka hanya mahasiswa tingkat pertama yang masih kecil, jangan diambil hati kejadian tadi. Hati ku untukmu Kayla tenang saja!" kata Dev dengan suara terkekeh sambil meraih Kayla dalam pelukannya.
Kayla segera menghindar.
"Hentikan, kau tidak malu ini kampus? Jangan sembarangan peluk-peluk!" ucap Kayla menjauh.
Dev terkekeh lagi.
"Baiklah, sekarang bagaimana?"
"Bagaimana apanya?" tanya balik Kayla.
"Iya maksud ku, kau mau pulang bukan?"
"Kau mengusirku?" Kayla berdecak.
"Tidak, kau mau naik mobil mau pulang bukan? Aku harus kembali ke kelas, masih ada satu jam lagi waktu ku mengajar sebelum istirahat. Aku usahakan menjemput Adrian pulang sekolah nanti, mengertilah aku tidak berniat sibuk sendiri," ucap Dev meraih tangan Kayla berusaha menjelaskan.
Kayla terdiam, ia menyadari sikapnya sekarang. Ia tidak mungkin terus berada di sana sedang Dev harus mengajar saat ini.
"Baiklah, bajumu kotor maafkan aku!" jawab Kayla pelan.
"Tidak masalah, aku ada bawa baju ganti di mobil."
Kayla mengangguk, ia segera menaiki mobilnya berniat pergi meski ia masih ingin marah rasanya.
Dev melambai tangan pada Kayla yang perlahan menjauh, namun mobil merah itu berhenti lagi membuat Dev heran.
"Ada apa?" tanya Dev mendekat.
"Apa hanya Ana yang bersikap tidak tahu malu menyatakan cinta seperti tadi padamu?" tanya Kayla penasaran dari jendela mobil.
Dev tersenyum mendengarnya.
"Iya ada beberapa, Ana tingkat pertama. Kemarin lusa ada Sarah di semester tiga, minggu lalu ada Rani di semester enam, hal yang biasa, harap maklum sepertinya hanya aku dosen duda yang tampan mengalahkan dosen bujangan di kampus ini," jawab Dev enteng dengan nada bercanda.
Kayla memerah, ia menggigit bibir bawahnya dengan mata tajam menatap Dev seolah tidak terima.
"Aku hanya bercanda, jangan cemburu oke? Aku bekerja profesional di sini, kisah cinta mahasiswa dan dosen hanya ada di kenangan kita dulu, ingin bernostalgia? Lanjutkan kuliahmu di sini!" ucap Dev sambil mencubit hidung Kayla dengan gemas.
Perempuan itu terdiam sejenak. Meski kesal namun entah kenapa hatinya menghangat saat mengingat sekilas kisah mereka dulu.
"Kau menyebalkan!"
Kayla segera berpaling menghindari wajahnya yang merah merona.
Dev terkekeh, lalu menyuruh Kayla pulang karena ia ingin segera kembali ke kelas.
Dalam perjalanan, lama Kayla merenungi sikapnya yang tadi, tidak bisa dipungkiri ia merasa cemburu saat melihat keakraban Dev dengan mahasiswa perempuan seperti tadi apalagi sampai ada gadis yang menyatakan cinta pada Dev seperti Ana.
Meski terlihat kekanakan namun ia tidak bisa menyembunyikan rasa kesal dan marahnya pada Dev yang mengaku sibuk namun masih sempat menerima kejutan ulang tahun dari gadis kecil pemuja dosen tampan itu.
Dev merapikan kemejanya setelah berganti pakaian di mobil, ia berjalan menuju kelas namun berhenti saat mendapati Ana berdiri menghadangnya di depan kelas.
"Ana?"
"Apa Kak Kayla tadi pacarmu?" tanya Ana tanpa ragu.
Dev terkekeh.
"Lebih dari itu."
Ana terdiam.
"Apa dia calon istrimu? Aku kecewa melihat kau menciumnya Pak Dev!" rengek Ana ingin menangis.
Dev terkekeh lagi.
"Dia istriku!"
"Apa?" Ana ternganga.
"Ayo masuk, aku belum selesai mengajar!" ajak Dev lagi.
"Tapi pak? Bukankah kau seorang duda?" cetus Ana berani.
Dev menoleh.
"Iya, dan itu beberapa waktu lalu. Perempuan tadi istriku, maksud ku kami hanya belum merayakan resepsi pernikahan saja karena alasan kesibukan, jadi jangan salah paham lagi oke?"
"Sebaiknya kau kuliah dengan benar, jangan sampai menggoda suami orang," sambung Dev dengan nada bercanda.
Ana masih tercengang.
"Ayo masuk!"
Gadis itu hanya bisa bernapas kasar seraya mengangguk lesu mengikuti langkah Dev masuk ke kelas.
Pada malam harinya, Kayla membawa nampan berisi makan malam Mama Hana ke kamar sang ibu tercinta.
Ia melirik vas bunga yang berisi bunga hidup yang dibawa Dev saat menjenguk Mama Hana di rumah sakit beberapa hari lalu. Perasaannya kembali jengkel.
Siang itu Dev hanya menjenguk Mama Hana sebentar karena harus menghadiri rapat dosen yang tidak bisa ia tinggalkan. Kayla merasa Dev benar-benar menyibukkan diri sekarang.
Mama Hana segera duduk saat putrinya masuk.
"Mama bisa makan sendiri, kenapa harus dibawa kemari?" ucap perempuan paruh baya itu.
"Mama masih lemas, aku dapat melihatnya. Makan di sini saja biar tidak terlalu lelah."
Mama Hana tersenyum, Kayla mengurusnya dengan baik disela kesibukannya berjualan online.
"Kayla."
"Iya Mama," sahut Kayla pelan sambil terus menuangkan air minum.
"Jangan merasa tinggi hati sebagai wanita, biar bagaimana pun kau butuh seorang teman hidup untuk bersandar, bertanggungjawab pada kau dan Adrian."
Kayla menoleh pada sang Mama yang tiba-tiba menyinggung hal itu.
"Mama kenapa bicara seperti ini?"
"Mama tahu kau kewalahan mengurus semuanya sendirian, Mama sakit, Adrian harus sekolah dan les sedang kau harus mencari uang untuk kita, lelah bukan?"
Kayla terdiam.
"Jangan menyangkal lagi, kau butuh seorang suami Kayla."
Kayla masih terdiam.
"Mama hanya tidak ingin kau berlarut dalam patah hati yang tidak berujung, sedang kau butuh. Menjanda itu tidaklah enak, kau merasakan sendiri selama ini, kita wanita memang lemah, tidak bisa hidup tanpa lelaki."
Mama Hana tampak menarik napas dalam.
"Mama sudah tua, Mama tidak ingin kau menanggung semuanya sendiri, Adrian masih kecil, kau masih muda masa depanmu masih panjang, kita bukan orang yang banyak harta. Kita harus banting tulang untuk bertahan hidup, mau sampai kapan kau seperti ini sedang ada lelaki yang mencintai mu tapi kau terus menolaknya?"
"Kenapa Mama bicara seperti ini, aku masih bisa untuk......" Kayla menggantungkan kalimatnya saat Mama Hana menyela.
"Kau butuh Nak Dev Kayla, kau dan Adrian butuh dia."
Kayla terdiam lagi.
"Kau tahu kenapa Mama tidak mau menikah lagi waktu dulu?"
"Itu karena Mama tidak ingin kau punya ayah tiri."
Kayla menunduk meresapi nasehat sang Mama. Wajah Dev terbayang di benaknya, lelaki itu terus membujuk dan merayunya beberapa waktu lalu namun kini pria itu mulai melupakannya, sibuk sendiri entah kemana bahkan untuk Adrian sekalipun, apa itu karena ia tidak memberi kepastian pada Dev.
Apa Dev mulai bosan berharap padanya? Jika dipikir-pikir ia memanglah tidak bersikap dewasa, ia tidak menolak namun juga tidak memberi kepastian pada Dev yang menunggu jawabannya untuk kembali atau tidak.
Kayla melirik jari manisnya yang masih memakai cincin dari Dev, jika ia tidak berniat menerima lalu kenapa masih memakai benda berkilau itu.
Jika tidak berniat kembali lalu kenapa ia cemburu saat Dev dilirik perempuan lain, ia seorang janda beranak satu, tidak mudah menerima lelaki lain apalagi ada Adrian sebagai tanggungannya, sudah jelas kisahnya dengan Gilang beberapa waktu lalu.
Pria kaya namun penuh tipu daya padanya, tidak semua yang terlihat baik itu benar baik adanya. Gilang ternyata punya istri simpanan, Kayla hampir terjebak pada pernikahan yang salah untuk kedua kalinya.
Belajar dari kisah itu, namun Dev berbeda. Latar belakang lelaki itu jelas, Dev mantan suaminya, ayah kandung dari Adrian, pria itu tidak pernah menyakitinya jika tidak terlibat salah paham dengan orangtua Dev di masa lalu.
Keluarga Dev juga sudah menerima bahkan berharap padanya untuk kembali ada lelaki itu sebab pertimbangan Adrian dan Khanza yang butuh seorang ibu.
Bukan hanya itu, Devano sangat mencintainya. Tapi kenapa Kayla seolah egois sendiri dalam hal ini. Bukankah setiap orang bisa berubah, orangtua Dev yang semula membencinya kini berubah baik dan menerimanya, lalu bagaimana jika Dev yang berubah, yang kini masih mencintainya bisa saja berubah pada perempuan lain jika tidak diberi kepastian sampai nanti-nanti.
Dev duda tampan, dosen dengan kepintaran cemerlang, banyak gadis yang mendamba pria itu, tidakkah ia menyesal jika lelaki itu jatuh pada perempuan yang masih gadis dan muda seperti Ana?
Kayla termenung di depan cermin meja rias, ia memainkan cincin di jarinya. Adrian menghampiri.
"Mama belum tidur?" sapa anaknya.
Kayla menggeleng. Ia meraih Adrian dalam pelukannya.
"Mama kenapa?"
"Tidak, hanya lelah pikiran saja!" jawab Kayla terkekeh sendiri.
"Aku besok ada acara di sekolah, Papa tidak bisa datang. Mama bisa?"
Kayla berhembus napas kasar, lagi Dev tidak bisa hadir pikirnya.