Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
"kenapa Mas? "
"Aku gak bisa sholat Nay,"jawab Jacob pelan.
"Loh Mas kan laki-laki masak iya datang bulan kayak perempuan. Ayo Mas ini waktunya sudah mau habis ini, buruan,"desaknya lagi.
"Bukan itu maksudnya Nay. Aku gak bisa sholat bener-benar gak bisa atau lebih tepatnya Aku gak tahu, "jawab Jacob.
Ia memalingkan wajahnya dari tatapan Kanaya. Pria itu baru pertama kali ini merasa lebih rendah dihadapan seseorang dan orang itu adalah Kanaya, istrinya. Biasanya ia selalu bisa mengangkat dagunya dari pada orang lain karena kelebihannya, namun ini ia di depan Kanaya jangankan mengangkat dagu, menatap wajah wanita itu saja Jacob merasa malu.
Sementara Kanaya yang baru faham maksud sang suami terdiam selama beberapa saat hingga sudut bibir tipis wanita itu terangkat. Kanaya tahu, suaminya yang saat ini tengah malu padanya. Menarik bahu Jacob agar mau menghadap dirinya lalu kembali tersenyum manis padanya. Jacob kembali berpaling namun kesekian kalinya Kanaya juga menarik wajah Jacob untuk melihat dirinya.
"Mas mau gak belajar sholat? Bukan maksud Naya lancang Mas, tetapi jika Mas berkenan Naya mau mengajari Mas sholat di subuh ini Mas, karena bagaimanapun Mas adalah imam Naya sekarang dan Naya juga ingin suatu hari nanti kita bisa sholat berjamaah dengan Mas Jacob sebagai imamnya Naya, "jelas Kanaya.
Setiap pria baik tentu saja ingin menjadi imam bagi istrinya, namun diajari langsung oleh Kanaya tentu saja Jacob merasa malu. Biar bagaimanapun ia juga masih memiliki rasa gengsi.
"Aku tahu niat baikmu Nay, tetapi Aku tidak bisa melakukannya, "ujar Jacob.
Wajah Kanaya seketika sendu. Penolakan Jacob tentu saja membuat pikiran Kanaya tertuju jika pria itu enggan menjadi imamnya. Jemari wanita itu memilin-milin ujung pakainnya karena tidak tahu harus berbuat apa.
Melihat kesedihan yang tampak di wajah Kanaya entah mengapa membuat Jacob merasa tidak enak hati. Tetapi Jacob memang tidak bisa jika harus Kanaya langsung yang mengajarinya, dia takut tidak akan fokus.
"Tetapi Aku janji akan belajar, dan jika sudah bisa pasti Aku akan menjadi imam sholatmu, "ucap Jacob, seketika senyuman lebar terbit dari wajah cantiknya.
Tidak apalah jika Jacob enggan belajar padanya setidaknya perkataan Jacob yang ingin belajar sudah bisa membuat Kanaya senang oleh karenanya.
"Terima kasih Mas, "ujar Kanaya mendapat senyuman Jacob.
***
"Kalian sudah rapi saja, "celetuk Nyonya Celline saat melihat Jacob dan Kanaya telah duduk di meja makan menunggu penghuni kediaman Garadha lainnya.
"Iya Ma, selesai olahraga pagi Aku langsung bersiap-siap ke kantor,"jawab Jacob.
Nyonya Celine tersenyum mendengarnya, wanita itu akhirnya duduk di kursi biasanya disusul Tuan Garadha yang tak lama setelahnya menyusul di meja makan. Sementara seluruh pelayan menyiapkan makanan di atas meja makan. Ketiganya terlibat perbincangan hangat dipagi hari ini.
"O iya Naya, Mama lupa ngasih tahu kamu. Hari ini kamu gak kemana-mana kan? "tanya Nyonya Celline.
"Tidak Ma, Naya hanya berdiam diri di rumah. Mungkin nanti untuk menghilangkan rasa bosan Naya ke taman atau coba-coba buat makanan di dapur Ma."
"Bagus deh, begini sebenarnya Mama sudah mendaftarkan kamu ke kelas senam ibu hamil. Jadi bisakan Kamu datang kesana nanti Nay?"
"Bisa Ma. bisa,"jawab Kanaya senang.
Terkadang berdiam diri di kediaman Garadha juga sangat membosankan bagi wanita itu karena biarpun dia mendapat kebebasan namun pergerakannya terbatas karena selalu saja dia diawasi dan dilarang jika beraktivitas yang menurutnya tidak berat namun menurut pelayan itu berat baginya yang tengah hamil.
Obrolan di meja makan kembali terjadi sampai seluruh pelayan pergi. Namun mereka belum memulai sarapan pagi itu karena Nyonya Celline yang mengatakan masih menanti seseorang sampai sebuah sosok yang ditungu akhirnya muncul yang langsung mencium kening Nyonya Celline.
Cup.
"Selamat pagi Ma. Selamat pagi Pa, pagi Kak Jacob dan Kakak ipar,"sapa Mark pada semua orang disana.
Tatapan Mark yang mengedar dan berakhir menatap Kanaya cukup lama. Kemarin dia memang sengaja menjauhi kakak iparnya, namun setelah ia pergi, Mark yang mendengar peristiwa dimana IED Jacob kembali kumat telah membuat Mark mengambil sebuah keputusan yang menjadikannya kembali hadir dan ingin terus memperjuangkan Kanaya,.
"Ehem. "Dehem Jacob merasa tidak senang karena Mark dengan terang-terangan menatap Kanaya di depannya.
Tangan pria itu terkepal kuat karena rasa amarah yang ia rasakan hingga sebuah tangan lembut menyentuhnya agar ia lebih tenang barulah Jacob melepaskan kepalan itu lalu menatap sang istri si pelaku yang membuatnya kembali tenang yang menatapnya dengan senyuman.
"Loh kenapa pada diam saja. Ayo kita mulai sarapan kita, "seru Nyonya Celline untuk memulai sarapan mereka.
***
TBC.