Rebecca tidak pernah menyangka kemiripan wajahnya dengan seorang putri konglomerat akan membawa malapetaka baginya saat wanita itu menjebaknya untuk menikah dengan tunangannya sendiri.Dan di saat cinta dihatinya mulai tumbuh kepada pria itu,Eva kembali datang untuk meminta tunangannya kepada Rebecca.
bagaimana kisah cinta ketiga manusia itu ikuti lanjutan cerita ini jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29 ~ Kami tidak berbohong tuan ~
Sesampainya di rumah sakit,Leon langsung bergegas ke ruangan tempat di mana Eva menjalankan sandiwaranya.Walaupun sudah larut malam dan tidak ada lagi jadwal besuk,Leon tetap bersikeras ingin bertemu dengan keluarga Bram.
"Maaf tuan sekarang bukan jam besuk lagi anda di larang masuk ke ruangan itu." Ucap seorang penjaga rumah sakit itu.
"Aku minta tolong,aku kesana hannya sebentar itupun karena ada kepentingan mendadak,ini sangat tiba-tiba,dan aku harus bertemu dengan keluarga itu." Jawab Leon.Melihat wajah Leon yang memelas akhirnya penjaga itu memberi ijin kepada Leon syarat tidak bisa lewat dari satu jam.
Leon segera berjalan melewati koridor rumah sakit,ruangan sedikit sepi menambah kesan menyeramkan di rumah sakit ini.Mingkin Karena pasien sudah istrahat jadi keliatan sepi.Leon tidak peduli dengan keadaan itu dia terus berjalan hingga akhirnya dia sampai di depan pintu ruangan Eva.
"Pokoknya aku tidak mau tau papa,aku akan tetap menjadi nyonya Anderson,apa pun yang terjadi,aku sangat mencintai Carles papa,bagaimana bisa dia jatuh cinta kepada wanita kampungan itu." Ucap Eva.Leon yang mendengar sedikit pembicaraan itu hannya bisa tersenyum sinis lalu membuka pintu ruangan hingga mereka bertiga langsung tersentak mendengar pintu yang terbuka.
"K_kamu,apa yang kamu lakukan di ruangan ini,sekarangkan bukan jam besuk?" Tanya Rini,wajahnya terlihat kaget begitu juga dengan Bram dan Eva mereka semua terlihat kaget.
"Aku hannya ingin bertanya kemana kalian membuang nyonya Rebecca,ingat aku tau semua kebusukan kalian,kamu hamil dengan pria lain hingga dengan terpaksa kalian membayar nyonya Rebecca untuk menjalankan semua rencana busuk kalian." Ucap Leon,dia berdiri tepat di hadapan mereka bertiga dengan tangan di dalam kantongnya.Wajah Eva benar-benar tegang,dia seperti ketakutan dan tidak berani menatap Leon.
"Kamu bicara apa? Rebecca siapa itu,jangan asal bicara kamu bisa kamu tuntut dengan tuduhan pencemaran nama baik,apa kamu bukti untuk setiap ucapan mu itu?" Bram langsung mengelak,dia masih tidak mau mengakui semuanya sementara Rini dan juga Eva putrinya sudah ketakutan.
"Hahahah...Hebat,kalian terlalu bermain kotor,aku menyimpan semua bukti kebusukan kalian,beberapa minggu lagi tuan dan nyonya besar akan kembali ke negara ini,kita lihat saja apa rencana kalian bisa berjalan sesuai dengan keinginan kalian." Ancam Leon membuat Bram dan Rini semakin ketakutan.Bram kehabisan kata-kata wajahnya langsung pucat pasi,dia tidak harus bagaimana saat ini.
"jadi katakan kepadaku,dimana nyonya Rebecca,aku tidak akan membongkar rahasia kalian jika kalian memberitahu dimana nyonya Rebecca,ingat kalian tidak hannya masuk penjara jika tuan dan nyonya tau kalian menipu keluarganya perusahaan kalian juga akan terancam bangkrut." Leon semakin menekan keluarga itu hingga Bram tidak bisa berkata-kata pelipisnya mengeluarkan keringat dingin wajahnya juga pucat.
"Ka_kamu tidak perlu mengancam ku,kami benar-benar tidak mengerti dengan kalian,Rebecca kami tidak tau siapa dia,sekarang kamu keluar dari ruangan ini,karena putriku ingin istrahat dia masih lemah paska kecelakaan tadi." Jawab bram.Dia masih berusaha mengelak,padahal dari wajah dan suaranya saja orang sudah tau jika dia gemetaran dan ketakutan.
Leon keluar meninggalkan ruangan Eva,Bram dan istrinya saling menatap seakan ada sesuatu yang ingin di rencanakan lagi.
"Sepertinya pria itu sulit kita kendalikan,kita perlu menyingkirkan orang-orang yang ingin menghancurkan rencana kita." ucap Bram dengan tatapan yang sangat menakutkan.Rini dan Eva saling menatap lalu tersenyum kepada Bram.
"Iya papa jika ada yang menghalangi rencana kita segera lenyap kan dia dari muka bumi ini." Jawab istrinya.Dia seorang wanita yang selalu mendukung rencana jahat suaminya,mereka lupa jika keluarga Anderson bukanlah tandingannya.
*****
keesokan harinya di sebuah tepi sungai Rebecca mulai membuka matanya,dia pelan-pelan mulai duduk di dan memandangi sekelilingnya,dia tidak melihat ada orang di tempat itu.mungkin karena tempatnya ada jurang yang sangat dalam.
"Aku dimana? Auh....kepala ku pusing,kakiku kenapa?" Rebecca meringis kesakitan saat melihat kakinya dengan luka yang sangat parah,dan kepalanya juga sangat pusing mungkin karena benturan keras waktu kecelakaan.
Rebecca mulai mencoba untuk berdiri,dia mencoba keras mengangkat tubuhnya yang begitu lemah apalagi dia sangat kelaparan dan buah kehausan.
Rebecca berjalan menuju sebuah pohon yang tidak jauh dari tempatnya dia duduk disana sambil menatap ke sekeliling ya,dia berharap seseorang melewati tempat itu.
"Ya..Tuhan kenapa hidupku begitu sulit,ibuku yang membuang ku waktu kecil,hingga aku harus berjuang mati-matian untuk hidup beruntung nenek mau membesarkan aku walaupun hidup kami penuh dengan kekurangan,sekarang aku malah ingin di bunuh hannya karena mereka sudah tidak menginginkan aku,Tuhan hikmah apa yang akan kudapatkan dari semua beban hidupku ini." Rebecca menagis sedih dia memegangi perutnya yang sudah kelaparan.
"Nenek,tunggu aku kembali,aku sangat merindukanmu,sayang jemput aku disini." Ucap Rebecca sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.Dari kejauhan Rebecca melihat seorang wanita muda datang berjalan ke arahnya.
"Dek...Tolong bantu aku," Rebecca berjalan dengan langkah terseok-seok mendekati wanita itu,
"Ada apa kaka uhuk....uhuk...uhuk..." Wanita itu langsung batuk,mungkin dia sedang sakit tapi dia masih bekerja.
"Bisakah kamu menolong aku dek,aku kecelakaan dan seseorang membuang ku ketempat ini karena mereka tidak menginginkan aku,bisakah aku tinggal bersamamu untuk beberapa hari ini?"Ucap Rebecca wanita itu tampak diam,seperti mempertimbangkan sesuatu.
"Maaf Kaka,bukan aku tidak mau membantumu,tapi keadaan ku juga sulit,aku saja kabur dari rumah karena aku sudah tidak tahan dengan ibu dan saudara tiri ku." Rebecca terdiam menatap wanita itu.Dia memang kelihatan tidak sehat wajahnya yang pucat dan bibirnya juga pecah-pecah serta tubuhnya sangat kurus.
Wanita itu berjalan ke arah pohon lalu istrahat di sana,batuknya yang sangat parah,membuat Rebecca sangat iba dengan wanita itu,kini dia sadar ternyata masih ada orang yang lebih menyedihkan untuknya.
"Bisakah kamu menunjukan jalan umum untukku,aku ingin keluar dari tempat ini,bagaimana kalau kamu ikut saja bersama ku ke kota." Karena tidak tega melihat wanita itu akhirnya Rebecca menawarkan untuk mereka pergi bersama ke kota.
"Aku tidak mau menyusahkan orang lain Kaka,keluargaku saja sudah tidak peduli denganku karena aku penyakitan,padahal Kaka juga lagi kesulitan." Tolak wanita itu,dia tidak mau menyusahkan Rebecca nantinya.
"Sudahlah,nama kamu siapa?"
"Mona."
"Sudahlah Mona lebih baik kamu bawa aku keluar dari tempat ini,kita pergi ke kota aku akan membantumu sebisa ku,aku tidak tega melihat mu masih sangat muda tapi sudah sakit begini." Ucap Rebecca,dia sangat iba melihat wajah Mona wanita semakin pucat.
Dengan berat hati,Mona menerima tawaran Rebecca,padahal sebelumnya dia sudah pasrah Jika dia mati di hutan ini,karena tidak ada lagi gunanya dia hidup setelah semua masalah hidup yang menerpanya.
"Kamu sudah makan ini ada sedikit bekal,kamu terlihat kelaparan?" Mona memberikan bungkusan makanannya untuk Rebecca,dengan antusias Rebecca menerimanya dan langsung menghabiskan semua makanan yang ada,dia sangat bahagia walaupun lauknya sederhana tapi itu sangat nikmat baginya.
Mereka akhirnya mulai menaiki bukit-bukit pelan-pelan Rebecca melewati bebukitan,dia mengelus perutnya,
"Sayang sabar ya,suatu saat kita akan bertemu papa." Suara hati Rebecca.
** Bersambung***