Posesif Love Sang Billionaire

"Julian, sekarang aku sedang berada di Penthouse. Bisakah kau datang kemari. Ada hal penting yang ingin aku bahas dengan mu." tulis Vale dalam pesan singkatnya untuk Julian.

Dan tak lama setelah itu. Pesan Vale segera di balas oleh Julian.

"Tunggu aku di sana. Aku akan segera datang." balas Julian.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Begitu selesai membaca pesan singkat yang ditulis oleh Valerie untuk dirinya. Tidak perlu menunggu lama, Julian langsung mengambil jasnya dan juga meraih kunci mobilnya.

Julian langsung meninggalkan ruang kerjanya di kantor. Dan langsung berjalan menuju tempat parkir.

Begitu sampai di tempat parkiran, ia langsung menaiki mobilnya dan meluncur ke Penthouse.

Entah apa yang terjadi dengan diri Julian. Dia begitu senang ketika Valerie menghubunginya. Dan bahkan ia begitu antusias untuk menemui Valerie di Penthouse.

Tempat di mana ia dan Vale dulu pernah hidup dan tinggal bersama.

Di sepanjang perjalanan menuju Penthouse. Rasa hangat melingkupi hati Julian.

Karena dia bisa bertemu dengan seseorang yang belakangan ini justru membuat ia kembali terpesona dengan daya tarik seorang Valerie Florencia.

Setelah membaca pesan singkat dari wanita yang menjadi Mommy putrinya itu. Membuat perasaan Julian begitu senang.

Sesampainya di gedung Apartemen, Julian langsung memarkirkan mobilnya. Dan langsung menuju ke unit Penthouse.

Begitu ia masuk ke dalam Penthouse. Benar saja, Julian melihat Valerie sedang berdiri di sisi kolam renang sambil membawa segelas jus di tangannya.

Berjalan dengan sangat pelan. Julian mendekati Valerie yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya.

"Valerie!" sapa Julian terhadap wanita yang sudah ia buat patah hatinya tersebut.

Valerie kemudian menoleh ke belakang. Panca indera Valerie kini menangkap sosok pria bertubuh tinggi besar yang dulu pernah ia kagumi.

Tapi sekarang pria yang ia kagumi hanyalah Dave, suaminya.

"Hai, Julian. Ada sesuatu yang ingin aku bahas denganmu. Dan hal ini menurut ku penting." ucap Valerie, kemudian ia berjalan menuju ruang tamu.

Sesampainya ia di ruang tamu, Vale kemudian duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Julian pun kemudian ikut juga duduk di salah satu sofa di samping Valerie.

"Ada hal penting apa yang ingin ku bahas denganku?" tanya Julian penasaran.

"Sebelum aku pergi ke Jerman dulu. Aku sudah pernah bilang kan. Jika aku melimpahkan semua aset yang sudah kau berikan kepadaku dalam perjanjian kontrak itu semua aku kembalikan pada mu. Tapi kau bersikeras tidak mau menerima kembali semua aset-aset tersebut."

"Karena aku tidak akan menerimanya kembali Vale. Semua aset itu akan tetap menjadi milikmu dan hak mu." tandas Julian.

"Karena kau bersikeras untuk tidak mau menerimanya kembali. Aku akan mengalihkan semua aset-aset itu atas nama Elenor. Jadi, aku ingin menguangkan semua aset-aset tersebut. Dan memasukan semua uangnya ke deposito milik Elenor. Termasuk Penthouse ini, aku ingin menjualnya." ucap Vale mantap.

"Kau yakin ingin menjual Penthouse ini?" tanya Julian ragu ragu.

"Kenapa tidak, aku sudah tidak mengunakan Penthouse ini lagi." jawab Vale tegas.

"Tapi kan bisa kau warisan pada Elle." mendengar itu, Valerie nampak tersenyum getir.

"Elle tidak perlu tinggal di Penthouse ini. Dan aku tidak mau dia tingal di sini. Apa lagi mewariskan tempat ini untuk Elle. Elle sudah punya rumah masa depan yang jauh lebih elegan dari Penthouse ini aku rasa." imbuh Valerie.

"Lagi pula sayang jika Penthouse ini biar kan begitu saja. Kasian Naina, berada sendirian di sini. Aku sudah bicara pada Naina, jika aku akan memperkerjakan dia di Mansion ku." ucap Vale.

"Bukankah tempat ini penuh dengan kenangan kita." ucap Julian

Saat Julian membahas tentang kenangan kita. Hal itu membuat Valerie tidak begitu suka mendengarnya.

"Maaf kenangan yang mana yang kamu maksud. Aku sudah mengubur dalam-dalam semua kenangan yang pernah terjadi di Penthouse ini. Dan bagi ku semua kenangan itu tidak pantas untuk di kenang. Meskipun begitu. Aku tidak menyesal dengan keberadaan Elenor. Aku justru ingin menghapus semua kenangan yang berhubungan dengan kita. Tidak perlu untuk mengenang-ngenangnya lagi. Apa yang sudah terjadi di sini bersamamu seharusnya kau pun juga harus melupakannya. Kita sudah punya kehidupan rumah tangga sendiri sendiri. Kau bahagia bersama Jenna dan aku bahagia bersama Dave. Dan Elenor tetaplah adalah anak kita. Oleh sebab itu aku pikir, lebih baik aku menjual Penthouse ini." ucap Vale mantap.

"Jika kamu sudah mengambil keputusan seperti itu. Aku tidak bisa menginterupsinya. Silahkan jual Penthouse ini." ucap Julian pasrah.

"Tapi aku tidak tau pasaran harga Penthouse ini?" perkataan Valerie tak pelak membuat Julian terkekeh.

"Kau masih saja polos Vale." imbuh Julian sambil menatap wajah Vale dengan tatapan mata penuh kerinduan.

"Kamu bisa menawarkannya pada jasa properti untuk membantu menjual Penthouse ini. Dulu aku membeli sekitar 30 milyar. Sekarang mungkin harganya sudah naik."

"Jika aku minta tolong dengan mu apakah kau keberatan?" tanya Vale pada Julian.

"Tentu saja aku tidak keberatan Valerie. Dengan senang hati aku akan membantu mu."

"Kalau begitu tolong urus semua aset-aset yang pernah kau berikan pada ku dulu termasuk Penthouse ini. Jual semua dan uangkan. Dan uang nya masuk kan ke deposito Elenor."

"Elenor sudah mendapatkan banyak dari kekayaan Daddy-nya. Dia sudah kaya dari awal dia di rencanakan keberadaannya." ujar Julian dengan tersenyum puas.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk putri ku. Dan aku tidak ingin terlalu mengandalkan mu meskipun kau adalah Daddy-nya. Meski tidak banyak, aku juga punya harta dari jeri payah ku sendiri. Dan semua itu juga akan jadi milik Elle."ucap Vale juga berbangga diri.

"Ya, aku tau bagaimana diri mu Vale. Sejak masih menjadi istri ku pun aku sudah sangat tau tentang mu." ucap Julian yang merasa paham dengan sifat Vale.

"Jangan percaya diri jika kau begitu tau tentang diriku Julian. Aku sekarang mengaggap mu sebagai teman. Meski kita sama sama punya masa lalu yang saling berkaitan. Tapi secara emosional aku sudah lepas dengan dirimu. Lagi pula aku sudah menikah. Sebaiknya kita sama sama harus bisa menjaga jarak. meskipun kita masih berkomunikasi. Itu hanya untuk Elenor. Karena dia lah alasan kita tetap harus bisa menjaga hubungan baik. Karena kita adalah orang tua nya." ucap Vale nampak bijak.

"Kau begitu dewasa Valerie. Kau sudah banyak berubah sekarang. Aku bangga dengan mu."

"Setiap orang harus berubah dari waktu ke waktu. Berubah untuk lebih dewasa dan bijak tentunya."

"Tapi kadang aku juga merindukan sifat polos mu."

"Stop, jangan ungkit masa lalu. Aku dulu dan sekarang berbeda." ucap Vale.