Terpenjara Cinta Tuan Keenan

Tiba-tiba Zio bangkit dari duduknya kemudian mendekati Keenan, tiba-tiba Zio melayangkan tinjunya pada Keenan.

Bugh

Keenan jatuh tersungkur di lantai ia memegangi pipinya yang terasa sakit setelah dipukul oleh Daddynya.

"Daddy" teriak Kinanta pada Daddy nya yang tiba-tiba memukul wajah Kakaknya itu. Kinanta mencoba menolong Kakaknya namun langkahnya terhenti saat Mommy nya menahan dirinya.

"Mommy" lirih Kinanta pada Mommy nya.

"Biarkan saja." ucap Jihan dengan tegas.

Zio membawa Keenan berdiri kemudian ia kembali memukul Keenan hingga bibir Keenan pecah dan mengeluarkan darah. Keenan mencoba melawan dan membela dirinya, namun apalah daya dirinya. Ia tak mau menyakiti Daddy nya, ia hanya diam tak melawan saat Daddy nyas terus memukuli dirinya.

Nafas Zio naik turun kemudian ia mendudukkan dirinya di sofa, matanya masih menatap tajam Keenan yang masih terduduk di lantai.

"Mulai sekarang, tinggalkan apa yang Daddy berikan padamu ! Silahkan kau jalani hidupmu tanpa kami !" ucap Zio dengan tegas.

Keenan terkejut ia kemudian bangkit dari duduknya mendekat ke arah Daddy nya. "Apa maksudmu, Dad ?" tanya Keenan cepat.

"Apa kau tidak mengerti juga ? Kau tidak perlu lagi memimpin perusahaan dan juga Daddy akan menarik semua fasilitas yang pernah Daddy berikan padamu bahkan semua aset mu yang kau beli dari uang perusahaan !" terang Zio

Jeder

Bagaikan disambar petir tengah hari bolong, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja Daddy nya seolah membuangnya sebagai anaknya.

"Da..dad.." Suara Keenan tercekat.

Kemudian Zio melemparkan ponselnya ke arah Keenan yang menampilkan sebuah video dirinya yang menyiksa Berliana dirumahnya. Jantung Keenan seakan berhenti berdetak kala kedua orang tuanya sudah tahu apa yang dilakukannya pada Berliana.

"Kau dendam dengan Kakaknya, bukan adiknya. Lalu kenapa kau ikut menyiksa adiknya !" suara Zio menggema membuat siapapun yang mendengarkan menjadi bergedik ngeri.

"Da..dady" Keenan tak mampu lagi berbicara apa pun lagi, mendadak lidahnya menjadi kaku dan bibirnya seolah membisu.

"Bahkan kau memperkosa gadis itu ! Dimana hati nurani mu, Keenan Argantara !" teriak Zio pada putranya.

Kinanta terkejut mendengar ucapan Daddy nya ia tak menyangka jika Kakaknya bisa melakukan hal tersebut pada seroang wanita. Kinanta kemudian menatap Mommy nya yang hanya bisa menangis. Ia memeluk Mommy nya mencoba menenangkan Mommy nya.

"Ma..maafkan aku, Dad. Aku khilaf" Keenan memohon pada Daddy nya bersimpuh di kaki Daddy nya berharap Daddy nya mengampuni dirinya.

"Silahkan pergi dari rumah ini, dan jangan membawa apapun !" ucap Zio dengan tegas.

"Mas !" Jihan mencoba ikut bicara namun ia terlebih dahulu mendapat tatapan tajam dari suaminya itu. Keputusan Zio unyuk mengusir Keenan bagi Jihan sangatlah berlebihan, biar bagaimana pun juga Keenan adalah putra mereka.

"Kau boleh kembali lagi ke rumah ini, dan mendapatkan hak mu sebagai seorang pewaris apabila kau berhasil menemukan gadis itu di hadapan kami !" ucap Zio dengan tegas.

Keenan mendongakkan kepalanya menatap wajah Daddy nya. Bagaimana bisa ia mencari keberadaan Berliana tanpa fasilitas yang Daddy nya punya.

Tak lama datanglah seorang pelayan menarik sebuah koper dan memberikannya pada Keenan.

"Ambil itu ! Dan jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah ini sebelum kau membawa pulang gadis itu kemari !" ucap Zio lagi kemudian ia pergi meninggalkan Keenan yang diam terpaku ditempatnya.

"Daddy..." teriak Kinanta menyusul Daddy nya.

Sedangkan Jihan ia bangkit dari duduknya, ia kasihan pada putranya tersebut. Namun rasa kecewa itu kembali muncul dalam dirinya untuk Keenan.

"Mommy.." ucap Keenan menghentikan langkah kaki Mommy nya.

Jihan menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik menatap putranya yang sudah berlinang air mata. Tanpa kata-kata Jihan kembali membalikkan tubuhnya berjalan meninggalkan putranya tersebut.

Benarkah saat ini ia terusir dari keluarganya ? Keenan begitu menyesal dengan apa yang pernah ia lakukan pada Berliana yang berimbas pada kedua orang tuanya yang begitu kecewa padanya.

Keenan menarik kopernya ia kemudian mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rumah. Rumah yang sudah ia tempati selama tiga puluh tahun. Ia harus meninggalkan rumah itu, rumah yang penuh suka duka, dan canda tawa bersama kedua orang tuanya dan adiknya.

"Maafkan aku Mommy, Daddy, Kinanta.." ucap Keenan kemudian menarik kopernya ke luar rumah, entah kemana arah tujuannya ia pun tak tahu.