Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Keesokan paginya, Luna yang masih tertidur mulai menggeliat dan perlahan membuka kedua matanya, ia merasa ada sesuatu yang berat melingkar di perutnya, saat ia meraba-raba ternyata sebuah tangan.
“Tangan…eh tunggu tangan siapa?” gumamnya kemudian ia menoleh, sontak saja Luna melebarkan kedua pupil matanya dan mulutnya ternganga ketika melihat Saga yang masih tertidur pulas dengan wajahnya yang tenang memeluk tubuhya dari belakang.
“Mas Saga” teriaknya lantang membuat Saga terbangun.
“Ada apa sih Lun teriak-teriak, berisik tahu” keluh Saga sembari menggosok kedua matanya dengan tangan.
“Kok aku bisa tidur di kamar kamu?” tanya Luna yang bingung.
Saga tersenyum “kamu tidur sambil jalan kali, terus masuk ke kamar aku”.
“Alam bawah sadar kamu aja tahu, apa keinginan kamu yang sebenarnya, pengen tidur seranjang bareng aku” imbuh Saga dengan senyumnya yang menggoda membuat Luna kesal.
Luna mendengus ke arah Saga kemudian beranjak turun dari ranjang dan langsung melesat ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian setelah mandi Luna melangkahkan kakinya keluar kamar dan mendapati Saga tengah duduk di meja makan.
“Mas aku langsung pulang ya” Luna menyambar tasnya yang tergeletak di atas meja dan menggantungnya di pundak sebelah kiri.
“Kamu nggak sarapan dulu” tanya Saga.
“Nggak Mas” Luna menoleh ke arah Saga dan menggulirkan seulas senyum sebelum keluar dari apartemen.
Saga yang melihat kepergian Luna hanya terdiam lalu ia menyenderkan punggungnya ke senderan kursi dan menatap langit-langit ruang apartemennya, tiba-tiba ponselnya berdering membuyarkan lamunannya.
Tommy bahkan belum sempat mengatakan perihalnya menelepon, bosnya sudah lebih dulu berbicara dan memintanya untuk segera menjemputnya di apartemen.
Sepanjang perjalanan menuju kantor Saga hanya menatap keluar jendela dalam diam, pemandangan gedung-gedung pencakar langit, mobil-mobil yang saling mendahului, juga jeritan klakson yang memekakkan telinga tak membuat Saga bergeming dalam lamunannya, masih teringat jelas dalam benaknya seulas senyuman dari bibir Luna yang menurutnya ada makna tersirat di dalamnya.
“Tuan, saya sudah mencari informasi tentang laki-laki yang bernama Adrian” pungkas Tommy, namun tak ada respon dari bosnya tersebut, Tommy melirik ke kaca spion dalam mobil melihat bosnya yang duduk di di belakang.
“Ada apa dengan Tuan Saga” gumamnya lirih.
“Tuan” sekali lagi Tommy memanggil bosnya.
“Ada apa Tom” Saga mengarahkan pandangannya ke depan.
“E…saya sudah mendapatkan informasi tentang laki-laki yang bernama Adrian”
Mendengar perkataan Tommy Saga sedikit memajukan badannya dan mendekat ke kursi dimana Tommy duduk terlihat rasa penasaran dari wajahnya.
“Sebulan yang lalu ia baru saja kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan kuliahnya, ternyata dia putra dari pendiri Universitas XX tempat di mana Mba Luna kuliah, dan sekarang dia juga menjadi dosen pengganti di sana,” urai Tommy menjelaskan.
Saga menghela napas kasar “jadi mereka setiap hari ketemu”.
“Sebenarnya Tuan Saga kenapa? Cara dia memperhatikan Mba Luna bukan seperti seorang kaka yang ingin menjaga adiknya tapi lebih kepada seorang laki-laki yang tidak ingin wanitanya diambil oleh laki-laki lain, jangan-jangan dia…?” Tommy menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berpikiran macam-macam tentang bosnya.
***
Sementara itu Luna yang sudah berada di kampus duduk termenung di taman seorang diri, pandangannya jauh ke depan, matanya menatap bunga-bunga yang bergoyang-goyang terkena hembusan angin, namun hati dan pikirannya menerawang jauh teringat kembali ketika ia menemukan sebuah foto di bawah tumpukan baju di lemari kakaknya.
Adrian yang sedang berjalan melihat Luna seorang diri kemudian ia menghampiri gadis cantik itu.
“Ngapain Lun bengong sendirian di sini?” Adrian memposisikan dirinya duduk di samping Luna.
“Eh Ka Adrian, maksud aku Pak Adrian” Luna menoleh menatap dosennya itu.
“Panggil kayak biasa aja kita kan lagi berdua”
Luna hanya tersenyum dan matanya kembali menatap hamparan bunga yang ada di sekitaran taman kampus.
“Kamu lagi ada masalah?” tanya Adrian lagi.
Luna menggeleng pelan sembari menyunggingkan senyum “nggak ada kok ka”.
Cheryl yang baru saja tiba di kampus tak sengaja melihat dua orang yang sedang duduk berdua seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan di taman, diam-diam ia memotret, namun dari belakang ia di kejutkan oleh teman
kampusnya yang bernama Dita.
“Woi! Lagi ngapain?” Dita menepuk pundak Cheryl hingga membuat ponsel yang dipegangnya terjatuh di lantai.
“Dita lo ngagetin gue aja, liat noh ponsel gue jadi jatuh” keluh Cheryl yang kemudian mengambil ponselnya.
“Maaf deh maaf, lo lagi ngliatin apaan sih kayaknya serius banget?” tanya Dita yang penasaran dengan kelakuan temannya yang berdiri mematung sembari melihat ke arah taman.
“Mo tahu aja” Cheryl mendengus.
“Eh...eh… itu kan Luna sama Pak Adrian lagi nagapain mereka duduk berdua di taman?” Dita langsung merubah dirinya menjadi mode tukang gosip.
“Mana gue tahu sono lo tanyain sendiri” kemudian Cheryl kembali berjalan menyusuri lorong kelas menuju kantin.
“Tungguin gue Cher” Dita mengikuti Chery dari belakang dengan berjalan sedikit berlari.
“Lo ngapain sih ngikutin gue?” tandas Cheryl yang terus berjalan tak peduli dengan Dita yang mengejarnya.
“Makanya berenti dulu gue tuh mau ngasih ini ke lo” Dita mengangkat salah satu tangannya dan memamerkan dua kertas undangan yang ia pegang.