Istriku Canduku

Andreas mengetahui perbuatan Mario, yang dengan lancang menggunakan uangnya untuk dua wanita yang harusnya menjauh dari hidup putranya itu. Andreas menemui Sasha dan ibunya. Ia membuat pilihan, di perkarakan atas tuduhan pencurian atau hidup tenang dengan uang yang sudah diberikan Mario kepada mereka. Pasalnya, Mario mengambil beberapa emas batangan milik ayahnya di brankas secara diam-diam. Kemudian memberikannya langsung kepada ibunya Sasha dalam bentuk yang sama. Finally, Sasha pergi meninggalkan Mario tanpa jejak, sesuai arahan Andreas.

Lambat laun, Mario pun mengetahui hal ini. Ia mengetahui dalang perpisahan antara dirinya dan Sasha adalah ayahnya sendiri. Hingga akhirnya Mario memilih tinggal di apartemen dan memberi benteng antara ia dan ayahnya. Padahal sebelumnya, Mario dan Andreas sangatlah dekat. Hubungan ayah dan anak itu bagai sahabat. Suatu anugerah, ketika saat ini, hubungan keduanya membaik. Mario mampu berlama-lama untuk tinggal di kediaman Andreas berkat Inka. Oleh karenanya, Laras dan Andreas sangat menyayangi Inka.

Mario membuka lagi ponselnya, ia melihat beberapa bulan yang lalu, saat ia menerima pesan whatapp dari Sasha. Benar sekali, enam bulan yang lalu, Mario memberi janji pada Sasha untuk bertemu. Pertemuan mereka tepat di hari di mana Mario bertemu Inka dan menolong Inka yang tengah kehujanan, duduk di bangku tengah kota.

"Shit..." Umpat Mario setelah mengingat itu. Ternyata pada saat itu, Sasha pun tengah menunggu kedatangannya. Sungguh ia lupa. Namun, keteledoran Mario, membawa petaka untuk gadis yang masih ada dalam hatinya.

"Bunda, maafkan Rio. Maaf bun, sungguh Rio ngga tahu." Mario bersimpuh di lutut Riska, wanita paruh baya yang Mario panggil bunda.

"Semua sudah terjadi Rio. Malam itu, Sasha di perkosa. Saat ini, dia telah hamil lima bulan. Sudah tiga kali dia mencoba bunuh diri, tapi tak berhasil. Tuhan masih ingin dia hidup." Riska kembali menangis.

Lutut Mario pun melemas, ia pun tak sanggup untuk berdiri. Di balik kebahagiaan yang ia rasakan saat ini, ada seorang wanita yang tengah menderita karenanya. Terlebih lagi wanita itu adalah seseorang yang pernah berharga dalam hidupnya.

"Mario akan tanggung jawab bun. Semuanya, rumah sakit, psikis Sasha, semua akan Mario kembalikan lagi seperti dulu. Bunda tidak perlu khawatir. Bunda akan meilhat Sasha tersenyum kembali." Mario berucap dengan penuh keyakinan, tanpa berpikir dampak yang akan terjadi setelah ini.

"Kamu janji nak, janji?" Tanya Riska penuh harap.

"Karena hanya Sasha yang bunda miliki di dunia ini Yo, hanya dia." Riska kembali berucap dengan lirih.

"Janji bun, Rio janji akan mengembalikan Sasha untuk bunda." Mario menggenggam erat tangan wanita paruh baya itu.

Atas jaminan Mario, Sasha langsung diberi perawatan ekslusif. Mario menutup rapat, apa yang ia lakukan saat ini. Kebetulan, setelah Mario menikahi Inka, Andreas tidak lagi memasang kaki tangannya untuk memata-matai tindak tanduk putranya yang begajulan itu. Sehingga saat ini, Mario merasa agak leluasa untuk mengambil keputusannya sendiri.

Hampir setiap hari, Mario mendatangi rumah sakit ini. Hanya untuk melihat perkembangan Sasha. Benar saja, perut Sasha sudah terlihat membuncit. Menambah rasa bersalah Mario saja.

Hari ini, Mario mendatangi rumah sakit dan terlihat Sasha yang sudah tak lagi ada di kamar perawatan. Menurut suster, Sasha sedang berjalan-jalan di taman dengan ibunya. Mario mendekati Sasha yang masih duduk di kursi roda dengan tatapan kosong.

"Sha.." Ucap Mario tepat di hadapan Sasha.

Sasha langsung menoleh ke arah suara itu. Hanya suara itu yang Sasha inginkan.

"Rio.." Sasha langsung memeluk Mario. Ternyata hanya Mario obatnya Sasha. Lima bulan ia tak bersuara. Namun mendengar suara Mario, ia langsung bereaksi.

Mario pun langsung mendekapnya, menaruh kepala Sasha tepat pada dada bidangnya.

"Tenang, Sha. Kamu ngga sendirian, ada aku yang akan selalu ngejagain kamu sekarang. Maaf, Maafin aku. Ini semua salahku. Maaf." Rio terus menerus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Sasha.

Sasha menggeleng dan melepaskan pelukan itu.

"Pergi Yo, aku kotor dan aku sekarang sedang hamil, anak dari pria yang aku tidak tau." Sasha menangis di iringi tangisan ibunya yang berada persis di sampingnya.

"Ngga Sha, kamu ngga kotor. Ini semua musibah, dan ini pun terjadi karena salahku juga. Aku akan bertanggung jawab, Sha. Aku akan menjadi ayah dari bayi yang kamu kandung. Aku ingin melihatmu seperti dulu, tidak dengan keadaan seperti ini." Mario meneteskan airmatanya. Sungguh hatinya teriris melihat wanita yang pernah bertahta di dadanya, menderita seperti ini.

Kemudian, Sasha menatap sang ibu. Riska hanya mengangguk.

Sebelum Mario mengambil keputusan ini, ia sudah memikirkan dengan matang dan segala konsekuensinya. Ia akan menjalani hidup poligami. Ia pun sudah berkonsultasi dengan dua sahabatnya, Rey dan Andre. Keduanya tidak melarang, karena dalam islam laki-laki memang di perbolehkan menikahi satu, dua, tiga, bahkan empat wanita, asalkan adil.

Namun Rey, keberatan untuk menjadi saksi pernikahan Mario dan Sasha. Pasalnya Inka adalah sahabat baik istrinya. Ia tak mau di persalahkan sang istri, jika semua ini terbongkar. Bisa-bisa Cinta memusuhi Rey juga karena masalah ini, dan Rey tak bisa membayangkan jauh dari istri tercintanya itu.

Mario pun telah mendatangi kepolisian untuk mengusut tuntas kejadian malam di mana Sasha mengalami kekerasan seksual. Kesehatan Sasha pun, semakin membaik, ia sudah bisa bersaksi dan mengenali pelaku. Hingga akhirnya si pelaku terciduk dan sedang dalam proses persidangan.

Entah, bagaimana nasib Inka selanjutnya? Sejak beranjak dewasa, ia kecewa dengan sang ayah. Dan kini, satu-satunya pria yang terdekat dalam hidupnya pun melakukan hal yang sama.

Yang pasti Mario tidak akan melepaskan Inka. Ia sudah merasa bahagia bersama Inka, dan merasakan cinta padanya. Menikahi Sasha, hanya atas dasar tanggung jawab dan rasa kasihan, mungkin masih ada rasa sayang juga di hatinya.

Yang pasti, ia yakin akan menjalaninya dengan baik dan dengan penuh kehati-hatian. Ia yakin akan bisa adil pada keduanya nanti.