[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Hall Sekolah
Coffee break pun tiba. Ini udah jam sepuluh, saatnya jeda istirahat sebentar. Gue pun pergi ke hall buat nonton Puput dan teman-teman Pramukanya latihan baris berbaris.
PRIIIT... PRIIIT...
"HORMAT KANAN MAJU JALAN," teriak Puput yang jadi komandan barisan. Pas banget dengan waktunya gue masuk dan duduk. Kayanya Puput sengaja deh buat ngasih penghormatan buat gue. Hahaha...
Ga lama, latihan mereka pun terlihat selesai. Ada yang duduk-duduk lesehan, ada yang pindah duduk ke kursi penonton, ada yang minum, cerita-cerita, pokoknya ngaso gitu mereka.
Puput pun datang menghampiri gue dengan handuk kecil di lehernya. "Gile keringet lu, Poy," kata gue. "Tapi ga yang ngeluarin bau banget kan?" kata Puput. "Enggak, sih," kata gue. "Iyalah, gue kan pakai deodoran. Emangnya gembel, keringetan tapi ga pakai deodoran. Hih pasti bau banget deh itu," kata Puput.
"Tapi abis ini lu mandi lagi kan?" kata gue. "Ya iyalah! Masa iya gue bertahan dengan badan gue yang lengket-lengket gini sampe seharian? Big no," kata Puput.
"Biarpun jam efektif di sekolah kita hari ini cukup singkat, ga kaya biasanya yang harus balik jam empat, tetep gue harus tetap slay. Masa iya gue bertahan nunggu jam dua buat balik ke rumah baru gue mandi? Inget motto kita?" kata Puput.
"TETEP SLAY, TETEP CANTIK DIMANAPUN BERADA. Hahaha," kata gue dan Puput berbarengan.
"Ya udah yok cabut. Sekalian lu mandi deh. Ntar jam coffee break keburu abis lagi," kata gue. "Iya, yuk," kata Puput.
Beberapa waktu kemudian. Puput udah kelar bersih-bersih dan kami kembali ke kelas. Tapi, jam coffee break belum abis.
"Tahu ga, dua minggu lagi gue sama anak-anak Pramuka mau Raimuna di Bandung," kata Puput. "Raimuna?" kata gue. "Iya, itu loh acara perkemahan besar yang cuma diadain buat Penegak sama Pendega. Jadi perwakilan Pramuka dari berbagai penjuru daerah bakal kumpul di sana," kata Puput.
"Wah, seru dong? Tapi dulu gue dengernya Jambore, bukan Raimuna," kata gue. Kalau Jambore itu tingkat Penggalang. Jaman masih bocil kaya SD SMP gitu," jelas Puput.
"Jadi nanti lu pergi dong. Gue sama siapa?" kata gue manja. "Sama si Gayung noh," kata Puput. "Lah? Kok?" gue herman. "Bukannya kalian udah japri-japrian? Udah bestie dong jadinya? Ciyeee diem-diem udah bestie-an," kata Puput.
"Ga gitu konsepnya, S3mvak Firaun!" kata gue.
KRIIIIIIING...
Waktu coffee break pun kelar. Kami pun melanjutkan pelajaran. Asiknya kalau hari Sabtu gini suasana ga seformal seperti biasanya. Guru lebih banyak kasih game, problem solving, buat-buat JDI alias Just Do It alias kreasi-kreasi kerajinan tangan yaitu teknologi sederhana buat memperingan kerjaan sehari-hari, dan banyak lagi.
"Bapak mau kalian membentuk kelompok buat project yang sudah kita bahas barusan," kata Pak Kornelius. "Pak," Roni ngacungin tangan. "Deadline-nya kapan Pak?" lanjut Roni. "Tentu pekan depan dong. Kita kan ketemu lagi di kelas ini pekan depan," jawab Pak Kornelius.
Kami pun mulai membentuk kelompok. Masing-masing lebih cenderung ngumpul sesuai kedekatan mereka, mereka punya bestie-an masing-masing.
Sementara Gilang, ga ada murid yang bener-bener deket sama dia. Tapi, justru Gilang jadi rebutan buat gabung kelompok di sana-sini.
"Hemh... " Puput menyeringai. "Sebentar lagi si Gayung bakal jadi tumbal dimanapun doi gabung," kata Puput. "Iya, sih, Poy. Lu ga mau ngerekrut doi, Poy? Daripada kasihan jadi tumbal. Pasti doi bakal jadi babu yang disuruh-suruh sama anak-anak sekelompoknya," kata gue.
"Ih, ogah. Biarin aja. Udah gede ini. Biarin doi nyelesein urusannya sendiri," kata Puput. Gue yakin, Poy, sebenarnya lu peduli kan sama Gilang? Lu pura-pura aja soalnya lu gengsi. Ya udah kalau gitu, gue mau lihat sampai dimana lu berhasil nyembunyiin itu dan sampai dimana usaha lu buat ngewujudin apa yang lu mau.
Lu bilang lu pingin karakter Gilang berubah. Terus setelah berubah? Apa mau lu pacarin? Gue tunggu, Poy. Gue akan pura-pura ga tahu.
"Gilang! Sini! Gabung ke kelompok kami aja!" kata Tamtam. "Jangan, Lang. Mending gabung ke kita-kita," kata Boim. "Pssst... Lang. Gue sebagai temen sebangku elu cuma ngasih tahu aja, lu hati-hati kalau mau gabung sama kelompok mereka. Jangan sampe lu cuma dimanfaatin sama mereka," kata Rian pelan-pelan. "Iya, makasih, Bro. Saya ikut kelompok kamu saja," kata Gilang.
Nah, pas. Seenggaknya ada orang baik yang nemenin Gilang berkelompok di situ. Gue lega ngedengerinnya.
"Heh! Le! Lu daritadi nengok ke sebelah mulu. Kelompok kita di sini, Le. Di sini," protes Puput. "Tahu nih, bukannya ikutan diskusi malah bengong ngelihatin mereka," kata David. "Iya, iya, maaf," kata gue. Gue pun lanjut dengan kelompok gue.
KRIIIIIIING...
Jam istirahat pun tiba. Gue ga sabar mau nyaksiin Puput nyulik Gilang.
Pas orang-orang pada bubar dari kelas, Puput pun sibuk neleponin orang-orang yang entah siapa. Pastinya temen-temen ekskul karatenya dong, kan ceritanya dari kemaren juga Papoy niat banget buat masukin Gilang ke ekskul itu.
"Ya udah, gue cabut duluan, Le," pamit Puput. Yah, gue sendirian doang. Eh tapi gue mau ngintip dari jauh deh sambil ngerekam. Tahu sendiri, gini-gini gue adalah paparazi. Ya, walau banyak hal yang ga gue publish, tapi gue adalah paparazi profesional.
"Lang, ada yang manggil lu di hall tuh?" kata Vincent. "Siapa ya?" tanya Gilang. Mereka lagi ngobrol di koridor dekat taman sekolah.
"Jaya, anak kelas dua belas," kata Vincent. "Jaya?" kata Gilang heran. "Masa lu ga tahu? Jaya! Itu loh anak yang badannya kekar dan tukang bullying anak-anak lain," kata Vincent. "Aneh. Apa urusannya sama saya, kok saya dipanggil sama dia?" kata Gilang.
"Udah lu nurut aja, Lang. Pokoknya lu nurut, pasrah apapun yang terjadi. Jangan nunjukin perlawanan apapun. Kalau gue sih amit-amit deh kalau sampai berurusan sama doi. Hih, serem," lanjut David.
Gilang masih terlihat mikir. "Please, Lang, dateng ke sana dong Lang. Masalahnya gue yang disuruh. Kalau elu ga dateng ke sana yang mampus itu gue," kata David.
"Baik, baik. Lagi pula saya kan ga ada salah apapun. Jadi, kenapa harus takut sama orang yang namanya Jaya itu," kata Gilang. "Tapi lu ga usah ngelawan ya? Ga tega gue kalau lu kenapa-kenapa," kata Vincent.
Gilang pun berjalan sendirian menuju hall. Vincent ga ikut. Sebenarnya ga sendirian juga sih, karena gue lagi ngikutin doi dari belakang. Seperti biasa, mengendap-endap.
BRAAAAAK...
Terdengar suara pintu yang dibanting. Jelas itu adalah pintu hall. Sekarang hall lagi ga ada yang gunain, jadi di situ pasti lagi sepi. Gue jadi ikut merinding sih. Kalau Gilang kenapa-kenapa pasti ga akan heboh karena orang-orang ga bakal ada yang tahu.
Papoy... Papoy... Sebenarnya apa sih yang lu rencanain? Serem banget, sumpah.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian