Saat kamu menemukan seseorang yang sangat amat kamu cintai, lebih dari sahabat, namun dia malah meninggalkanmu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngerokok
"Sekarang udah berani nunjukin rokoknya?"
Hana menatap sebungkus rokok di atas meja kerja Haruto. Baru saja pulang bekerja, tapi sepertinya pria itu sudah mengundang keributan dimalam ini.
"Siapa suruh lo minta gue lebih deket sama lo"
"Oh jadi salah gue?!"
"Iya"
"Travis!"
Haruto terkekeh, pria itu mendekat untuk memeluk Hana. Tapi lebih dulu di tolak mentah mentah dengan wajah kesal khas Hana.
"Jauh jauh! Bau rokok tau ngga?"
Haruto mendegus, "orang udah lama nyebatnya"
"Ngga mau, gue pindah kamar aja"
"Ey"
Hana kembali berbalik saat tubuhnya refleks ingin keluar kamar Haruto. Gadis itu terkekeh, dia baru ingat kalau kunci kamar yg selama ini dia tempati sudah disimpan Haruto.
Ya, pria itu memaksa Hana untuk tidur berdua dengannya. Bukan atas dasar saling mau, tapi hanya karena pendekatan yg mereka berdua saling rencanakan.
"Gue udah mandi, lagian udah ngga bau ah"
"Mana coba gue cium" Hana mendekat kembali.
Namun pria itu sepertinya sudah lebih handal. Haruto justru mendekatkan bibirnya tepat di bibir Hana. Walau tanpa gadis itu sadari kecupan singkat mendarat begitu saja.
"Travis!"
"You can call me Haruto, Babe" Haruto terkekeh lagi.
"Ngga mau, jauh jauh! Masih bau rokok!"
"Ngga ada" Haruto menarik Hana kepelukannya. Bahkan mengukung tubuh itu walau sedikit perlawanan yg Hana tidak bisa tangani sendiri.
"Ruto!" Rengeknya.
"Besok weekend, mau main ngga?"
Hana menggeleng.
"Kenapa?" Kesalnya.
"Dirumah aja lah, capek"
"Lo ngapain pake ada acara cape segala? Kayanya gue yg kerja full time kenapa lo yg capek?"
Hana tertawa, gadis itu menangkup wajah Haruto yg tirus sambil sesekali menyubit pipinya.
"U tu tu cuami aku kerja full time ya? Iya?"
"Ah! Bener bener lo!" Ucapnya sambil terkekeh.
"Lagian siapa suruh gue ngga boleh kerja?"
"Han?"
"Hm?"
"Menurut gue ini apresiasi dari gue karena lo udah berjuang begitu keras jadi wanita. Lo berhak mendapatkan hadiah ini, karena cuma ini yg gue bisa kasih sama lo"
"..."
"Terima kasih udah mau bertahan sampai titik ini dan terima kasih juga, karena lo udah mau ada di samping gue"
"Ih so sweet banget suami aku" kali ini Hana mencubit hidung mancung Haruto.
"Makasih ya, ayang"
Haruto tersenyum malu. Bahkan telinganya sudah merah kepanasan karena ucapan Hana yg sebenarnya juga Haruro sendiri yg memulai.
"Tapi kalo gini terus gue bisa mati kebosenan karena ngga ngapa ngapain di rumah lo!"
Haruto terkekeh, mengecup bibir Hana kembali tanpa penolakan "lo bisa ngelakuin apapun yg lo mau, gue kan ngga larang selain kerja"
"Iya sih, tapi kan sama aja gue ngga ada temen, lo kerja"
"Ya udah besok bisa, mau kemana?"
"Pantai"
"Cuma pantai? Kecil itu mah"
"Dih! Ngeselin!"
Haruto dan Hana terkekeh sesekali Haruto mengecup pipi Hana secara bergantian.
"Oh ya,"
"Hm?"
"Ih geli tau! Kan gue mau ngomong!"
"Ngomong aja, habisnya gemes gue"
"Tapi, To"
Haruto terkekeh, menjauhkan wajahnya untuk menatap Hana dengan tenang.
"Gimana kalo naik banana boad?"
"Boleh"
"Snorcling?"
"Boleh"
"Yey!"
"Cium dulu"
Cup
"Soal yg lo omongin waktu itu,"
Hana masih mendaratkan bibirnya pada pipi Haruto.
"Soal apa?"
"Soal bunda"
"Sakit?"
"Bukan!"
Hana menjauhkan wajahnya, menatap binging.
"Cucu"
"Iya?"
"Yuk?"
"Huh?"
...***...
"To" Hana mendekat, merangkulkan kedua tangannya pada leher Haruto. Pria itu sedang duduk di meja kerja sambil fokus pada laptopnya.
"Gue bosen"
"Ya udah temenin gue"
"Ah tambah bosen liat lo kerja mulu!"
Haruto mendegus.
"Ini malem dan besok lo libur! Ngga ada hal menarik apa? Ini kan malam minggu"
"Emang mau ngapain?" Ucapnya sambil mengetik.
"Nonton atau bikin anak?"
"Huh?" Haruto tiba tiba berhenti dari kegiatannya "fulgar banget sih?"
Bukannya merasa bersalah, gadis itu justru tertawa karena nada bicara Haruto.
"Ayo nonton aja!"
"Nanggung banget kurang dikit"
"Ah! Ngga asik!" Hana menepuk lengan Haruto. Gadis itu melangkah ke ranjang dan membuka saluran televisi dengan kencang.
"Hana, gue ngga fokus kalo suara tv nya kenceng gitu"
"Apa?! Ngga denger!"
"Hana, matiin sebentar"
"Huh?! Ngga denger, To!"
Haruto menghela napas, pria itu menutup laptopnya sedikit kesal. Benar ucapan Hana kalau pekerjaan tak perlu di bawa pulang. Tapi hanya ini yg jadi rutinitasnya setiap hari bahkan sebelum kedatangan Hana di hidupnya.
"Ya udah ayo" Haruto menatap tajam.
"Ya sini, ayo nonton apa"
"Nonton?"
"Iya, katanya mau nonton kan?"
"Bukan, yg opsi kedua"
"Huh? Yakin?"
Haruto mengangguk.
"Tapi gue ngga siap tauk!"
"Gue juga"
Haruto menghela napas "tapi salah gue ngga sih kalo ngga mulai duluan? Kita udah lama banget sama sama dan ngga mungkin mereka ngga mengharapkan cucu dari kita"
"Kita bisa mulai kalo siap kan?"
"Ya udah nonton aja" Haruto bergabung dengan Hana. Sama seperti biasanya, gadis itu berbaring pada dada Haruto. Menikmati setiap adegan tanpa bergerak sedikitpun.
"Han?"
"Hm?"
"Gue,"
"Eh itu tu yg tadi di pesawat kan? Kok bisa disini?"
Haruto menghela napas.
"To! Liat deh, ih lucu banget bayinya!"
"..."
Hana menoleh "maap, kenapa sayangku cintaku?"
"Gue mau ngerokok dulu" Haruto bangkit.
"Eyyy" Hana ikut bangkit, manarik Haruto agar tidak jadi pergi dari tempat duduknya sekarang di ranjang.
"Pait nih mulut gue"
"Permen mau?"
"Kagak"
"Terus apa?"
"Rokok"
Hana mendegus, memajukan bibir bawahnya.
"Gue gigit juga tuh bibir lo"
"Ayolah, stop rokoknya!" Rengek Hana. Bahkan kedua manusia itu mengabaikan apa saja adengan inti dari film yg sedang mereka tonton.
"Iya"
"Cuma iya? Lo kenapa sih?"
"Ngga papa, mungkin capek mikirin kerjaan"
"Bohong ya?" Hana mengusap pipi Haruto.
"Engga, gue tidur aja"
"Ih, ngga seru banget"
"Marah?"
"Iya, lo bilang mau nemenin gue nonton! Kiss sense!" Tunjuknya.
"Anak kecil ngga boleh nonton gituan" namun Haruto justru menutup kedua mata Hana dengan tangan.
"Ih gue udah gede! Lepas!"
"Udah selesai"
"Haruto! Ngeselin lagi kan?!"
Haruto tertawa "lagian apa sih serunya nonton romance? Mending horor"
"Ngga mau, kaya lo berani aja"
Haruto melirik "berarti lo sering nonton begituan ya? Buat belajar supaya bisa nyium nyium cowok lain?"
"Sok tau banget nih cowok!"
"Tau lah gue"
"Gue temen aja ngga punya apa lagi cowok, lo yg waras dikit kek, To"
"Jadi gue bukan cowok lo?"
"Bukan, lo kan suami gue"
Haruto terkekeh "sini istri, suaminya mau di cium nih"
"Ih geli banget!"
Mereka saling tertawa, kembali mengabaikan filmnya.
"Kapan lo siap?"
"Kenapa tiba tiba ngomong itu lagi?"
Haruto mengalihkan pandangannya dari Hana.
"Lo udah bilang itu dua kali, dan saat gue yg mau lo malah ngehindar"
"Kemarin lo yg minta kita jadian. Sekarang waktu gue tagih kenapa lo yg ngehindar?"
"Kenapa? You get dejavu?'
Hana memecahkan lamunannya sendiri, gadis itu memeluk tubuh Haruto dari samping.
"Engga kok, gue kira lo becanda"
"Lo emang selalu mandang dunia sebagai lelucon"
"To! Kenapa sih jadi mellow gini" rengeknya. Gadis itu sesekali mendusalkan wajahnya ke leher Haruto. Sesekali juga mengusapkan hidungnya pada leher itu.
"Ah, jangan gitu!"
"Ya elonya yg jangan gitu!"
"..."
"Lo ganti sabun ya?"
Walau sedang kesal Haruto masih mau menoleh, menatap Hana "Engga"
"Tapi ini beda ya" Hana mengendus.
"Hana, mending dibibir sekalian deh"
"Eh?"
You get Dejavu again, Hana.