Azmi Khoerunnisa, terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menikah dengan bujang lapuk, Atharrazka Abdilah. Dosen ganteng yang terkenal killer diseantero kampus.
Akankah Azmi bisa bertahan dengan pernikahan yang tak diinginkannya???
Bagaimana cerita mereka selanjutnya ditengah sifat mereka yang berbanding terbalik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azthar # kembali kekampus.
Beberapa hari menjalani bulan madu cukup membuat Azmi tenang, tapi hari ini ia harus kembali kekampus setelah meminta cuti libur yang Athar ajukan untuknya. Didalam mobil yang mereka tumpangi, jantung Azmi kian berdebar kala gerbang kampus sudah didepan matanya.
Jemarinya saling bertaut, dengan manik mata yang bergerak sana-sini tak tentu. Takut dan gelisah makin ia rasakan setelah kijang besi milik suaminya berhenti. Ini pertama kalinya ia mau naik mobil dan berangkat bersama suaminya, namun rasanya seperti berangkat ke kampus dengan aktor terkenal saja. Makanya ia tegang banget.
"Sudah sampai, ayo keluar!" ajak Athar sambil melepaskan sabuk pengamannya.
Tapi, Azmi masih duduk diam dikursinya, meremat jemarinya dengan kepala ditekuk.
Athat hendak membuka pintu mobilnya untuk keluar dari kendaraan beroda empat itu, tapi ia melihat istrinya yang masih ditempat.
"Kenapa?" tanya pak dosen.
"Aku gak mau kuliah," jawab Azmi pelan dan ragu, melirik sekilas dan kembali ke mode awal.
"Kenapa begitu? Bukannya kamu ingin jadi pengacara." Athar menutup pintunya kembali, sepertinya mahasiswinya ini butuh guru BK karena sejak di rumah sikapnya hening terus ga cerewet lagi.
"Aku ... Takut juga malu," jawab Azmi.
"Apalagi yang kamu takutkan?" tanya Athar mencari pemahaman tentang sikap Azmi.
"Aku mahasiswi, mas Dosen. Apa kata mereka nanti? Terus, kalau aku dibully sama fans-nya mas gimana?" keluh gadis itu.
Azmi memegang lengan Athar dengan erat, "Aku jadi ibu rumah tangga saja lah," cetus Azmi.
Athar melirik istrinya yang tajam, "Kamu yakin?"
Rasanya masih belum bisa percaya, nikah sama dosen terasa seperti beban yang sangat berat bagi Azmi. Padahal gak selebay itu ia harus memikirkannya, namun bagi gadis yang baru menginjakkan kaki di bangku kuliah lewat jalur beasiswa, tentu banyak cibiran atau fitnah yang tak terelakkan.
Seperti mahasiswi gatal, gitu.
Maklum kan, ia berasal dari level rata, alias rakyat jelata. Hal itu berimbang pada penilaian orang terhadapnya, karena ia baru masuk kuliah. Tentu banyak pertanyaan di kepala penghuni kampus tersebut, dalam statusnya yang mendadak jadi istri dosen.
"Kalau kamu kayak gini, terus apa gunanya kamu ambil beasiswa kuliah? Belum sebulan kamu kuliah sudah mundur," sindir Athar sembari melirik Arlojinya.
"Aku kan gak tahu, kalau pada akhir akan menikah sama dosen aku sendiri," ujar Azmi menaikkan intonasi nadanya.
"Azmi," panggil Athar, untuk mencoba meredakan amarah istrinya yang mendadak emosi itu.
"Aku masih baru disini, orang pasti mikirnya aku godain dosen sendiri," lagi Azmi mengeluh tapi dengan nada yang melunak.
Tangan Athar menggenggam tanga Azmi, ia menarik tangan itu dan membawa istrinya kedalam pelukan.
"Aku paham, tapi ini gak akan lama. Pasti segera berlalu dan ada rekan kerja aku yang tahu soal kita. Berhenti berpikir buruk, fokus saja pada tujuan kamu kuliah disini. Mengerti!" Azmi mengangguk pelan dalam dekapan itu, ia menengadah dan mengedipkan matanya berkali-kali agar air matanya tak keluar tepat saat itu Athar menatapnya juga.
Empat mata itu saling tatap, hening tapi begitu syahdu. Mata Athar malah turun pada bibir yang memakai lipstik nude, bibir yang sudah ia raup dengan brutal hingga bengkak saat malam itu.
Damn it!
Hasrat kelakian Athar bangkit, bulan madu itu belum kenyang ia rasakan. Karena hanya malam itu saja ia menyentuh si Azmi, selanjutnya istrinya itu susah untuk diajak kompromi. Malah ia kesal sendiri.
Bukankah pengantin baru itu lagi hangat-hangatnya, ini mah enggak.
"Kita udah hampir telat, ayo!" ajak Athar melepaskan pelukannya, membuyarkan gairah sesat dalam tubuhnya. Ia sadar ini kampus, jadi bukan saatnya untuk nano-nano.
Azmi merapikan penampilannya, melalu spion tengah. Berbeda dengan Athar yang langsung keluar dari mobilnya, ia menunggu sampai istrinya keluar untuk mengunci mobilnya sekaligus berjalan bersama istri.
Gak ada yang salah kok, kan udah halal dan semua orang udah tahu bahwa mereka pasutri.
Setelah Azmi keluar, Athar menarik tangan dan menggenggamnya. Mereka berjalan masuk menuju gedung bertingkat itu.
Banyak mata yang mengarah pada mereka, ada yang tersenyum ada pula yang mencibir lalu mengghibah. Athar tak peduli tapi Azmi langsung menundukkan kepalanya, manakala mulut-mulut pengghibah itu menjelekkan namanya yang sudah menjadi istri pak dosen ganteng di kampus itu.
Azmi tak sengaja melewati Jesika dan sandra, ada juga Beny dan Anggara. Ia ingin menyapa tapi mereka langsung membuang muka, hal itu membuat Azmi makin meradang. Merekalah teman paling dekat dengannya di kampus itu, sekarang ia merasa dikucilkan karena sudah menikah dengan pak Athar.
...----------------...
Saat masuk semua teman kelas mendiamkannya, tak ada yang menyapa apalagi bertanya. Azmi menghela nafas panjangnya dan bergumam pada diri sendiri, bahwa ia tak apa-apa. Setelah dosen masuk semua langsung memperhatikan pak guru tersebut.
Mana kebetulan ini jam kuliahnya pak Athar, suaminya sendiri lagi. Tentu ada rasa canggung juga yang terselip dihatinya, berbeda dengan Athar yang mungkin sudah terbiasa. Azmi memperhatikannya menjelaskan bab yang mereka bahas, dari awal ia hanya terfokus pada pelajaran kuliah tak sedetik pun ia melewatkannya.
Mencatat yang penting dan menyimak rentetan kalimat yang ia harus hapal sampai selesai.
"Baiklah, Sampai disini pertemuan—" Athar ingin pamit untuk menutup mata kuliahnya hari ini, tapi tiba-tiba si Beny menghentikannya.
"Maaf, pak. Dari tadi bibir saya udah gatal ingin bertanya, tapi tak berani," ujar Beny tersenyum ragu.
"Tanya Apa, Ben?" sahut Athar yang masih berada ditengah papan tulis.
"Anu, pak. Itu di kemeja bapak, apa ya? Merah, merah gitu. Kek lipstik gitu," tanya Beny.
Athar melihat kemejanya, ia baru sadar ada noda lipstik. Ia yakin pasti karena memeluk Azmi di mobil tadi. Matanya mengarah pada Azmi yang juga menatap padanya, malu sih. Tapi bukan pak dosen namanya kalau gak bisa ngeles.
"Tadi saya juga lihat bapak yang sudah mau keluar dari mobil tapi gak jadi, cukup lama bapak didalam sama istrinya." Jesika memulai siasat praduga yang membuat seisi kelas tersenyum memojokkan dua insan yang baru pulang honey moon itu.
"Emangnya kenapa? Toh saya sudah menikah, kalian juga pasti paham," aku Athar tanpa basa-basi.
"Bapak ehem-ehem dulu, ya pak. Adalah belasan menit bapak di dalam mobil," ujar Beny makin menyudutkan.
"Itu bukan ehem-ehem, Ben. Tapi produksi anak," ujar Sandra menjelaskan.
Suasana pecah, hampir seluruh penghuni kelas tertawa. Dan Azmi, sumpah demi apapun ini sangat memalukan baginya. Ia menutup mukanya dengan buku catatan yang dipegangnya.
Sementara Athar hanya tersenyum saja melihat sikap Azmi yang langsung menyembunyikan mukanya.
"Kalau kalian pengen tinggal menikah, yang penting udah halal gak ada salahnya," ujar Athar melirik pada Azmi, yang sempat meliriknya.
"Cieee ... Si bapak. Makin publish aja," cibir Beny.
"Ehem, ehem."
"Gerah ah ... Ada manten anyar." timpal lainnya yang makin meriuhkan suasana.
Lain dari yang lain, ada satu mahasiswa yang tak menyukai keadaan itu. Ya, Anggara memilih mengabaikannya, ia tak peduli apapun tentang pernikahan Azmi. Gadis yang ia sukai sejak awal, sekarang malah sudah jadi istri dosennya.
Sampai-sampai Jesika menyadari sikap Anggara dan ia pun langsung diam.