NovelToon NovelToon
Istri Kecil Pak Dokter

Istri Kecil Pak Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Dokter / Pernikahan rahasia
Popularitas:96.2k
Nilai: 5
Nama Author: Safira

Jodoh itu unik.

Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.

Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.

Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.

Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.

Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.

"Kak Alan, mohon bimbing aku."

"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.

"Kak Alan, aku cinta kakak."

"Cintaku bukan kamu!"

"Siapa ??"

Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 - Aksi Mogok Istri Kecil

"Eh, sorry Lan. Ini barusan Lintang telepon. Aku pikir penting banget soalnya udah beberapa kali ponselmu berdering. Jadi, aku angkat. Maaf kalau aku salah," ucap Gendhis seraya menyerahkan ponsel milik Alan pada sang empunya.

"Oh begitu. Enggak apa-apa. Memangnya Lintang bicara apa tadi?" Alan masih terlihat santai seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Walaupun di hatinya sebenarnya ia tak begitu suka jika ada yang menyentuh ponselnya tanpa izin.

Namun bibir Alan kelu jika ingin menyampaikan rasa tak sukanya itu pada Gendhis. Terlebih saat ini wanita di depannya ini sedang hamil muda. Alan pun memilih bungkam.

"Kenapa kamu enggak bilang ke aku kalau sudah menikah dengan Lintang?" Gendhis tak menjawab pertanyaan Alan dan justru balik bertanya.

Gendhis didera rasa penasaran tentang alasan Alan berbohong padanya tentang status pernikahannya dengan Lintang.

Sebab beberapa waktu yang lalu setelah acara wisuda adik iparnya, Gendhis sempat menghubungi Alan. Ia mendesak Alan untuk mengaku tentang hubungannya dengan Lintang.

Alan mengaku jika sudah bertunangan dengan Lintang, bukan menikah.

"Lintang belum lulus sekolah. Jadi kita menikahnya enggak rame-rame dan tertutup. Cuma keluarga saja yang tau. Itu pun baru akad nikah saja belum resepsi,"

"Kamu enggak bun_tingin Lintang duluan kan?"

"Ngawur! Memangnya aku ada tampang bun_tingin anak orang sebelum nikah!" seru Alan.

"Aku percaya kok kalau sahabatku ini pria baik-baik," ucap Gendhis seraya tertawa kecil.

"Aku pikir kamu udah tau pernikahanku dengan Lintang. Bukankah katanya kalian berdua masih kerabat,"

"Ehm, aku enggak tau. Hubungan keluargaku dengan keluarga Lintang gak begitu dekat," cicit Gendhis.

"Oh, aku pikir kalian dekat."

Alan pun memilih tak membahas terlalu jauh kondisi hubungan keluarga Gendhis dengan Lintang. Buat Alan, hal itu adalah privasi. Selama Gendhis tak bercerita sendiri, dia tak ingin terlalu ingin tau atau ikut campur.

"Makasih banyak ya, Lan. Kalau enggak ada kamu, entah acaraku hari ini seperti apa jadinya."

"Hem,"

Alan pun tak terlalu lama berada di kediaman Gendhis. Ia berpamitan pulang setelah acara selesai. Jujur saja banyak pikiran yang tengah berseliweran di otaknya saat ini. Lintang, istrinya.

"Kamu enggak makan dulu, Lan?" tawar Gendhis yang saat ini tiba di acara penutup yakni makan-makan.

Acara di kediaman Gendhis bertema prasmanan. Para tamu sedang sibuk mengambil hidangan setelah beberapa menit yang lalu MC telah menutup acara.

"Aku mau langsung pulang saja, Dhis. Lagi pula aku kangen masakan istriku," celetuk Alan.

Entah karena didera rasa bersalah atau rindu yang berusaha disangkal di hatinya, tanpa sadar Alan menyebut Lintang 'istriku' di depan Gendhis. Terlebih Alan juga membahas rindu dengan masakan Lintang.

Tak dapat dipungkiri Alan benar-benar ingin segera pulang saat ini. Alan ingin bertemu dan melihat istri kecilnya itu. Sudah hampir satu minggu mereka tak bertemu secara langsung.

"Uhuy, pak dokter lagi keseng_sem masakan istri nih." Goda Gendhis.

"Lintang baru belajar masak,"

"Jaga baik-baik Lintang. Awas kalau kamu bikin dia nangis. Tak jewer nanti kupingmu, Lan!" Ancam Gendhis berbalut canda.

Alan hanya tersenyum tipis seraya menatap Gendhis yang sedang tertawa kecil di depannya.

Kemudian Alan berjalan keluar dari kediaman Gendhis menuju tempat mobilnya yang terparkir. Gendhis masih setia mengekori Alan.

Gendhis sempat berpamitan pada mertuanya hendak mengantarkan Alan ke depan rumah. Mertua Gendhis tentu tak protes melihat sikap menantunya karena ia mengenal Alan yang notabene sahabat Galih sejak SMA.

"Aku minta alamat rumahmu di Bandung dong, Lan."

"Buat apa?"

"Aku kan belum kasih kado pernikahan buat kalian,"

"Gak perlu, Dhis. Nanti saja kalau kita udah bikin resepsi," tolak Alan.

"Kalau aku pengin jalan-jalan atau belanja kan jadi ada temannya. Biar aku ajak jalan Lintang keliling Bandung,"

"Aku cuma ngontrak sementara di sini. Maaf, aku enggak bisa kasih alamat rumahku. Kalau kamu pengin ajak Lintang jalan berdua, telepon saja ke ponsel pribadinya. Bye Dhis..." ucap Alan seraya masuk ke dalam mobilnya.

Entah mengapa bibirnya secara refleks menolak untuk memberikan alamat rumahnya pada Gendhis ?

Alan masih belum mampu menelaah hatinya sendiri saat ini.

Alan memacu pedal gas mobilnya dalam-dalam. Ia ingin segera tiba di rumahnya. Fisiknya tengah letih dan sebenarnya butuh istirahat.

☘️☘️

Pukul sembilan malam lewat, Alan tiba di rumahnya. Alan yang memang memiliki kunci sendiri, langsung berjalan masuk ke dalam setelah memarkirkan mobilnya di garasi.

Alan sempat bertemu Bik Kokom di dapur sebelum dirinya masuk ke dalam kamar.

"Bibik belum tidur?" sapa Alan.

"Eh, pak dokter sudah pulang."

"Lagi ngapain, Bik?"

"Ini mau masukin makanan ke kulkas. Besok pagi biar bisa dihangatkan," ujar Bik Kokom yang sedang mengangkat hidangan makan malam ke dalam kulkas satu per satu.

"Kok masih banyak begini makanannya?"

"Iya, pak dokter. Yang makan cuma saya saja. Mbak Lintang belum makan malam,"

"Kenapa? Apa dia nungguin saya pulang buat makan malam bareng?"

"Tadi sore pas masak bilangnya kalau pak dokter pulang, Mbak Lintang pengin makan bareng. Tapi..." ucapan Bik Kokom perlahan menggantung.

"Tapi apa Bik?"

"Pas jam tujuh malam lewat, Mbak Lintang masih belum keluar kamar juga. Saya ketuk-ketuk pintunya, Mbak Lintang bilangnya ngantuk dan malas makan. Bibik disuruh habisin makanan segini banyak,"

"Lintang yang masak semua ini, Bik?"

"Mbak Lintang cuma masak setengahnya. Sejak sore, Mbak Lintang gak fokus masak. Katanya kangen sama pak dokter. Jadi sisanya bibik yang terusin masak,"

Alan terdiam sejenak usai mendengar penuturan dari Bik Kokom.

"Pak dokter,"

"Eh, i_ya Bik." Sahut Alan dengan nada suara terbata-bata.

"Aih, pak dokter ngelamun. Udah malam dilarang ngelamun, Pak dokter. Hehe..." ucap Bik Kokom seraya tertawa kecil.

"Pak dokter mau makan? Kalau iya, bibik hangatkan dulu." Tawar Bik Kokom.

"Gak perlu. Bibik masukin saja makanannya ke kulkas. Besok pagi tolong bibik hangatkan buat saya dan Lintang sarapan,"

"Beres pak dokter," ucap Bik Kokom seraya mengangkat jempol tangannya ke atas.

☘️☘️

Ceklek...

Perlahan derit pintu kamar utama Alan dorong dan buka. Lalu, ia tutup kembali secara rapat dan terkunci.

Pandangan matanya melihat jelas jika Lintang sudah berbaring di atas ranjang berbalut selimut. Namun Alan tak bisa jelas melihat wajah Lintang karena istri kecilnya itu tidur menghadap ke arah jendela.

Alan meletakkan kopernya di dekat lemari baju. Setelah itu, bibir Alan tersenyum menatap baju tidurnya yang telah disiapkan Lintang di atas sofa seperti biasanya.

Alan sengaja tak mengambil baju tidurnya tersebut. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lima belas menit berlalu.

Alan keluar dari kamar mandi. Ia sengaja mandi tak terlalu lama. Alan keluar hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah perut hingga ke arah lututnya.

Lalu, ia berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia mengambil sebuah celana jeans panjang warna hitam dan kaos polo warna grey. Alan pun tanpa sungkan berganti baju di depan lemari.

Malam ini, ia hendak melakukan sesuatu bersama Lintang. Rencana ini serba dadakan.

Entah mengapa rasa letih yang menderanya ketika di rumah Gendhis seketika sirna kala pandangan matanya berhasil melihat sang istri kecilnya. Seakan ada tenaga cadangan yang mendadak hadir di sela tubuhnya yang lelah.

Setelah selesai memakai bajunya, Alan berjalan ke arah ranjang tepatnya di dekat Lintang.

"Lin, bangun." Alan mengg0yangkan dengan lembut lengan Lintang, bahkan mengelus wajah istri kecilnya itu.

"Kakak tau kamu belum tidur. Ayo bangun, kita keluar."

Lintang masih setia memejamkan kedua matanya. Ia sedang melakukan aksi mogok pada Alan. Lintang sengaja pura-pura tidur. Tentu saja Alan tau hal itu, sekaligus penyebab Lintang ngambek malam ini.

"Kalau enggak bangun juga, kakak pergi sendirian nih." Lintang masih bergeming dengan pura-pura tidur. Alan tentu tak menyerah begitu saja.

"Kalau nanti ada cewek yang godain, jangan salahkan kakak ya."

Seketika...

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Ilfa Yarni
adh lintang knp km nangis yg ada nanti alan semakin menyakitimu
Fera Susanti
di suruh lama marah nya..eeh ia malah teriak2 panggil lama...pengen marah sama othor nya, tau juga klo Harin mantan anak berkebutuhan khusus..bingung sayah
Sugiharti Rusli
sepertinya mungkin Alan ga pergi, tapi entah dia berada di mana sekarang agar tidak terlihat sama si Lintang sih, tapi malah akan membahayakan sang iatri gatuh dia,,,
Sugiharti Rusli
entah si Alan menyadari apa tidak kalo saat ini biarkan si Lintang mengeluarkan semua kemarahannya terlebih dahulu yah, tapi benar kan dia malah panik sendiri begitu sang suami tidak dia temukan di mana"
Sugiharti Rusli
dan satu lagi, terkadang apa yang keluar dari mulut perempuan tuh terkadang ga sesuai dengan yang ada di hatinya kan😆
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa tidak dibujuk, Alan? tau kan istrimu seperti apa? kenapa malah pergi? supaya Lintang khawatir, terus heboh cari kamu seperti ini?
Maharani Rani
lanjutt kak
ngatun Lestari
lintang hebat, mau berjuang buat menjadi pribadi yang mandiri dan baik walopun mantan ABK... semangat ya Lin..smg kamu bahagia dgn kak Alanmu ...
Ruwi Yah
yg ada alan tambah kegeeran lin udah biarin aja sialan pergi biar otaknya sedikit encer
kiya
ya sudahlah klo bgtu kelakuan mu lin, terserahmu lah, terima aja nanti klo si alan sesuka hati memperlakukanmu
As Lamiah
emang outour solehot ku ini pinter banget mengulk hati para reders yg baca kisah di setiap karunya mu tour yg selalu nagih nunggu up mu tour
As Lamiah
yaaaa gitudeh kalo bucin akut mah gak bisa marah beneran yg ada takut kehilangan 🤭
FP
terbaik
Eni Istiarsi
namanya juga bocik 😄
kaylla salsabella
alan ada di kamar mandi lin🤭
Teh Euis Tea
hadeuhhh dasar bocil bknnya bikin si alan yg merasa bersalah, makin menjadi tyh si slan di hawatirin makin merasa di atas awan, besok2 pasti di ulang lg
gemes sm si lintang jdnya
Aditya hp/ bunda Lia: sama teh ... jadi pengen getok 🤭🤭
total 2 replies
Nurminah
kita yg emosi yg buat cerita bikin pelakunya klepek ama spagetti
Nurminah
hadeh
dyah EkaPratiwi
lintang ngambeknya kurang lama
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ish Lintang ngapain sih nangis nangis...biarin aja siAlan pergi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!