NovelToon NovelToon
Terima Kasih "Teman"?

Terima Kasih "Teman"?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Arsyila

Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 28

Terik matahari pagi yang menembus kaca jendela kamar, tak menghentikan pulasnya ia dalam mimpi indahnya. Shafa masih bergelung manis di balik selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Namun karena beberapa kali dering telpon, membuatnya memaksakan dirinya untuk terjaga, lebih tepatnya tangannya yang bergerak mencari sumber suara.

Dirabanya sisi kasur dan didapati ponselnya yang terus berdering. enggan membuka mata, ia hanya menggeser layar dengan acak dan segera menempelkan benda itu di telinga.

"hmm" gumamnya

"belum bangun?" suara Juna terdengar di ponselnya

"he eh.." Shafa kembali menggumamkan jawabannya

"bisa buka dulu pintunya?"

"hm? Males bangun" Shafa masih setia memejamkan matanya, dan sekarang malah menyelimuti tubuhnya dengan lebih tertutup oleh selimut.

terdengar kekehan kecil di sebrang sana

"aku bawa bubur kacang sama roti coklat"

"gak laper"

"yaudah aku simpan di meja teras ya. Aku pamit mau pulang ke kosan"

"hmmm" masih gumaman yang ia beri sebagai jawaban. Namun tak lama kemudian, matanya terbuka secara cepat. Segera ia bergegas keluar kamar dan cepat cepat membuka pintu rumahnya.

Disana terlihat Juna yang sudah berbalik dan sudah beberapa langkah menjauhi rumahnya.

Mendengar pintu rumah yang terbuka, membuat Juna membalikkan badannya kemudian tersenyum dan kembali melangkah mendekati Shafa di depan pintu.

"aku ganggu ya.."

"kenapa kesini?" tanya Shafa ketika Juna sudah kembali berada didepannya.

"bawain sarapan" ucap Juna, kembali mengambil bungkus plastik yang berisi bubur kacang dan roti nya tadi sudah disimpannya di meja dekat pintu.

"mau pulang?"

Juna merapikan rambut Shafa yang masih terlihat berantakan. Dan sejenak dia belai lembut wajah Shafa.

"iya." masih dengan tangan membelai pipi Shafa dan tatapan hangat yang tak lepas dari wajah Shafa yang masih sangat kusut.

"ih gue masih ileran..." elak Shafa mencoba menjauhkan wajahnya dari tangan Juna.

"hm?" Juna menaikkan alisnya dengan wajah sedikit di miringkan

"hm?" Shafa ikut memiringkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan gumaman Juna.

"masih belum kumpul ya nyawanya?"

"ngantuk"

Juna terkekeh mendengar jawaban cuek Shafa.

"yaudah tidur lagi. Tapi nanti di makan" Juna berujar dengan plastik yang di hadapkan langsung ke wajah Shafa.

"aku pamit ya.." Juna memeluk tubuh Shafa, erat dan mengecup keningnya.

"eh?" Shafa mencoba melepaskan pelukan itu karena terkejut dengan sikap Juna.

Tak lama ia membelalakkan matanya karena ingatan yang kembali hadir.

"kenapa?" Juna ikut terkejut dengan sikap shafa

"kita pacaran ya? Hehehe lupa..."

Juna kembali menampilkan senyum dan mengusap lembut rambut Shafa.

"iya. Kamu pacar aku. Milik aku" ucap Juna kemudian yang terdengar lebih posesif

Shafa menanggapinya dengan mengerutkan hidungnya

"masih belum terbiasa ngedenger Lo...eh kamu yang kayak gini"

"kayak gini gimana?"

"cringe? cheesy? posesif? Semacam itu.."

"harus dibiasain mulai sekarang." Juna sedikit mencolek hidung Shafa.

"udah jam segini.aku pamit ya." Juna kembali merentangkan tangannya, berharap Shafa masuk kedalam dekapannya.

"apa?" Shafa mencoba menggoda Juna dengan pura pura tidak mengerti maksud Juna. Namun salah, Juna segera menarik tubuh Shafa dan mendekapnya dengan erat.

"aku bakal kangen banget sama kamu" ucap Juna dengan sesekali menciumi rambut Shafa

"hm...yang semangat kuliahnya"

"kamu gak bakal kangen?"

"tiap hari telponan, video call juga" Shafa menjawab dengan memutar malas matanya.

"pengen di jawab"

"apasih.."

"aku bakal kangen kamu" Juna menatap wajah Shafa dengan alis yang ia naikkan dan pelukan yang masih belum terlepas.

"hm?" Juna masih menunggu

"ckkkk...iya. Aku juga" bala Shafa sedikit malas namun kemudian senyumnya terbit. Juna ikut tersenyum dan kembali mengecup kening serta pipi kanan dan kiri Shafa.

"jijik Juna..belum cuci muka" Shafa mencoba mengelak namun Juna belum melepaskan pelukannya

"gapapa..aku suka."

Shafa hanya mengernyitkan bibirnya dengan tatapan sedikit horor. ternyata Juna dan David sama saja jika depan pacarnya. sama sama aneh.

**********

"silahkan..mau pesan apa?" tanya Rossa pada pengunjung cafe yang berada dihadapannya.

"eh...hmm Faiz nya ada?" jawab wanita itu yang sekarang balik bertanya

"oh bos?" Rossa sedikit memandang wanita itu dengan tatapan dengan alis naik. Wanita yang bertanya itu menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga dengan raut wajah terlihat kikuk.

"ada di kantornya. Di atas." lanjut Rossa

"bisa kasih tahu Faiz kalau ada yang nyariin? Laras" ucap wanita yang tak lain adalah masa lalu Faiz.

"oh..boleh. tunggu dulu di meja ya kak, nanti saya kasih tahu bos" Rossa mencoba ramah dengan gestur menunjuk meja kosong dekat kasir.

"eh Shafa, bisa tolong ke atas. Ada tamu yang nyariin bos" ucap Rossa pada Shafa yang kebetulan lewat hendak masuk pantry.

"aku? Kak Dea aja deh.." Shafa menolak dengan sedikit memelas

"dih..tumben nolak?"

"aku....aku sakit perut. Ini mau ke toilet" Shafa berbohong, dirinya belum siap bertemu tatap dengan Faiz.

"ohhh...yaudah gue aja. Fan, jagain bentar ya. Mau ke atas dulu" ujar Rossa pada Irfan yang di angguki langsung.

Laras menunggu dengan sesekali mengusap pelan perutnya yang terlihat membuncit.

"makasih" ucap Laras pada waitress yang mengantarkan air minum.

Tak lama, Faiz terlihat berjalan dari arah tangga menuju meja yang ditempati Laras. sedikit menahan nafas karena perasaan grogi sekaligus takut, Laras mencoba tersenyum ketika Faiz sudah berada di depannya.

Faiz memandangnya sedikit lama dengan tatapan dingin dan sesekali melirik ke arah perutnya.

"ikut ke atas" ucapnya kemudian dengan nada datar.

Laras terkesiap mendengarnya, namun dengan segera, ia berdiri dan ikut melangkah di belakang tubuh Faiz.

"siapa deh?" Irfan berbisik pada Rossa yang ikut memandang ke arah bosnya dan wanita yang berada di belakangnya.

"gak tahu. Istrinya?" Rossa ikut berbisik

"ngaco..!! sejak kapan bos punya istri?"

"ya kali aja..mereka lagi renggang. terus istrinya nyariin kesini karena ngidam" Rossa memaparkan pendapatnya

"kalau bos punya istri, terus ngapain si bos ngedeketin si Shafa?"

Shafa yang mendengar namanya disebut, menolehkan kepalanya dan ikut mendekat ke arah Rossa dan Irfan di depan meja kasir.

"aku kenapa?" tanya Shafa penasaran

"si bos pernah ngapain aja ke elo?" tanya Irfan

"hah?" Shafa terkejut karena berpikir jika teman kerjanya tahu kelakuan Faiz pada Shafa.

"Lo tahu si bos punya istri?" lanjut Rossa

"hah?" Shafa kembali dibuat terkejut

"ckk...itu tadi yang nanyain si bos, cewek. Lagi hamil. Lo kan pernah jalan bareng sama si bos, dia pernah cerita apa gitu?"

Shafa menghela nafas lega, ternyata yang ada dipikirannya salah.

"hm? Gak ada cerita apa apa"

"gak ada nembak Lo juga? pedekate gitu?" sambung Irfan

"nggg...nggak." jawab Shafa sedikit terbata

"terus siapa dong cewek hamil tadi?" gumam Rossa

"kalau bos tahu lagi digibahin karyawannya, bisa mampus kalian" Dea menginterupsi obrolan terlarang pekerja cafe tersebut.

"ckk gak seru..!! Lagian kita gak tahu kehidupannya bos kan. Baru sekarang ada cewek, hamil lagi yang nanyain bos. Sebelumnya gak pernah ada tuh tamu bos yang datang ke cafe ini." Rossa mencoba membela diri

"emang bos tertutup banget ya orangnya?" Shafa penasaran

"he em. Kita gak tahu rumahnya dimana, udah punya pacar atau istri sekalipun kita gak pernah tahu. kecuali satu foto cewek di instagramnya. Belum pernah ada orang yang nyariin bos kesini. Baru cewek tadi." ucap Irfan

Shafa mengangguk anggukan kepala tanda mengerti dan sesekali melirik ke arah kantor Faiz di lantai atas

"udah kerja lagi..bubar bubar" Dea kembali menginterupsi obrolan mereka.

di dalam ruangan kantor cafe yang bernuansa klasik dengan keseluruhan ornamen berwarna abu dan hitam, Laras duduk tegang karena keterdiaman Faiz sejak mereka masuk kesini.

Faiz masih diam dengan tatapan datarnya pada Laras yang sekarang menautkan jarinya tanda gugup.

"kamu apa kabar?" Laras mencoba berbasa basi

"baik"

Laras mengangguk, ada banyak hal yang ingin ia sampaikan. namun karena tatapan itu, membuatnya ragu untuk berucap.

"berapa bulan?" tanya Faiz menunjuk perut Laras dengan dagunya.

"oh..jalan enam bulan" jawab Laras seraya mengusap pelan perutnya.

"aku....aku minta maaf" ujar Laras kemudian dengan suara sepelan mungkin dan kepala yang kini ia tundukkan.

"hm?" Faiz bergumam

"aku...maaf. Untuk semuanya. Aku tahu kamu gak akan semudah itu maafin aku. Tapi, aku benar benar nyesel."

Faiz masih menunggu Laras melanjutkan ucapannya.

"waktu itu, aku gak tahu kalau kamu udah nyiapin rencana buat ngelamar aku. Aku gegabah karena percaya sama ucapan...."

"tahu dari mana?" Faiz memotong ucapan Laras

"Reno" pelan Laras.

Faiz memiringkan kepalanya menanggapi jawaban Laras.

"dia ceritain semuanya setelah dia nikahin aku."

Faiz menghembuskan nafas pelan, mencoba mereda amarah yang mulai terkumpul.

"maaf. aku kebawa emosi waktu itu. Aku gak tahu kalau dia, dia ngejebak kamu buat balas dendam."

"dan semudah itu kamu terima dia?" Faiz membalas omongan Laras

"maaf.." Laras berucap dengan mata memerah menahan sesal.

"mau kamu sekarang?" Faiz masih berujar dengan nada datar yang tidak berkurang

"maafin aku.."

"gue udah lupain"

Laras memandang Faiz dengan senyum tertahan dan mata yang memancarkan harapan baru

"kamu mau nerima aku lagi? Aku masih sayang sama kamu. Cuma kamu yang ada di hati aku." Laras mencoba mendekat ke arah Faiz yang dari tadi duduk di kursi belakang meja kerja nya.

"aku minta maaf. Tapi jujur, cuma kamu satu satunya yang aku cintai. Dari dulu sampai sekarang" Laras membelai pelan jemari Faiz dan mulai berlutut di hadapan Faiz yang menampilkan wajah tegang dengan rahang mengeras.

"aku sayang kamu. Maafin aku..aku mau kamu." Laras masih mencoba membujuk Faiz dengan sedikit isakan yang keluar.

Faiz menunduk, menatap Laras yang masih menundukkan kepala dengan jemari yang ia takutkan pada Faiz.

"berdiri"

Laras menahan Isak tangisnya dan mengikuti perintah Faiz. Dengan hati hati karena terhalang perutnya yang membuncit, ia berdiri di hadapan Faiz.

"Reno?" tanya Faiz

Laras menggelengkan kepalanya "dia pergi. Dengan hutang menumpuk dan jadiin aku jaminan. Semua harta aku udah habis buat bayarin hutang dia. Aku udah gak punya apa apa lagi sekarang.." ujar Laras dengan air mata berlinang yang tidak bisa ia cegah

"kalau dia datang lagi?" Faiz kembali bertanya

"aku akan tetap sama kamu." jawab Laras yakin

Hati Faiz sakit melihat orang yang ia sayang menderita seperti ini. walaupun Laras sudah menyakiti hatinya dengan sangat dalam, namun perasaan sayang dan cinta itu belum pergi sepenuhnya dari hati dia.

Faiz membawa Laras untuk duduk di pangkuannya. sedikit terkejut, namun senyum bahagia terpancar dari mata Laras yang basah karena air mata.

Dengan lembut Faiz membelai pinggang berisi milik Laras.

"jangan tinggalin aku lagi." pada akhirnya hatinya kembali terbuka untuk menerima kembali wanita yang sangat dia rindukan itu.

Faiz mencium bibir Laras. Sedikit kasar karena rindu yang dia pendam selama ini akhirnya tersalurkan. Laras yang mendapat serangan tiba tiba dari Faiz sedikit terkejut, namun akhirnya ia membalas ciuman itu dengan senyuman.

liar dan memabukkan, itulah yang Laras rasakan ketika lumatan dan jilatan yang tak hentinya Faiz berikan padanya.

"eunggghhhh" lenguhan tertahan Laras membuat Faiz tambah bergairah dan segera membopong Laras menuju sofa. dengan cekatan dia mengunci pintu ruangannya dan membaringkan Laras di sofa tersebut.

Faiz menatap Laras dengan mata berkabut gairah. Segera dia lucuti pakaian terusan yang Laras kenakan. dengan hati hati, Faiz membelai perut besar Laras. Tak dia sangka, ternyata perut besar itu menambah gairah dalam dirinya. pergumulan itu tak dapat terhindarkan. Dengan suara decakan dan lenguhan tertahan yang tak henti mereka sautkan di tengah kesibukan cafe.

1
partini
5 th,,seh 5 th buanykkk bnggt yg bisa terjadi,,and then di sisinya di jadikan apa GUNDIK
partini
ga usah nangis be strong move on jangan pernah terlihat menyedihkan di depan orang yg ada di hatimu kalau bisa pergi jauh dulu
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya
CantStopWontstop
Terhibur banget!
Rukawasfound
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Anthea
Meleleh sudah air mata menunggu update terbaru, thor~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!