NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 28

"Aku menarik ucapanku kembali, Dara. Tidak baik kita saling bermusuhan seperti ini, apa kata orang lain? Kamu terpisah dengan anak," kata Rekha mencoba membujuk adiknya sekali lagi. Nada bicaranya ditahan agar terdengar lebih tenang, meski hati ini bergemuruh dengan rasa frustrasi.

"Hoaaamm ... aku terlalu nyaman menikmati hidupku di sini, Kak. Maaf, aku tidak bisa kembali. Sejak dulu, aku menyukai desa, udaranya sangat alami. Tolong, jangan memaksa kehendak sendiri," jawab Dara dengan senyum tipis yang justru membuat hati Rekha semakin panas. Betapa santainya ia berkata seperti itu, seolah masalah keluarga ini adalah angin lalu baginya.

"Sialan! Dara tetap tidak mau kembali ke kota!" batin Rekha menggigit bibir, mencoba menahan emosi. Pikiran-pikirannya bercampur aduk. Pengeluaran semakin banyak, sementara Dara terus menikmati kehidupannya di desa tanpa beban. Tapi anehnya, Dara tidak pernah mengeluh sedikit pun, bahkan dengan semua kesulitannya.

Rasa kesal Rekha bercampur dengan rasa kagum yang tidak mau diakui. "Aku minta maaf soal kemarin, Dara. Jangan kekanak-kanakan begini. Kita sudah menjadi seorang ibu, tidak baik bermusuhan terus-menerus," katanya dengan nada lebih rendah, berharap Dara mau mendengar.

Namun, alih-alih melunak, Dara malah menatap Rekha tajam, seolah matanya mampu menembus kepura-puraan Rekha.

"Siapa yang kekanak-kanakan, Kak? Bukannya Kak Rekha sendiri yang seperti itu, kan? Dulu Kakak melakukan apa pun kepada anakku, agar dibenci suami dan ibu mertuanya," ucap Dara dengan nada dingin namun menusuk. Kalimatnya seperti tamparan keras.

"Jadi, dia masih menyimpan luka itu ..." Rekha terdiam, tak bisa langsung menjawab. "Apakah aku memang sejahat itu di matanya? Dulu aku hanya ingin melindungi keluarga ini dengan caraku, tapi sekarang kusadari, mungkin tindakanku malah membuat jarak di antara kami semakin melebar," lanjutnya dalam hati.

Rekha merasa dadanya sesak, pikirannya bercampur aduk antara rasa frustrasi dan harapan. "Oke, aku minta maaf soal itu. Sekarang kita bisa memperbaiki semuanya, Dara. Tidak bisakah kamu memberikan kesempatan kepadaku?" ucapnya dengan penuh harap, berharap kata-kata itu mampu meraih kembali hubungan yang mulai retak.

Namun, sebelum sempat mendapatkan jawaban dari Dara, suara yang tak asing terdengar dari belakang.

"Ya ampun! Jauh-jauh Tante menemui ibuku? Apa sudah pusing memikirkan pengeluaran yang banyak? Tentu pusing sekali, sebab dulu tinggal beres, duduk manis, dan menikmati semuanya. Tante tidak tahu sama sekali, ibuku sampai sakit membaca nominal pengeluaran setiap bulan. Sedangkan Tante apa? Padahal Tante kakak tertua di sana," kata Livia dengan nada sarkastis, muncul tiba-tiba.

Kata-kata Livia membuat tubuh Rekha seketika tegang. "Sialan! Kenapa Livia tiba-tiba datang ke sini? Kalau ada dia, semuanya jadi kacau. Gagal sudah rencana membawa Dara kembali. Bagaimana aku bisa mengatasi situasi ini?" batin Rekha, kedua tangan otomatis mengepal kuat. Ia menatap Livia dengan ekspresi tenang yang dipaksa, mencoba meredam amarah yang berkobar di dalam dada.

"Kebetulan kamu datang ke sini, Livia. Tante mau membawa kamu dan ibumu kembali ke kediaman Esier. Kita harus menjaga nama baik keluarga besar ini, jangan sampai terpisah-pisah tidak jelas," ucap Rekha, suaranya terdengar tegas. Tapi jauh di dalam hati, ia tahu semua ini tidak semudah itu. "Livia tidak akan diam begitu saja. Dan Dara? Akankah dia percaya pada niatku yang tulus, ataukah ini akan menjadi satu lagi alasan untuk menjauh? Ah, keluarga ini selalu penuh teka-teki, dan aku terjebak di tengah permainan yang memusingkan," batinnya mencoba untuk tenang.

Livia cekikikan menahan tawanya. "Untuk apa mendengarkan omongan orang, Tante? Kita bisa menjawab pertanyaan mereka, mengapa keluarga Esier terpisah? Tinggal jawab saja, ibuku mau suasana tenang dan jauh dari kota. Masa tidak kepikiran sama sana?"

"Kak Rekha bisa mendengar sendiri, kan? Bisa menjawab pertanyaan orang lain, tanpa merusak nama keluarga kita. Aku tahu, apa niat Kak Rekha memintaku kembali. Benar apa yang dikatakan anakku, kalau pengeluaran setiap bulan sangat banyak sekali. Jangan kira aku bodoh!" sahut Dara langsung, pasti tujuan Kakaknya ada maksud lainnya.

"Sangat keterlaluan sekali kamu, Dara. Bisa-bisanya berpikiran seperti itu, aku mampu bertanggung jawab semuanya. Sudahlah, aku mau pergi karena kalian tidak peduli nama keluarga ini. Selamat tinggal!" Rekha bergegas meninggalkan berdua, dengan perasaan marah dan campur aduk.

"Aaaarggghhh .... kenapa dengan mereka sih? Lama-kelamaan aku bangkrut banyak pengeluaran, dibandingkan pemasukan. Sial!" gerutu Rekha dalam mobil.

Livia duduk disamping ibunya. "Apa keadaan Mama baik-baik saja?"

Dara mengangguk pelan. "Keadaan Mama jauh lebih baik sekarang. Ditambah kamu semakin dewasa, sayang. Bagaimana dengan hubunganmu dan suami? Apa kamu tetap mempertahankannya?"

Livia mendesah pelan, mau bagaimana dan harus bertahan. "Sepertinya Alex sengaja melakukan ini, Ma. Dia benar-benar berubah sekarang, sok peduli dan perhatian sama aku. Nomornya aku blokir sekarang ini, malas mendengar perhatiannya yang memuakkan."

Dara menggenggam jemari tangan anaknya. "Sebenarnya Mama tidak memaksamu untuk memberikan kesempatan satu kali lagi, siapa tahu .... Alex benar-benar berubah, Nak. Tapi kita jangan mempercayai sifatnya itu, takutnya ada tujuan lain dan kita tidak tahu. Setidaknya kamu berhati-hati, ya?"

Livia mengangguk pelan, segera mengalihkan pembicaraan dan menikmati waktu bersama ibunya.

*****************

Beberapa hari kemudian.

Sorak-sorai terdengar nyaring ketika balapan resmi siap dimulai. Semua peserta telah mengambil tempat mereka, bersiap menghadapi tantangan.

Awalnya, Zyan merasa optimis. Kevin dan yang lainnya berhasil melewati beberapa babak dengan gemilang. Bahkan, ia sudah mulai meyakinkan diri bahwa kali ini mereka akan menang.

Saat Zyan melingkarkan tangan di pinggang kekasihnya, ada rasa percaya diri yang mengalir. "Ini pasti saatnya tim kami berjaya," pikirnya.

Namun kenyataan mulai mengguncang kepercayaan diri itu. Kevin dan Lerry tiba-tiba tertinggal, teman-teman yang lain gugur satu demi satu di hadapan musuh.

Dada Zyan berdebar kencang, rasa cemas mulai menyelimuti pikiran. Ia mencoba tetap tegar, berdiri di tengah segala kekacauan ini. Ia menghampiri Kevin dan Lerry, mencoba menyuntikkan semangat yang tersisa. "Kalian harus menang kali ini, apa kalian paham? Jangan menyerah, ini soal harga diri kita! Jumlah hadiahnya juga tidak kecil, kalian pasti bisa!"

Zyan menepuk pundak mereka dengan harapan kata-katanya cukup kuat menguatkan hati mereka.

Lerry maju terlebih dahulu, memacu motor dengan kecepatan yang membuat semua penonton bersorak.

Zyan menahan napas saat Lerry hampir mendekati garis finish. Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba motornya mogok mendadak, membuat harapan mereka hancur dalam sekejap. Lerry kalah—kalah lagi.

Zyan mencengkeram rambutnya, frustasi membakar emosi. "Aaaarrgghh ...! Kalah lagi?!" Ia hampir tak bisa menahan amarah, menoleh ke motor itu dengan penuh kekesalan. "Motor punya siapa ini? Kenapa bisa begini di saat-saat penting seperti ini?"

Namun, bahkan dalam kekesalan itu, mereka tahu bahwa menyalahkan siapa pun tidak akan mengubah keadaan. Yang lain menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri, meski sulit rasanya berdamai dengan kekecewaan sebesar ini.

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!