Salahkah Aku Selingkuh

"Bagaimana kondisimu sekarang Nona Jasmine? Apa masih ada yang sakit ataupun nyeri?" dokter kembali menanyakan apa masih ada yang dikeluhkan oleh Jasmine selaku pasien VVIP dirumah sakit tempatnya bekerja.

"Sudah mendingan dok, kira-kira

kapan ya saya bisa pulang kerumah, dok?" tanya Jasmine penuh harap karena dia sudah bosan dirumah sakit meskipun dari segi pelayanan dan kamar perawatan Jasmine sudah mendapatkan yang terbaik. Namun tetap suasana rumahnya yang menjadi tempat paling nyaman baginya.

"Besok Nona sudah diperbolehkan untuk pulang, berdasarkan hasil pemeriksaan saya barusan, tekanan darah, detak jantung, dan semuanya sudah kembali normal." Jawab dokter wanita tersebut sambil tersenyum ramah mengagumi kecantikan alami Jasmine.     

"Pantas saja pak Devan begitu tergila-gila pada asistennya ini, Nona Jasmine benar-benar cantik natural." gumam dokter dalam hatinya.

"Terima kasih dok, saya senang sekali mendengar berita bahagia ini."  Jasmine tersenyum sumringah.   

"Nona Jasmine, ini ada kiriman buket berisi buah-buahan segar. Silahkan diterima." salah seorang perawat masuk lalu menyerahkan ketangan Jasmine.

"Dari siapa Sus?"

"Nona bisa lihat dari kartu ucapan yang ada didalamnya."

"Oke, terimakasih ya sus."

Jasmine mengambil selembar kertas putih, tertara nama si pengirim Mama Helena dan suaminya. disana tertulis berupa doa terbaik untuk kesehatan Jasmine dan juga permintaan maaf kepada calon menantunya itu, karena tidak bisa datang menjenguk secara langsung kerumah sakit, berhubung mereka berdua ada keperluan mendadak keluar negeri.

"Ternyata bunga dan bingkisan buah ini dari mama Helen, bahkan dia masih ingat buah-buahan kesukaan ku." bathin Jasmine merasa terharu.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Dokter ditemani seorang perawat itu pun keluar ruangan. Sementara Devan tengah sibuk mengangkat telpon. tidak tahu dia ngobrol dengan siapa namun dari ekspresi wajahnya Devan terlihat tengah berusaha menahan amarahnya. Bahkan Devan berjalan mondar-mandir seraya mengusap kepalanya.

Prank...!!

Jasmine terlonjak kaget begitu melihat Devan yang baru selesai menutup telponnya langsung melempar benda tersebut kelantai hingga tidak berbentuk lagi.

"Pak Devan, ada apa?" tanya Jasmine hati-hati berjalan mendekati pria itu.

"Setelah kepulanganmu nanti, mama meminta seluruh anggota keluarga untuk berkumpul. Pernikahanmu dengan Dirga dipercepat." ucap Devan dingin, namun rahangnya terlihat bergetar.

"Ma... maafkan aku.. Membuatmu jadi semarah ini...hick ..hick."Jasmine merasa bersalah, Devan seperti ini gara-gara dirinya.

"Puas...puas kamu mempermainkan aku Jasmine."

"Ya, aku wanita jahat..!!! yang semula memang sengaja mempermainkan mu, sebagai ajang untuk membalas sakit hatiku pada penghianat Dirga. Namun aku malah terjebak dengan rencanaku sendiri, aku akui telah jatuh cinta pada mu pak Devan. Tapi aku juga ingin pernikahan kami tetap berlanjut agar ke-dua orang tuaku tenang disana, begitu juga sebaliknya dengan kedua orang tua pak Devan sendiri yang selama ini begitu baik padaku, aku tidak ingin mengecewakan mereka." Jasmine menangis tersedu-sedu.

"Apa? Jadi kamu berfikir tetap bermain denganku meskipun kalian berdua sudah menikah?"

"Bukan... bukan begitu maksudku, setelah aku dan Dirga menikah, aku harap pak Devan juga menikahi Mikla, biar kita impas."

"Memangnya siapa kamu, Jasmine. beraninya mengatur hidup ku?"

Devan sangat marah, menyalakan rokok lalu mengepulkan asapnya ke udara, tidak peduli situasi dan keberadaannya yang masih dilingkungan rumah sakit. Meskipun ketahuan tidak akan ada yang berani menegurnya.

"Kita ditakdirkan untuk tidak bersama, aku bukan wanita baik-baik. Bahkan aku telah berani menggoda kakak dari tunangan ku sendiri. Aku tidak pantas mendampingi mu, pak Devan." Jasmine kembali menangis.

"Oke, kalau itu maumu...malam ini juga hubungan kita putus dan anggap semua tidak pernah terjadi." ucap Devan yang saat ini terluka hatinya, begitu juga dengan Jasmine, tidak pernah terpikir sebelumnya jika hatinya akan sehancur ini berpisah dengan Devan.

Devan yang emosi berjalan dengan langkah panjang, pergi meninggalkan rumah sakit. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, pikirannya berkecamuk bahkan tanpa sadar air mata menetes membasahi pipinya, pertama kali baginya meneteskan air mata sedih yang keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Begitu juga dengan Jasmine gadis itu masih menangis tersedu-sedu tidak peduli dengan kondisi kesehatannya jika kembali sakit setelah pertengkaran mereka malam ini.

***

Setelah kejadian itu, Devan sengaja menjaga jarak dari Jasmine , bahkan Dia lebih sering menghandalkan Sinta dari pada Jasmine selaku asistennya. Begitu juga dengan rencana pernikahan Jasmine yang terpaksa harus ditunda.

Berhubung kondisi kesehatan papa Devan yang tiba-tiba menurun drastis, sehingga dia harus menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit terbaik di negara Amerika. sampai kondisinya benar-benar pulih. barulah rencana pernikahan Dirga dan Jasmine bisa dilangsungkan.

Devan semakin jarang masuk kantor, Dia memilih untuk fokus pada kerja sama bisnisnya dengan Nicolas. Mikla seakan mendapatkan angin segar, apalagi setelah Devan mulai terbuka lagi padanya, meskipun tidak sepenuhnya. paling tidak Mikla merasa mendapatkan kesempatan ke-dua lagi. Kesibukan membuat rasa sakit dan kecewa Devan terhadap Jasmin sedikit terobati.

Sikap Mikla sedikit membaik pada Jasmine, karena merasa Jasmine bukan lah saingannya lagi. Apalagi setelah dia tahu jika Devan sengaja menjauhi gadis itu.

"Tidak salah jika aku memilih Dirga untuk kerjasama menisan Jasmine dan Devan. sekarang aku sudah bisa menikmati hasilnya. Aku akan mendapatkan cinta pertamaku kembali.... Devan im coming...honey" bathin Milka tersenyum penuh kemenangan.

Sebulan berlalu, Devan hanya sesekali saja datang berkunjung keperusahaan, meskipun datang dia hanya lewat didepan meja kerja Jasmine. tanpa meliriknya sedikitpun, dan itupun hanya sebentar Devan dikantor setelah itu dia akan pergi kembali ditemani Sinta dan Bimo. seolah-olah tidak ada kejadian atau hubungan apapun lagi diantara dia dan Jasmine, meskipun banyak karyawan lainnya yang penasaran tentang regang nya hubungan mereka, namun tidak ada yang berani bersuara, mereka hanya bergosip dibelakang saja itu pun secara bisik-bisik, mengingat Devan dan Jasmine salah satu orang penting perusahaan mereka bekerja.

Semula Jasmine mersa nyaman dan bahagia dengan perubahan sikap Devan padanya, tapi dibalik semua itu perasaan aneh mulai menghantui nya. dimana di lubuk hati terdalam nya Jasmine masih begitu merindukan Devan.

"Selamat datang pak Devan." terdengar seseorang menyambut kedatangan Devan, membuat Jasmine tersadar dari lamunannya, segera dia menoleh melihat Devan yang datang lalu tersenyum kearahnya.

"Dev... Devan!" gumam Jasmine tanpa sadar lalu tersenyum manis.

Puck!!

"Jasmine, kamu kenapa aneh gini. OB datang saja disambut dan disenyumin." ledek Rose sahabat dekatnya.

"Rose, kamu mengagetkan ku saja. Bukanya barusan datang pak Devan ya?" jawab Jasmine menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ha...ha.... Jasmine... Jasmine, orang item jelek gitu disamain dengan pak Devan, sebenarnya kamu kenapa sih dengan pak Devan. Kalian tidak seperti dulu lagi, marahn ya?" tanya Rose kembali serius meskipun perutnya masih geli karena merasa lucu. Sedangkan Jasmine masih terlihat syok sampai segitunya Dia memikirkan Devan hingga berujung salah orang. Mana OB barusan salah tingkah sesekali melirik dan tersenyum kearah Jasmine, berfikir jika Jasmin naksir padanya.

"Jasmine kenapa bengong."

"Udahlah, lagi males bahas Devan. Mending kita ke kantin kantor yuk." ajak Jasmine.

"Tapi belum waktunya istirahat, setengah jam lagi." terang Ross.

"Yach...."

***

Tanpa terasa hari berlalu begitu cepat, Jasmin tidak pernah melihat kedatangan Devan di kantor lagi. Karena pria itu lebih memilih mengembangkan cabang perusahaan nya di Amerika berhubung papanya juga dirawat di negara tersebut, sehingga dia bisa mengawasi perkembangan kondisi kesehatan sang papa tercinta secara langsung.

Tidak ada lagi permasalahan yang dihadapi Jasmin, bahkan permintaannya yang ingin pindah divisi pun sudah disetujui karena tidak ingin melihat ruangan Devan setiap saat. namun bukanya nyaman ataupun betah bekerja, malah sebaliknya Jasmine merasa tersiksa, perasaan nyeri yang selalu merindukan senyum dan sentuhan Devan.

"Astaga, apa yang sedang aku pikirkan. kenapa aku selalu memikirkan dan merindukan pak Devan. tidak...aku tidak boleh seperti ini. perasaan ini salah karena tidak sesuai dengan jalur yang sebenarnya...." gumam Jasmine yang masih mengingkari perasaan nya yang sesungguhnya.