"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Optik
“Kalau aku terlihat jalan dan ngobrol sama mereka, ia langsung cemburu dan marah lalu bertindak kasar sampai memukuli mereka dan sekali-kali dia juga akan mengancam ku...sampai suatu saat ketika semua orang menjauhiku dan tidak berani mendekatiku, hanya Val yang murid pindahan dari Amerika saat itu, serta Mike si ketua kelas yang mau berteman denganku tanpa ada rasa takut dengan Brian. Aku yang sudah tidak tahan lagi dengan semua sikap Brian pun mulai berani untuk meninggalkannya, dan sekarang dia datang mencari ku. Ia pasti tidak akan melepaskan ku begitu saja” mata Ian mulai berkaca-kaca dan Agatha ikut terharu dengan cerita Ian.
“Kalau tahu akan begini kejadiannya, lalu apa kau ingin Brian membunuhku? Aku tahu kau membenciku karena itu kau tak peduli apakah nanti dia akan membunuhku atau tidak” mata Agatha menyipit dan berpikir kalau Ian sangat egois hingga tidak memedulikan keselamatannya dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
“Jangan takut, ada aku yang akan melindungi mu”
“Melindungi gimana? Kau sendiri saja takut padanya” Agatha tampak tidak yakin dengan hal itu.
“Aku juga bisa jadi cowok yang melindungi cewek, aku takkan membiarkan Brian menyakitimu” Agatha menatap mata ian dengan seksama. Ia bisa lihat kalau Ian tidak berbohong dan sangat serius dengan ucapannya.
Esoknya Ian mengajak Agatha keluar rumah dan tentu saja Agatha merasa keberatan.
“Ian, kau ingin membawaku kemana? Kau tahu kan kalau aku tidak suka keluar rumah” tolak Agatha halus.
“Justru karena tidak pernah keluar rumah makanya kau jadi berjamur seperti ini”
“Ian!!” jerit Agatha kesal.
“Hehe maaf maaf” Ian segera meminta maaf sebelum Agatha mencekiknya. “Kau tidak dengar kemarin Brian bilang apa padaku, dia mengatakan kalau seleraku begitu jelek”
“Itu kenyataan, Brian tidak akan percaya kalau kita pacaran”
“Makanya kita harus membuatnya percaya”
“Caranya?”
“Hal pertama yang harus kulakukan padamu adalah...”
“Kau mau apa?” Agatha mulai melindungi dirinya sendiri.
“Melepas kacamata jelek ini”
Ian membawa Agatha ke toko optik, mengganti kacamatanya dengan lensa kontak. Setelah Agatha tidak memakai kacamata entah kenapa setiap kali melihat mata Agatha, Ian jadi terpana.
“Kau melihat apa?” tanya Agatha saat mereka lagi makan di cafe, karena heran dari tadi Ian selalu memandanginya.
“Matamu sangat indah, aku tidak tahu kalau kau memiliki mata yang sangat cantik” pujinya.
“Jangan bercanda denganku, semua yang ada pada diriku tidak ada bagusnya, tidak ada satupun yang perlu dibanggakan” Agatha tertawa tidak percaya dengan ucapan Ian.
“Kenapa kau selalu menjelekkan dirimu sendiri” desah Ian.
“Bukankah kau sendiri yang sering menjelekkan aku” bantah Agatha.
“Itu karena aku pernah diejek jadi aku ingin melakukan hal yang sama padamu” katanya bercanda.
“Oh jadi kau ingin melampiaskan kekesalan mu itu padaku!” suaranya meninggi.
“Aku juga tidak tahu entah kenapa aku senang setiap kali mengganggumu, mungkin karena kita senasib. Jadi aku tidak mau kau seperti itu terus mengalami hal yang sama denganku. Tapi ternyata setelah aku ejek ratusan kali pun kau tetap tak mau berubah” ia terkekeh.
“Karena dalam diriku memang tidak ada yang bisa berubah” ujar Agatha.
“Kau salah, memang jadi diri sendiri dan jadi apa adanya lebih baik. Tapi Agatha, ini bukan dirimu yang sebenarnya, karena kau bisa lebih baik lagi dari dirimu yang sekarang ini” katanya pelan.
