Karena perjodohan, Rania bisa menikah dengan Adrian, pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun sayang, pernikahan impian Rania jauh dari pernikahan yang saat ini dia jalani.
Setelah melewati dua tahun pernikahan, kekasih Adrian yang bernama Alexa kembali dari luar negeri. Itu berarti sudah tiba waktunya Rania untuk melepaskan Adrian dengan bercerai dari pria itu.
Bagaimana kehidupan Rania setelah dua tahun menikah?
Apakah dia rela melepaskan Adrian? Atau Adrian yang justru tidak rela melepaskan Rania?
Yuk ikuti ceritanya di Dua Tahun Setelah Menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Tidak Terluka
"Ada apa?" tanya Aryan begitu mengangkat panggilan dari Ansel.
"Laporan dari orang-orang kita, sudah dua hari ini ada dua orang yang memantau kediaman Ara." jawab Ansel.
"Sekarang bagaimana? Apa mereka sudah bertindak?" tanya Aryan.
"Mereka tetap mengawasi pergerakan keduanya. Hasil pemantauan komunikasi mereka, malam ini mereka akan beraksi. Belum diketahui aksi apa yang akan mereka lakukan terhadap Ara." jawab Ansel
"Menurut kamu sebaiknya bagaimana? Cegah! Atau kita tangkap saat mereka jalankan aksi?" ucap Ansel lagi meminta saran Aryan.
"Serahkan saja pada komadan Haris. Dia pasti tahu apa yang harus orang kita dan anggotanya jalankan." jawab Aryan.
Ansel menyetujui saran yang diberikan Aryan. Segera dia menghubungi komandan Haris. Anggota kepolisian yang dikenalkan Haris sahabat Rania, pada mereka. Haris tidak sengaja mendengar pembahasan Aryan dan Ansel, tentang Rania. Sahabat Rania dan Winda itu mengusulkan untuk meminta batuan pada kenalanya yang seorang anggota kepolisian.
Sejak bekerja sama dengan komandan Haris, sudah beberapa kali mereka berhasil menggagalkan rencana jahat orang yang merasa terganggu dengan keberadaan Rania.
Dan atas saran komandan Haris, orang-orang Aryan dan Ansel akan menangkap dua orang yang diperkirakan akan mencelakai Rania malam ini. Dibantu anggota komandan Haris, mereka menyusun rencana dan strategi untuk mengagalkan dan menangkap kedua orang tersebut.
***
"Abang." panggil Rania pada Harsa yang akan mengangkat tubuhnya.
"Ara, kamu sadar sayang?" balas Harsa.
"Kita ke rumah sakit ya. Tunggu mbok Asih sebentar." ucap Harsa lagi.
"Tolong bantu Ara masuk ke dalam rumah saja, Bang." ucap Rania menolak dibawa ke rumah sakit.
"Kamu terluka sayang. Kita harus obati luka kamu." balas Harsa.
"Ara baik-baik saja." Bukan Rania yang menjawab, melainkan Ansel.
Harsa menoleh pada kakak Rania itu. Bagaimana Ansel bisa sesantai ini melihat adiknya terluka.
"Ara terluka Ansel." ucap Harsa.
"Mana yang terluka?" tanya Ansel.
Harsa langsung memeriksa tubuh Rania. Keningnya mengeryit. Tidak ada yang terluka. Harsa tidak menemukan luka meski kecil sekalipun ditubuh Rania. Rania tidak terluka. Dia terlalu panik begitu melihat Rania terjatuh dan tidak sadarkan diri. Sampai-sampai tidak memperhatikan bagian mana yang terluka. Yang dia dengar suara tembakan dan matanya menangkap Rania yang terjatuh. Siapa yang tidak akan berpikir jika Rania lah yang terluka.
"Kamu tidak sadarkan diri setelah suara tembakan. Abang pikir tembakan itu mengenai kamu." ucap Harsa.
"Mas Harsa lupa?" tanya Rania, yang kini sudah duduk namun masih berada di pangkuan Harsa. Bersandar di dada bidang laki-laki yang dia panggil Abang itu. Nyaman, selalu saja Rania nyaman berada dalam pelukan kakak sahabatnya itu.
"Ara kan tidak bisa mendengar suara ledakan." ucap Rania lagi, untuk mengingatkan Harsa.
"Suara tembakan itu." ucap Harsa dan Rania mengangguk.
Harsa memeluk erat tubuh kekasih hatinya itu. Harsa mengakui dia lupa tentang trauma Rania yang satu itu. Sejak kecil Rania tidak bisa mendengar suara keras seperti ledakan kembang api dan tembakan. Ada kejadian yang cukup menakutkan yang membuat Rania sulit menghilangkan penyakitnya itu. Haris sudah beberapa kali melakukan terapi pada Rania. Hasilnya masih saja, sahabatnya itu akan jatuh pingsan setelah mendengar suara keras seperti ledakan.
Saat tahun baru, orang-orang akan merayakan pesta kembang api. Sementara Rania memilih untuk di rumah saja. Merayakannya bersama ayah Rahadi. Disaat menjelang tengah malam, Rania akan menutup telinganya rapat-rapat dengan headset sambil mendengarkan lagu-lagu favoritnya.
"Abang panik lihat kamu jatuh, sampai Abang lupa kamu tidak sadarkan diri karena suara itu." ucap Harsa tanpa ingin melepaskan pelukannya.
Karena terlalu panik dan yang pasti karena Harsa takut kehilangan Rania. Dia jadi lupa hal itu. Dia juga lupa untuk memeriksa tubuh Rania, di bagian mana yang terluka. Harsa merutuki kebodohannya sendiri.
"Nyawa Rania dalam bahaya. Apa kamu pikir aku dan Aryan membiarkan Rania tanpa penjagaan." ucap Ansel.
"Jadi, tembakan itu...."
"Anggota kepolisian yang melepaskan tembakan peringatan."
Harsa menoleh pada Aryan yang baru saja bicara. Dibelakangnya ada dua pria yang diapit oleh dua orang yang bertubuh kekar. Salah satu orang tersebut adalah orang yang sama yang tadi sempat berkelahi dengannya. Disampingnya lagi, ada seorang pria yang kakinya terluka. Sepertinya terkena luka tembak.
"Siapa yang menyuruh mereka?" tanya Harsa.
"Mbok, tolong bantu Ara masuk ke kamarnya." ucap Aryan begitu melihat keberadaan pengasuh Rania itu.
"Ayo Non, kita masuk." ucap mbok Asih mengajak Rania.
Harsa melepaskan pelukannya agar Rania bisa berdiri dan masuk ke dalam rumah bersama mbok Asih. Sebelumnya dia mengecup pucuk kepala dan kening Rania.
Setelah Rania masuk kedalam rumah, Aryan dan Ansel menjelaskan pada Harsa, siapa saja saat ini yang ingin melukai Rania. Hanya melukai, tidak untuk menghabisi. Mereka tidak bisa lakukan itu sebelum mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Kemungkinan hanya satu orang yang akan bertindak gegabah, karena dia tidak tahu apa-apa tentang Rania." ucap Aryan.
"Satu orang itu siapa?" tanya Harsa.
"Katakan, siapa yang membayar kalian?" tanya Harsa begitu Aryan memberi kode agar Harsa bertanya langsung pada kedua orang yang berniat menculik Rania lalu membuangnya ke tepi jurang. Kejam sekali orang yang memberi perintah itu.
***
Nyonya Alana baru saja selesai bicara dengan Ansel lewat saluran telepon. Kini dia pergi keluar kamar, berjalan dengan cepat menuju kamar Alexa.
Tanpa mengetuk dan memanggil nama Alexa, nyonya Alana masuk ke kamar putri suaminya. Di belakang nyonya Alana, ada tuan Bryan yang mengikuti istrinya. Tuan Bryan yang tadinya ingin berbaring, mengejar istrinya yang tampak kesal dan menahan amarah.
Alexa yang tengah melakukan perawatan wajah dikamarnya terkejut melihat kedua orang tuanya. Apalagi nyonya Alana tiba-tiba mendekat dan, PLAK. Tamparan keras dari wanita paruh baya itu untuk Alexa.
"Sudah saya ingatkan, jangan coba-coba mengganggu Rania." ucap nyonya Alana.
"Apa yang terjadi Al?" tanya tuan Bryan pada istrinya.
"Usir anak haram itu dari rumah ini!" ucap nyonya Alana yang sudah sangat kesal dengan kelakuan Alexa.
"Ada apa Alana?" tanya tuan Bryan yang tidak mengerti apa-apa.
"Kembalikan dia kepada ibunya. Percuma saja dididik menjadi orang baik, jika bibitnya memang sudah tidak baik."
"Al!"
"Kembalikan dia pada ibunya. Kita tidak punya tanggung jawab apa-apa terhadap dia." sahut nyonya Alana.
"Aku ayahnya. Aku punya tanggung jawab pa...."
"Dia bukan putrimu Bryan!" ucap nyonya Alana yang membuat tuan Bryan dan Alexa sama-sama terkejut.
"Apa yang kamu bicarakan ini Alana?"
"Dia bukan putrimu. Aku sudah melakukan tes DNA kalian dan hasilnya nol koma sekian persen."
"Bunda boleh benci aku. Tapi jangan katakan ini." ucap Alexa tidak terima.
"Kenapa kamu melakukan tes DNA aku dan Alexa?" tanya tuan Bryan.
"Kamu ingat waktu aku meminta kamu mengeluarkan di luar dan aku tampung sperma itu di tabung. Saat itu aku ingin kita punya anak dengan cara bayi tabung. Untuk keberhasilan proses bayi tabung itu, harus di uji kwalitasnya." jawab nyonya Alana menjelaskan.
"Dan hasilnya baik, kan? Ansel buktinya." ucap tuan Bryan.
Nyonya Alana menggeleng, "Kamu dinyatakan mandul."
"Lalu Ansel?"
"Dia anak Naura dan Rahadi. Tapi di besarkan dalam rahimku. Naura memberikan anaknya agar aku bisa merasakan menjadi seorang ibu."
Bruk! Tuan Bryan jatuh kelantai tidak sadarkan diri.
...☆☆☆...
sebab bab atas ada bagi salam
tidur satu bilik???
walaupun sakit itu bukan alasan tidur berduaan dgn lelaki
d tnggu crta slnjtnya.....ttp smngtttt.....
sehat selalu author
btw,rena ush mlai brubah kya'ny... jd lbih baik lnjutin aja prnikahan klian,sma2 bljr dr kslhan msa lalu....
bkannya bhgia,tp mlah mkan ati tiap hri....
adrian ko bs sih pnya istri ky gt????
Btw....slmt y rania....yg ni pst baby gir....