Menjadi seorang single mother bukanlah impian seorang Calista. Impiannya cita citanya & harapan orang tua Calista harus hancur karena kesalahan masa muda yang dilakukan Calista.
Bagaimana Calista hidup setelah menjadi seorang single mom, dan bagaimana Calista harus menjalani hidupnya saat dipertemukan dengan seorang pria yang tidak bisa dihiraukan begitu saja ?
Apa yang harus dilakukan Calista saat dia sudah berjanji untuk tidak menikah dan fokus pada anaknya, ketika diperhadapkan dengan ketulusan seorang pria yang datang menjanjikan kebahagiaan untuknya dan putranya ??
Bagaimana jikalau seseorang dari masa lalunya kembali??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chece_wullan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
David dan vale sampai di taman, ke dua teman vale sudah ada di sana. Vale lalu mengajak david untuk berkenalan dengan kedua teman nya dan mereka bermain bersama. David asyik bermain bola bersama vale dan kedua temannya.
Mereka bermain sampai kelelahan. David yang melihat mereka kelelahan langsung mengajak ke tiga bocah itu untuk beristirahat di bawah pohon.
Kehadiran david di taman itu cukup menarik perhatian orang orang dewasa yang ada di taman. Taman ini memang menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi warga pada akhir pekan seperti sekarang. David menyadari dirinya di perhatikan oleh orang orang sejak dirinya dan vale sampai di taman. Dia memilih mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang salah pada dirinya.
"Udah selesai mainnya?" calista datang menghampiri david dan anak anak. Dia duduk disebelah david.
"Istirahat dulu yank. Anak anak kecapekan."
Calista memberikan mereka minuman yang dibelinya.
"Terima kasih tante."
"Sama sama anak anak. Gimana tadi mainnya. Seru gak?"
"Seru tante. Tapi kita kalah dari om dan vale."
mereka menceritakan permainan mereka pada calista. Calista menanggapi dengan tersenyum dan memberikan mereka berdua semangat.
"Anak anak, kalian mau jajan gak?"
"Mau om. Aku mau cilok yang dijual disana." Ari menunjuk penjual cilok yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
"Abang boleh makan cilok gak yank?" David bertanya pada calista.
"Boleh. Tapi jangan banyak banyak ya bang."
"Ayo anak anak kita jajan cilok"
Calista duduk dibawah pohon, sambil menunggu david dan anak anak pergi membeli cilok. Calista menunggu sambil membuka media sosialnya. Ada pemberitahuan tentang followers baru. Dia membuka pemberitahuan itu dan melihat yang mengikutinya itu adalah Adrian. Bahkan adrian juga mengirimkan pesan pada media sosial calista.
Calista memijit kepalanya, orang ini benar benar gigih sekali ingin mengganggu hidup calista. Dia sudah tenang beberapa saat setelah mengganti nomor kontak. Sekarang laki laki itu menghubungi dari media sosial calista.
Calista terus menatap ponselnya sampai dia mendengar suara david yang sedang bertengkar dengan seseorang. Calista mengangkat kepalanya, dia terkejut melihat david beradu mulut dengan ibu sri.
'Ya Tuhan, apa lagi ini.'
Calista segera menghampiri mereka. Dari ucapan david, sepertinya ibu sri mencoba menghina vale lagi. Vale bersembunyi di belakang david.
"Ada apa ini?"
"Nah datang nih perempuan gak bener."
"Jangan bawa bawa calista bu. Dia gak ada urusannya.
"Ada apa ini bang? Kok jadi ribut ribut"
"Gak ada apa apa yank, ibu ini aja yang emang keterlaluan menghina kamu dan abang."
"Eh emang ada yang salah sama omongan saya. Emang benerkan omongan saya. Kamu dibayar pakai apa sama perempuan ini buat ngaku jadi ayah anaknya. Dibayar pakai badannya ya."
"Jaga ucapan ibu. Saya masih berusaha sabar ya. Jangan buat saya bersikap kasar sama ibu."
"Abang udah. Biarin aja. Kasian vale bang."
David menutup matanya, dia menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. David lalu berjongkok di hadapan vale.
"Abang ikut sama mama ya, tunggu papa di tempat duduk kita yang tadi ya sayang. Dek kamu bawa vale."
"Tapi bang.."
David menatap calista dengan tatapan yang mengisyaratkan dirinya tidak ingin dibantah. Calista lalu mengajak vale bersama temannya kembali ke tempat duduk mereka sebelumnya.
David maju selangkah, dia berdiri tepat dihadapan ibu sri dan menatap tajam mata wanita paruh baya itu. Ibu sri merasa terintimidasi, dia mundur selangkah. Dia merasa terancam dengan cara david menatapnya.
"Saya gak tau alasan ibu benci sama calon istri saya. Tapi saya ingatkan sekali lagi sama ibu dan semua orang yang ada disini. Nama saya David Pratama. Calista itu adalah calon istri saya dan Vale adalah anak saya. Saya akan membuat perhitungan dengan orang orang yang berani menyakiti mereka berdua."
Ibu sri menutup mulutnya, dia tidak berani menjawab perkataan david. Aura yang dipancarkan david sangat mengerikan. Berbeda dengan auranya saat bersama vale.
"Saya rasa ibu paham ucapan saya."
David berbalik dan berjalan meninggalkan kumpulan orang orang itu. Seorang pria berlari kearah ibu sri dengan tatapan panik. David terhenti lalu berbalik menatap pria yang sedang menanyakan keadaan ibu sri. David merasa seperti pernah melihat pria itu tapi dia lupa dimana. Laki laki itu juga menatap tidak suka pada david.
"Ibu gak apa apa?"
'Oh anaknya'
David kembali melangkah menjauhi orang banyak itu. Dia tidak perduli dengan jawaban ibu sri, tapi dia yakin wanita paruh baya itu tidak akan macam macam lagi dengan calista, terutama pada vale. Dia akan membuat perhitungan dengan ibu sri kalau berani mencari perkara dengan calista dan vale.
David memasang senyuman diwajahnya, dia tidak ingin vale merasa takut padanya.
"Papaa"
"Gimana ciloknya bang? Enak gak?"
David mencoba mengalihkan pikiran vale agar tidak mengingat ucapan ibu sri.
"Enak pah."
"Ya udah selesaikan makan kalian ya. Abis ini kita pulang. Udah siang, panas."
"Iya om." ari dan wahyu menjawab david dengan semangat.
Calista memegang lengan david dan menatap david seakan bertanya ada apa. David yang mengerti maksud tatapan calista hanya menganggukan kepalanya. Seolah dia meyakinkan calista kalau semuanya baik baik saja.
"Bang,,"
"Nanti aja ya sayang. Jangan sekarang."
Calista mengerti dan menahan rasa penasarannya. Calista melihat ke arah kumpulan tetangganya yang sudah mulai pergi meninggalkan ibu sri. Calista mulai menyesali keputusannya untuk bermain di taman ini. Harusnya mereka ikut saja ajakan david ke taman bermain. Hahh
...----------------...
David keluar untuk duduk di teras rumah calista seorang diri. Calista sedang membersihkan sisa makan siang mereka bersama adinda. Bapak yang melihat david duduk sendirian, ikut duduk bersama david.
"Ada apa nak david? Bapak lihat sejak pulang dari taman tadi nak david seperti sedang banyak pikiran."
"Eh bapak. Kelihatan banget ya pak?"
"Lumayan nak. Kalian sedang ada masalah?"
"Gak kok pak. Gak ada masalah sama calista. Tapi tadi aku sempat ribut sama ibu ibu di taman tadi."
"Loh kenapa nak? Ibu ibu siapa?"
"Saya gak tau ibu itu siapa. Tapi cucunya itu temen sekolah abang pak. Kalo gak salah nama cucunya itu abi."
David lalu menceritakan kejadian yang terjadi di taman. Saat david dan anak anak sedang membeli cilok, muncul ibu sri dan cucunya abi. Abi yang sudah pernah di tegur oleh wali kelasnya disekolah karena membully vale, menyapa vale, ari dan wahyu. Ibu sri yang melihat cucunya berteman dengan anak calista langsung menegur cucunya untuk tidak berteman dengan vale.
Hal itu yang menjadi awal mula pertengkaran david dan ibu sri. David tidak terima karena ibu sri melarang anak anak untuk berteman. Ibu sri yang melihat david membela vale, mulai memprovokasi david dengan menghina calista dan vale.
"Oalah nak, ibu sri itu memang seperti itu. Dia tidak suka sama calista. Makanya sudah cari perkara dan menyebar gosip buruk tentang calista sama tetangga."
"Emang calista ngelakuin apa sampai ibu itu gak suka sama calista pak?"
Bapak lalu mulai mengatakan apa alasan ibu sri membenci calista. David mulai mencerna semua rentetan kejadian itu.
'Jadi laki laki yang tadi itu pernah melamar calista?'
'Wajahnya itu kayak aku pernah lihat. Tapi dimana ya?'
David akhirnya mengingatnya. Dia adalah laki laki yang pernah memperhatikan david di depan rumah calista dulu.
Hahh, urusan mantan calista belum selesai sudah ditambah lagi dengan tetangga calista ini.
"Sudahlah nak, tidak usah dipikirkan. Calista juga tidak menanggapi darma secara berlebihan."
"Iya baik pak."
...----------------...
David sudah pulang ke rumahnya. Dia menyapa mama yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Hai mah"
"Hai sayang, kok udah pulang?"
"Ih mama kok gitu pertanyaannya. Anaknya gak pulang semalaman, trus pas pulang ditanya gitu."
David sengaja memasang muka jutek pada mama.
"hahaha ya ampun bang sensitif amat sih. kirain mama, abang masih jalan jalan sama mantu dan cucu mama."
"Gak mah. Tadi kita main ke taman deket rumah aja."
David duduk disamping mama. Dia menyenderkan kepalanya dibahu wanita yang melahirkannya itu.
"Abang kapan balik ke kota S ?"
"Ngusir nih ceritanya?"
Mama memukul pelan paha david yang sedang duduk menyender padanya.
"Dari tadi mama salah mulu sama kamu. Heran deh mama."
"hahaha habisnya mama kayak gak suka aku lama lama dirumah ini."
"Ah serah lah bang. Bisa emosi jiwa mama ngomong sama kamu."
Mama kembali menatap tv di depannya. Mama sengaja menghiraukan david.
"hahahaha i love you mamaku sayang."
David mencium pipi mamanya yang langsung tersenyum.
"Apa apaan ini? Kenapa kamu nyium istri saya?"
Papa yang tiba tiba datang ke ruang tengah langsung menegur david dan mama.
"Suka suka saya dong. Istri anda juga suka saya cium"
David mengimbangi ucapan papa.
"Dasar gak tau malu. Cari istri sana, biar gak nyium istri orang."
"Udah ada calonnya ya. Cuman masih belum bisa di nikahin aja."
hahahaha
Papa dan mama tertawa mendengar ucapan david. Anak mereka itu memang sudah ingin menikahi calista. Tapi karena calista masih magang, dia harus menunggu calista selesai magang sampai tahun depan. Di kontrak magang calista tidak di perbolehkan menikah sampai selesai magang. Untung saja magangnya cuman satu tahun, david tidak bisa membayangkan kalau lebih dari satu tahun.
"Sabar ya bang. Ujian itu buat hubungan kalian."
"Iya pah. Adek kemana? Tidur siang?"
"Adek lagi keluar bang. Di jemput sama cowoknya."
Mama lupa kalau febi belum memberitahu david soal hubungannya. Papa langsung menatap mama yang lupa akan hal itu.
"Keluar sama cowoknya? Adek udah punya pacar?"
Mama akhirnya menyadari kalau dia sudah salah bicara.
"Eh itu bang. Apa namanya"
"Dari kapan dia pacaran? Kenapa abang gak tau."
Mama dan papa saling menatap. Papa mengangkat bahunya tanda tidak ikut campur. Anak laki lakinya ini memang sangat posesif terhadap adik angkatnya itu. Dia tidak melarang febi pacaran, hanya saja dia ingin dikenalkan dulu dengan calon pacar adiknya sebelum mereka pacaran. Karena dia tidak ingin adiknya berpacaran dengan laki laki yang tidak baik.
.
.
.
Bersambung...
Mohon dukungan untuk karyaku yaa.
Jangan lupa like, vote dan komentarnya.
Makasih ❤❤
Tetap dukung karya author ya.
💙💙💙
thor.. keren banget ih penggambaran sosok David.
malah kan bisa jdi fitnah kalo kelamaan. apalagi status perempuan ada anak.