Suamiku Tuan CEO Angkuh

“Ze, apa tidurmu sangat indah sehingga dirimu itu sangat betah berbaring disana?. Apa badanmu itu tidak pegal?”

Danella terus menatap Iba sang sahabat. Rasa sakit yang dirasakan ketika mengetahui Xander menikah dengan Elora, mungkin tidak sesakit yang dirasakan oleh pria itu. Namun hati Danella begitu membenci Elora, yang dulu sangat Ia suka ketika menjalin kasih dengan Zein. Gadis itu tak henti-hentinya meremas ujung dress cantiknya mengingat kenyataan yang telah terjadi.

“Ze, mengapa kita berdua sama-sama tidak bisa mendapatkan orang yang kita harapkan?. Mungkin kau harus tidur lebih lama, jika kau bangun aku tidak tega dengan dirimu yang sudah terluka karena seorang wanita.”

Kedua mata Danella sudah mengeluarkan cairan beningnya, meluncur dengan hebat membasahi pipi putih mulusnya. Mereka berdua sudah berteman sejak kecil, hatinya begitu pilu mengingat kenyataan yang sudah tertancap begitu jelas di dalam hidup kedua sahabat itu.

******

Liana Blossom, Ia merupakan Ibu kandung dari Elora Thomas Blossom yang telah terpaksa meninggalkan putrinya karena pria bajingan yang tidak lain adalah Addison. Pria itu telah menorehkan begitu banyak luka di dalam hati wanita rapuh itu hingga membuat luka itu terpatri abadi di dalam dirinya.

Hatinya kembali tergerak mengingat bayangan wajah sang putri yang menghampirinya setiap waktu. Ia tersenyum membayangkan bagaimana paras cantik sang putri ketika Ia sudah memasuki usia dewasanya, senyuman itu juga perlahan luntur, mengingat tamparan keras dari wanita yang merupakan cinta pertama suaminya yang menolaknya untuk bertemu dengan Putri kandungnya sendiri.

“Bersabarlah Liana, aku akan membantumu bertemu kembali dengan putrimu” Sang suami duduk di sampingnya memperhatikan Liana yang hanya termenung menatap kosong ke arah objek yang ada di depannya.

“Bukankah kau tidak suka jika aku bertemu dengan putriku?” Wanita paruh baya itu mengalihkan tatapannya pada sang suami yang memasag wajah bersalahnya di hadapannya dengan tatapan matanya yang begitu perih.

“Maafkan aku Liana, ak....”

“Aku tidak membutuhkan permintaan maafmu”

“Ku mohon Liana, aku janji akan menemukan putrimu secepatnya”

“Mengapa baru sekarang hatimu yang seperti batu itu luluh? Tidakkah kau merasa kasihan dengan diriku yang sepanjang malam menangis menahan rasa rindu pada putriku satu-satunya?” Wanita itu memengangi dadanya yang sakit, buliran bening sudah sejak tadi membasahi pipinya. Tidak bisa dipungkiri mengapa suaminya selalu menolak dan menghalangi dirinya untuk kembali ke negara Y untuk bertemu dengan putrinya.

“Aku melarangmu karena aku memiliki banyak alasan yang tidak bisa ku sebutkan hingga kini Liana!”

“Putriku sudah menikah, wanita itu yang mengatakannya padaku. Mungkin kau akan mudah menemukannya mengingat suaminya merupakan bukan orang sembarangan di negeri ini” Liana mengusap air matanya, memberikan celah pernafasannya untuk menarik lebih banyak oksigen. Interior-interior mewah nan mahal di dalam rumah itu ikut menatap dirinya dengan Iba. Begitu juga suaminya, rasa bersalah begitu menyelimuti hatinya yang kelabu, Ia begitu mengutuk dirinya yang tidak pernah memikirkan perasaan istrinya.

*****

”awasi saja manusia licik itu, aku tidak ingin kehilangan jejaknya lagi” ujar Tuan Vinson. Pria Tua itu duduk di kursi kerjanya dengan hati yang sangat tenang, setidaknya beban yang ada di pikirannya sedikit berkurang setelah putranya menikah, Ia sudah mempercayakan semuanya pada Xander terkait seluruh harta dan perusahaan-perusahaan yang Ia miliki.

“Ayah!” Panggil suara yang sudah tak asing lagi terdengar. Pria itu menghampiri sang ayah dan membawakannya secangkir kopi hitam kesukaannya.

“Ada apa Xan, dimana Elora?” Bukannya menanyakan dirinya, Ayahnya malah menanyakan istrinya yang tidak diharapkan itu.

“Ayah, anakmu yang ada disini. Mengapa kau menanyakan Elora yang tidak ada?” Protesnya kesal

“Elora juga anak Ayah, tapi sepertinya Ayah akan lebih menyayangi Elora” Goda Tuan Vinson.

Xander yang begitu mengharapkan sesuatu dari Tuan Vinson hanya bisa mengalah, tanpa mengusik nama Elora yang entah berada dimana.

“Xan, dalam waktu dekat rencananya Ayah akan menyerahkan seluruh harta yang ayah miliki untumu. Apa menurutmu ini tidak terlalu cepat?” Ucap Tuan Vinson. Mata Pria itu begitu berbinar mendengar hal yang sangat Ia impikan itu. Rupanya tidak perlu merayu seorang Ben Vinson untuk mewariskan dengan cepat semua hartanya pada anak satu-satunya itu.

“Sama sekali tidak terlalu cepat ayah. Aku akan sangat senang hati jika kau menyerahkannya dengan segera untukku”

*****

Bibir Elora tak henti-hentinya berdecak kagum dengan barang-barang mewah yang ada di Walk In Closet tempatnya berdiri sekarang. Bau maskulin dari Suaminya sungguh melekat di ruangan itu.

Di beberapa lemari disana tersimpan banyak sekali pakaian-pakaian serta aksesoris mahal nan mewah milik Xander, tentu saja semua barang-barang itu merupakan merk-merk terkenal kelas dunia. Disana juga tersimpan beberapa aksesoris Elora yang sudah dibelinya kemarin dengan Stella. Ia jadi sedikit menyesal karena tidak terlalu banyak berbelanja, diruangan itu hanya barang-barang Xander saja yang lebih mendominasi.

“Apa yang kau lakukan” Pecah Xander yang menghentikan aktivitasnya mengagumi barang-barang yang ada disana.

Dengan masih menggunakan pakaian formal yang sangat rapi, Xander menghampiri Elora yang tengah terduduk pada sofa kecil tempatnya biasa untuk memakai sepatunya.

Sebuah senyum manis masih terukir indah di wajah pria itu ketika mengingat lagi tentang ucapan sang Ayah yang baru saja ditemuinya. Elora jadi merasa heran dengan tingkah suaminya yang biasanya dingin, rupanya memiliki senyuman yang sangat Indah.

Gadis itu masih diam disana tanpa menjawap pertanyaan dari suaminaya.

“Dasar tuli!” Umpatnya.

Ia kemudian melongkarkan dasinya, melepas jas yang masih melekat ditubuhnya. Tangannya bergerak melepas kancing-kancing kemeja putihnya yang digunakannya, dan melemparnya dengan asal ke arah samping Gadis itu.

Tanpa sadar, sorot mata Elora terhipnotis pada tubuh bagian atas suaminya yang terpapang dengan jelas di depan matanya.

Pria itu memiliki tubuh yang sangat atletis dengan tangan yang berotot serta perut kotak-kotak yang sangat sixpack. Alis tebal, Hidung mancung, Mata yang agak abu-abu kebiruan serta rahang yang sangat tegas mampu menambah daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya.

Gadis itu masih belum bisa mengedipkan mata sucinya dari pemandangan indah yang ada di depannya. Wangi tubuh maskulin pria itu kian begitu keras menusuk ke dalam rongga hidungnya.

Tubuh pria itu semakin mendekat ke arah Elora yang diam terpaku di tempat. Gadis itu sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya ketika wajah Xander hanya berjarak beberapa Centi saja dari dirinya.

Pria itu juga bisa mencium wangi dari tubuh sang istri yang juga sempat membuatnya terbuai. Kedua mata mereka saling menatap dengan jantung keduanya yang begitu berdebar.

“Sepertinya istri jelekku akan sangat terbuai dengan ketampanan diriku ini”

Gelak tawanya begitu pecah diseluruh ruangan itu. Hatinya begitu senang ketika berhasil membalas ucapan Elora tempo hari lalu.

Elora memasang wajah tidak bersahabatnya dan menghampiri Sang Suami yang tengah memegangi perutnya karena sakit akibat tawanya yang begitu pecah. Sejurus kemudian Ia mencubit pinggang pria itu dan berlari keluar dari Walk In Closet itu.

“Elora....”

Xander mengejar gadis itu hingga tubuhnya tersudut pada sebuah tembok yang ada di belakangnya. Sudah tidak ada jalan lagi untuk dirinya yang bagaikan seekor tikus kabur, dari Xander yang ibaratnya seekor kucing.

Kedua tangan kekar Xander bertumpu pada dinding kamarnya, dan mengurung tubuh Elora disana.

Mata pria itu begitu menikmati wajah manis sang istri yang sangat dekat dengan dirinya. Kedua bola matanya itu menatap lekat wajah polos itu, hingga membuat hati sang CEO Angkuh itu tenang dan damai begitu saja.

“Kita lihat saja, siapa yang duluan jatuh cinta”