Pawang Tuan Impoten

"Riri menungguku sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Indo lagi, selama itu juga aku tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis lain walaupun banyak yang menggodaku," tambah Zester.

Sekarang Ara tahu, kenapa Zester masih perjaka sampai sekarang.

Ternyata lelaki sombong itu mempunyai kelebihan yaitu setia.

Saat kembali ke unitnya, Ara mondar-mandir tidak jelas karena sepertinya dia mulai tahu, apa yang membuatnya terhubung dengan Zester.

Tiga belas tahun lalu, saat Ara masih berumur tujuh tahun. Orang tuanya yang sudah lama berpisah akhirnya bersatu kembali. Mereka yang sebelumnya menyembunyikan pernikahan akhirnya mempublikasikan pernikahan mereka.

Untuk itu, Theo dan Megan menyempatkan diri berbulan madu ke Bali dan mengajak Ara.

Pada saat itu orang tuanya tengah dimabuk cinta jadi Ara lebih sering bersama manager orang tuanya.

Flashback on

"Pantainya sepi," komentar Ara yang pada saat itu berjalan sebuah pantai.

Pantai yang letaknya berada di penginapan yang anak itu tempati.

"Pantainya memang khusus untuk pengunjung penginapan, mainlah di sini, aku akan membelikanmu es krim," ucap Tia, manager ibunya kala itu.

"Baiklah," sahut Ara.

Ara pun berjalan di pantai itu dan bermain ombak sendirian. Tapi, tak lama dia melihat seorang pemuda yang berada di pantai itu juga.

Pemuda itu tampak termenung sendirian kemudian berjalan ke arah pantai karena ingin menghilangkan traumanya pada lautan.

Laut yang telah merenggut daddy nya jadi dia sering takut pada lautan, dia tidak pernah ke pantai lagi dan hari itu dia mencoba memberanikan diri.

Tidak dalam tapi trauma itu membuatnya merasa delusi, pemuda itu minta tolong untuk diselamatkan padahal berada di bibir pantai yang tidak dalam.

"Apa kakak itu sedang berakting?" gumam Ara yang melihat sedari tadi.

Lama-kelamaan pemuda itu jadi lemas dan Ara jadi ingin menolongnya.

"Sepertinya kakak itu tidak akting," Ara berlari dan mencoba membantu pemuda itu.

Badannya yang kecil berusaha menolong pemuda yang ternyata seorang bule. Ara pikir, bule itu adalah turis yang berkunjung dan bisa berbahasa Indo sedikit-sedikit.

"Kakak bule..." Ara menepuk-nepuk pipi pemuda itu supaya sadar.

"Aku akan minta bantuan!"

Ara berniat masuk ke penginapan dan minta bantuan security atau siapapun yang ditemuinya.

Saat berhasil meminta bantuan, ternyata pemuda yang ditolongnya sudah dikerumuni banyak orang.

"Zee... Zee..."

Sayup-sayup Ara mendengar nama itu dipanggil.

Karena sudah mendapat pertolongan, Ara merasa lega dan tidak pernah berpikir apa-apa lagi.

Flashback off

"Apa itu Zee yang sama?" tanya Ara pada dirinya sendiri.

Ara tidak menyangka kalau pemuda bule itu adalah Zester dan dia tidak tahu kalau Zester akan membuat permohonan seperti itu.

Lantas kenapa bisa Zester mengira jika Riri yang menolongnya?

"Bukankah ini seperti cerita putri duyung?" gumam Ara.

Kalau memang benar, artinya Riri sudah menipu Zester selama tiga belas tahun lamanya.

"Dan putri duyung akan berakhir menjadi buih di lautan?"

Tidak masalah bagi Ara jika menjadi buih hanya saja dia tidak mungkin membiarkan Riri menipu Zester seperti itu.

Ara jadi dilema, kalau dia bicara pada Zester, apa lelaki itu akan mempercayainya sementara dia tidak punya bukti?

"Aaaa...." Ara menggulingkan badannya di atas ranjang. "Kalau bule lokal itu percaya padaku, bukankah artinya janjinya akan berpindah padaku?"

Sungguh di luar ekspektasinya.