MENIKAHI PERAWAN TUA (IBU ANGKAT ANAKKU)

Hari kian terasa sepi saja, tapi rasa sepi itu makin terasa ketika Adira berada di rumah. Hari ini tepat seminggu setelah kepergian Elvis.

Adira nampak sudah cantik dengan setelan yang rapi di tubuh indahnya, wanita itu seperti berumur dua puluh tahunan jika diamati.

Hari ini Adira berniat pergi ke sekolah Elvis, Adira ingin mengajukan surat pengunduran Elvis dari sekolah dasar tempat Elvis menimba ilmu belum lama ini.

Bagaimana pun Adira harus bertanggung jawab terkait semua urusan Elvis yang harus ia selesaikan.

Dengan membawa beberapa berkas, Adira menaiki kendaraan beroda empat miliknya dan melajukannya menuju tempat tujuan.

Di sepanjang perjalanan, Adira memfokuskan diri melihat jalanan, namun sesekali ekor matanya tertarik menatap berkas yang ia taruh di kursi sebelah. Disaat itu Adira cepat-cepat memalingkan muka ke luar jendela.

Hal tersebut terus berlangsung hingga mobil yang dikendarai Adira sampai di depan sekolah.

Terdengar perempuan itu mendesah ketika melihat bangunan didepannya.

"Sampai juga....."

"Akhirnya aku kesini lagi...." Sambungnya lesu memandang datar sekolah dasar negeri bercat putih merah tersebut.

Adira pun mengambil berkas yang ia bawa kemudian keluar dari mobil memasuki pekarangan sekolah.

Ruangan yang pertama Adira cari adalah ruang guru, Adira sengaja datang di waktu istirahat karena pasti wali kelas Elvis ada disana dan tidak sedang mengajar.

Adira tampak mengetuk pintu yang terbuka itu, sontak para guru yang sedang berada di dalam menoleh seketika.

"Permisi, maaf menganggu. Saya mau izin bertemu ibu Maya, apakah ada?" Ucap Adira dengan sopan.

"Oh itu saya, masuk saja Bu" balas seorang guru wanita yang letak mejanya berada paling ujung.

"Baik..." Adira pun memasuki ruangan.

"Silahkan duduk Bu, ini.... Orang tua murid saya ya?" Kata Bu Maya menebak.

Adira mengangguk membenarkan.

"Iya, saya orang tua wali dari Elvis" jawab Adira.

"Ohh.... Ibunya Elvis? Iya...iya saya sangat mengenal anak itu, dia salah satu murid yang pintar dikelas. Emm... Tapi sepertinya sudah seminggu dia tidak masuk" lanjut Bu Maya sambil mengernyitkan alisnya.

Dan untuk kedua kalinya Adira menggerakkan kepala ke atas dan bawah.

"Iya Bu, karena itu makanya saya datang kemari" jelas Adira.

"Ohh.... Memangnya ada apa ya Bu? Apa Elvis sakit?" Tanya Bu Maya mengira penyebab muridnya ini tidak masuk selama tujuh hari terakhir, padahal Elvis adalah murid yang rajin dan aktif di kelas. Bu Maya pun sempat menelpon ke nomor orang tua Elvis terkait ketidakhadirannya di kelas, tetapi nomor yang dituju justru tidak pernah aktif.

Adira sedikit menarik kedua ujung bibirnya agar terlihat baik-baik saja.

"Tidak Bu, Elvis baik-baik saja. Tapi ketidakhadirannya selama seminggu ini karena Elvis sudah tidak bisa bersekolah disini lagi" jawab Adira jujur, membuat Bu guru cukup terkejut.

"Apa? Jadi Elvis mau pindah sekolah?" Ujarnya.

"I-iya Bu"

"Tapi kenapa Bu? Apa Elvis tidak betah bersekolah disini?"

"Tidak kok Bu, tidak!" Bantah Adira melambaikan kedua tangannya dengan cepat.

"Emm.... Elvis sudah pindah ke Jakarta, dia... Ikut dengan neneknya. U-untuk sekolah barunya saya belum tau, tapi.... Yang pasti Elvis tidak bisa bersekolah disini lagi. Jadi saya mau mengajukan surat pengunduran diri Elvis" ujar Adira beralasan, ia sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya karena tak mau menjadi bahan gosip.

Adira pun menyodorkan surat pada wali kelas putranya.

"Ini Bu, sebagai orangtua wali dari Elvis saya mengucapkan terimakasih banyak sudah membimbing Elvis dengan baik selama dia bersekolah. Saya juga minta maaf jika putra saya punya salah, maaf juga karena sebelumnya saya tidak mengabari apa-apa" ucapnya dengan mata berkaca-kaca namun tetap dihiasi senyum kekuatan, menutupi topeng tebal yang sebenarnya.

Bu Maya ikut sedih kala menerima surat tersebut, meski baru menjadi wali kelas Elvis tetapi ia sangat menyayangkan kepergian murid kesayangannya itu.

"Sama-sama Bu, saya ikut sedih dengan keluarnya Elvis dari sini. Semoga Elvis bisa menjadi murid berprestasi di sekolah barunya, saya titip salam untuk Elvis"

Adira mengangguk dengan cepat.

"Baik Bu... "

"Kalau begitu, saya pamit undur diri" keduanya pun berdiri dan saling menjabat tangan.

Adira kembali menuju tempat parkir dengan perasaan hancur sehancur-hancurnya, mulai saat ini tak ada lagi kegiatan Adira mengantar-jemput Elvis ke sekolah, semua sudah berakhir sampai disini!

Dan kepulangan Adira turut menjadi tanda perpisahan Elvis dengan tempatnya menggapai cita-cita.

***

"Syukurlah kamu mau mulai bekerja lagi, aku pikir kamu akan resign dari sini. Aku sedih sekali....." Qia tak kuasa menanggung haru sampai memeluk sang sahabat padahal Adira baru saja datang.

Ya, setelah menyelesaikan urusannya di sekolah Adira memilih melajukan perjalanan ke tempat kerjanya. Sudah lama ia meminta izin untuk cuti, dan saat ini Adira merasa sudah harus melanjutkan aktivitasnya sehari-hari. Dan lagi berada di dalam rumah semakin membuat ia teringat akan sosok Elvis.

"Kalau aku tidak bekerja aku tidak bisa punya uang, kalau aku tidak punya uang aku tidak bisa makan, kalau aku tidak makan aku bisa mati, kalau aku mati aku tidak bisa mencari Elvis" jawab Adira bernada candaan, membuat yang lain tertawa lucu tetapi juga masih merasa iba.

"Iya kamu benar! Kamu harus cari Elvis sampai ketemu..... Kalau bisa ajak aku, aku ingin menghajar wajah pria yang sudah membawa keponakan ku pergi dari sini!!!" Setujunya sembari mempraktekkan gerakan meninju wajah.

Adira menggeleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya, Adira bersyukur ditengah-tengah ujian yang sedang ia hadapi ada orang-orang baik yang masih mengelilinginya.

"Iya, pukul dia sampai pingsan kalau bisa buat dia sadar akan kelakuannya selama ini!" Tambah Adira mendukung.

Dan diikuti tawa dari yang lain.

"Sudah-sudah, aku mau langsung memasak sekarang. Kalian juga bekerja lagi saja, banyak pelanggan yang masih mengantri, nanti kalau tidak dilayani yang ada mereka semua malah kabur"

"Hahaha.... Benar juga!" Tawa para pegawai membenarkan ucapan Adira.

"Jangan dong! Nanti toko roti ku bangkrut pula" cebik Qia mengerucutkan bibirnya ke depan.

"Kamu masih bisa buat toko yang baru" Adira semakin senang menjahili si pemilik toko.

"Haissss..... Kalian ini senang sekali menggoda ku!"

"Tapi kalian beruntung karena hari ini bos Qia yang cantik jelita sedang berbaik hati, sebab Adira sudah mulai bekerja lagi di toko kita. Jadi... Mari kita mulai bekerja bersama-sama lagi"

"Kalian siappppp????????"

"SIAPPP......!!!"

"Tepuk tangan untuk kita semua!"

Prok! Prok! Prok!

"Ya sudah aku masuk ke dalam dulu kalau begitu" Adira izin berlalu dari sana.

"Semangat mbak Adira!"

"Semangat juga semuanya" balas Adira memasuki dapur toko, menyimpan tas miliknya dan mulai memakai apron.

Chef Adira pun siap mengacak-acak dapur dengan skill memasaknya yang memukau, pelanggan pun semakin memesan banyak menu ketika mereka tau jika si pembuat roti telah kembali.