Pengantin Yang Tertukar

Kania tersenyum di dalam hati, dia yakin saat ini sang suami tengah risau memikirkan apa yang sudah diucapkannya.

"Ini semua aku lakukan untuk menjaga harga diriku, setelah kamu melihat tubuhku, kamu mencampakkan aku begitu saja, aku tidak akan pernah melepaskanmu," gumam Kania di dalam hati.

Raja berdiri, dia membuka sarung dan pecinya, lalu dia hendak melangkah menuju tempat tidur untuk mengambil ponselnya yang terletak di nakas.

"Bang," lirih Kania.

Kania menggandeng lengan kekar Raja.

Raja menghentikan langkahnya, lalu dia melirik lengan Kania yang kini sudah melingkar di tangannya.

"Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan," ujar Kania.

Dia pun menggiring Raja menuju tempat tidur dan mengajak suaminya duduk di pinggir tempat tidur.

Raja menoleh ke arah istrinya yang kini duduk tepat di sampingnya.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Raja.

Dia inginkannya berterus terang secepatnya.

"Mhm, aku hanya ingin membuat sebuah kesepakatan pernikahan di antara kita," ujar Kania kepada sang suami.

"Kesepakatan pernikahan? Apa maksud kamu?" tanya Raja pada Kania semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh sang istri.

"Iya, sebagai sepasang suami istri kita harus membina rumah tangga ini dengan sebaik mungkin," lirih Kania memulai pembicaraannya.

Raja menautkan kedua alisnya, dia berusaha mencerna apa yang ingin diutarakan oleh sang istri.

"Lalu?" tanya Raja pada Kania.

"Aku ingin kita membuat kesepakatan dalam rumah tangga ini," ujar Kania.

"Kesepakatan apa yang kamu inginkan?" tanya Raja.

"Aku tahu kita tidak menginginkan pernikahan ini, saat ini kita terperangkap dalam sebuah perjodohan karena kita ingin membahagiakan kedua orang tua kita. Demi kebahagiaan kedua orang tua kita, maka kita harus berusaha untuk membawa bahtera rumah tangga ini menuju sebuah kebahagiaan." Kania menghela napas sejenak.

Raja terdiam mendengar ucapan Kania, semua yang dikatakan Kania ada benarnya.

"Aku sudah bertekad untuk mencoba menjalani pernikahan ini dengan ikhlas, untuk itu kita harus membuat sebuah kesepakatan agar kita tidak mengecewakan kedua orang tua kita nantinya," ujar Kania.

"Baiklah, aku setuju. Apa saja kesepakatan pernikahannya?" tanya Raja penasaran.

"Baiklah, aku sudah menuliskan di kertas ini, kamu bisa baca terlebih dahulu." Kania mengeluarkan selembar kertas dari saku gamisnya.

Dia mengulurkan kertas tersebut pada Raja, kertas itu berisi beberapa kesepakatan di antara mereka.

Di dalam lembaran itu tertulis, mereka akan bersikap layaknya sepasang suami istri kapan pun dan di mana pun.

Raja harus memanggil Kania dengan sebutan 'sayang' begitu juga sebaliknya Kania harus memanggil Raja dengan sebutan yang sama.

Selama mereka berada di bawah atap yang sama, mereka harus shalat maghrib, isya, dan subuh secara berjama'ah.

Mereka harus sarapan dan makan malam bersama, Raja tidak boleh makan di luar rumah tanpa dirinya.

"Apakah ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Raja terlihat tidak setuju dengan apa yang dibuat oleh Kania.

"Tidak," jawab Kania.

Raja terdiam sejenak.

"Jika kamu tidak menyetujui hal ini, aku akan bicara langsung pada Mama dan papamu kalau kamu tidak menerima perjodohan ini dan aku yang akan meminta mereka untuk memisahkan kita," ujar Kania lagi.

"Jangan! Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu," ujar Raja.

Raja tidak ingin membuat mamanya kecewa dan sedih, karena di dunia ini kebahagiaan mamanya di atas segala-galanya baginya.

"Baiklah, tapi aku juga akan mengajukan beberapa kesepakatan padamu," ujar Raja pada istrinya.

"Baiklah, apa itu?" tanya Kania dengan lapang dada menerima kesepakatan yang akan diajukan oleh Raja.

"Aku tidak bisa menyentuhmu, karena aku sudah mencintai wanita lain. jika satu tahun kita menjalani rumah tangga ini namun kita belum memiliki kecocokan, kamu harus meminta kepada kedua orang tuamu perpisahan di antara kita dengan alasan kamu yang tidak menginginkan perjodohan ini," ujar Raja.

Kania terdiam mendengar ucapan sang suami. Seketika hatinya hancur, dengan jelas raja menolak dirinya.

"Ya Allah, secara terang-terangan dia sudah menyatakan bahwa dia tidak menyukaiku. Dia sudah menyatakan bahwa hatinya sudah mencintai wanita lain, akankah Aku sanggup menjalani ini semua?" gumam Kania di dalam hati.

Kania mulai sedih. Dia khawatir tidak sanggup mendapatkan hati Raja, itu artinya dia akan mengecewakan kedua orang tuanya.

"Tidak, aku harus yakin bisa mendapatkan hatinya. Aku juga harus bisa menghapus rasa suka yang ada di hatiku pada saudara kembarnya, mulai hari ini hanya dia menjadi prioritas bagiku," gumam Kania di dalam hati.

Dia meyakinkan dirinya bahwa dia sanggup meraih cinta Raja, dia juga harus bisa mencintai pria itu.

Di saat hatinya terluka mendengar kata-kata dari raja, wanita itu mulai menyemangati dirinya.

"Baiklah, aku menerima kesepakatan itu," ujar Kania penuh ya keyakinan.

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita makan malam," ajak Kania.

Kania kembali menggandeng tangan Raja, lalu dia berdiri mengajak Raja keluar dari kamar.

Mereka melangkah keluar dari kamar lalu turun menuju meja makan secara bergandengan tangan layaknya pasangan yang bahagia.

Kania dapat merasakan kehangatan dari tubuh kekar sang suami.

"Bismillah, aku akan melupakan sosok saudara kembar suamiku. aku akan membuka hatiku untuk pria yang sudah sah menjadi suamiku," gumam Kania di dalam hati di sepanjang langkahnya.

"Selamat malam, Nona," sapa Lauren.

Lauren merupakan pelayan yang bekerja di bagian dapur di villa itu. Kania memang dekat dengan Lauren, karena Lauren seumuran dengannya.

Lauren adalah putri dari kepala pembantu yang ada di villa tersebut.

"Malam, Ren," balas Kania dengan Ramah.

"Silakan makan, Nona," ucap Lauren.

Di atas meja makan sudah terhidang berbagai menu makan malam untuk sepasang suami istri itu.

Di villa itu setiap waktu makan, makanan akan dihidangkan meskipun tak seorangpun yang makan di sana.

Jika tidak ada yang akan memakan makanan tersebut, maka 2 jam Setelah itu para pelayan akan menyimpan makanan di lemari penyimpanan.

Sehingga saat Kania dan raja berada di ruang makan semua makanan sudah terhidang, mereka tinggal menyantap saja.

Raja dan Kania duduk di kursi meja makan secara bersampingan, Raja hendak membalikkan piringnya dan mengambil makanan untuknya, tapi semua itu dihentikan oleh Kania.

Kania merebut piring yang ada di tangan sang suami, dia langsung mengambil nasi beserta lauk pauk.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kania saat hendak memilih lauk untuk suaminya.

"Aku mau ayam kecap dan sayur bening, jangan lupa sambal terasinya," jawab Raja.

Kania tersenyum setelah itu dia pun mengambil lauk pauk dan meletakkannya di atas piring milik raja yang sudah berisi nasi.

"Bismillahirohmanirohim, Allahumma sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad wa Salim radhiallahu ta'ala ashabi Rasulullahi ajma'in," gumam. Kania di dalam hati sebelum memberikan piring itu kepada sang suami.

Kania teringat dengan perkataan salah satu dosennya. Dia pernah mendapat cerita dari sang dosen, membacakan shalawat di setiap makanan dan minuman orang yang membenci atau tidak menyukai kita, niscaya orang tersebut hatinya akan luluh.

Hal itu dilakukan Kania sebagai bentuk usaha menyerahkan diri pada Allah dalam mempertahankan rumah tangganya.

Bersambung...