Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.
Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.
Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.
Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.
Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 KAU CANTIK SEKALI
Batang Dewi yang telah bersiap berdandan untuk menghadiri acara pertemuan dengan ayah dari Magani Ogya, melangkahkan kakinya dengan rasa percaya diri keluar kamar ganti butik.
Dia berjalan menuju ke arah Magani Ogya yang tengah duduk di sofa butik.
Magani Ogya menatap Batang Dewi yang mendekatinya.
Dia terpana saat melihat perubahan penampilan Batang Dewi.
"Apa kita bisa pergi sekarang ?", kata Batang Dewi sambil tersenyum.
Magani Ogya terdiam sesaat lalu menarik tangan Batang Dewi sehingga perempuan polos yang telah merubah penampilannya itu terjatuh di atas pangkuan CEO tampan itu.
"Ehk...", Batang Dewi terpekik pelan.
"Hari ini kamu sangat cantik sekali Batang Dewi", ucap lembut Magani Ogya.
Magani Ogya mengusap pipi Batang Dewi yang bersemu merah seraya memandangi wajah perempuan itu dengan pandangan teduh.
"Bagaimana wajahmu bisa berkilaun secantik ini ?", ucap Magani Ogya.
"Aku hanya berdandan biasa saja dan senatural mungkin", sahut Batang Dewi.
"Oh iya !?", ucap Magani Ogya terkejut. "Apakah kamu sengaja berdandan khusus untukku ?", sambungnya sambil tersenyum tipis.
"Apa yang kamu katakan ?", sahut Batang Dewi.
"Aku hanya ingin keluar bersama mu tetapi kamu berdandan dengan sangat sempurna, dan bagaimana aku bisa pergi jika seperti ini...", ucap Magani Ogya.
"Maksudmu !?", sahut Batang Dewi.
"Tentu saja, akan sangat membuatku menjadi teramat malas untuk keluar berpergian jika aku melihatmu secantik ini...", kata Magani Ogya.
"Lalu... Aku harus bagaimana !? Haruskah aku mengganti gaunku !?", sahut Batang Dewi.
"Tidak, aku tidak menyarankan kamu untuk melakukan apapun karena alasanku sekarang adalah aku sudah tidak sabar membawamu ke pelaminan", kata Magani Ogya datar.
Batang Dewi terdiam dan masih duduk di atas pangkuan Magani Ogya.
"Tapi sekarang niatku adalah ingin menciummu", ucap Magani Ogya. "Boleh ?"
DEGH...
Batang Dewi merasakan jantungnya berhenti sesaat ketika mendengar ucapan dari Magani Ogya yang mencoba merayunya.
"Sebagai pengganti ?", sahut Batang Dewi.
Magani Ogya menatap tajam ke arah Batang Dewi dan terdiam kaku.
"Cih !", umpat Magani Ogya seraya memalingkan wajahnya.
"Kamu menciumku hanya sebagai pengganti tunanganmu yang telah pergi darimu bahkan sengaja mengajakku untuk bertemu ayahmu juga hanya sebagai pengganti", sahut Batang Dewi.
Magani Ogya terdiam, dia tidak mampu membalas ucapan Batang Dewi yang terus-menerus menghakimi dirinya.
"Sebaiknya kita segera pergi menemui ayahmu", kata Batang Dewi.
Batang Dewi beranjak pelan dari atas pangkuan Magani Ogya tetapi CEO muda itu langsung menahannya.
"Ada apa ?", tanya Batang Dewi.
"Harus berapa kali aku katakan padamu bahwa aku tidak ingin lagi menganggapmu sebagai pengganti MANTAN tunanganku !?", sahut Magani Ogya.
"Bisakah aku mempercayaimu ?", ucap Batang Dewi seraya menatap sendu kepada Magani Ogya.
"Bagaimana caranya aku harus meyakinkanmu, Batang Dewi ?", ucap Magani Ogya.
"Aku tidak tahu harus menjawabnya atau tidak tetapi bagiku aku merasa bahwa dirimu masih menjadikanku sebagai tunangan pengganti untukmu", sahut Batang Dewi.
"Meski hubungan kita telah tertulis secara hukum dan kamu masih beranggapan bahwa aku menjadikanmu sebagai wanita pengganti untukku", ucap Magani Ogya putus asa.
"Entahlah Magani... Karena aku masih menganggapnya seperti itu...", sahut Batang Dewi.
Batang Dewi menundukkan pandangannya dan terdiam.
"Aku merasa bahwa aku sedang menyimpan duri yang setiap saat menusukku ketika aku berada bersamamu, Magani", kata Batang Dewi.
"Apa yang kamu inginkan Batang Dewi !?", sahut Magani Ogya.
"Aku tidak menginginkan apapun darimu, Magani", ucap Batang Dewi.
"Apa arti dari hubungan kita sekarang ?", tanya Magani Ogya.
"Aku tidak tahu, Magani", sahut Batang Dewi.
"Kita sudah bertunangan dan kita berdua telah sepakat menyetujuinya sebagai gantinya kamu menunda pernikahan diantara kita", kata Magani Ogya.
"Aku bukan menundanya tetapi aku menolak menikahi mu, Magani ! Tapi kamu memaksaku untuk menerima tawaran pertunangan sebagai gantinya...", ucap Batang Dewi.
"Baiklah...", sahut Magani Ogya.
CEO tampan itu lalu beranjak dari sofa dan mengajak Batang Dewi berdiri bersamanya.
"Ayo, kita segera pergi dari butik ini dan menemui ayahku setelah itu aku akan menyelesaikan urusan kita", lanjut Magani Ogya.
"Urusan kita !?", ucap Batang Dewi.
"Tidak usah bertanya lagi", sahut CEO muda itu.
Batang Dewi tertegun dan dia merasakan bahwa CEO itu sedang kesal dengannya.
Magani Ogya mengajak pergi Batang Dewi setelah membayar di kasir butik.
Mereka langsung menaiki mobil Bugatti warna hitam dan pergi dari butik itu menuju ke restoran tempat acara pertemuan diadakan.
Dua jam kemudian...
Restoran tempat mereka bertemu dengan ayah dari Magani Ogya terbilang sangatlah mewah dan cukup jauh jaraknya dari lokasi butik yang tadi mereka datangi.
Tap...
Tap...
Tap...
Terdengar langkah kaki keduanya saat berjalan cepat menuju salah satu ruangan khusus di dalam restoran mewah itu.
Magani Ogya lalu berkata pada Batang Dewi selama mereka berjalan ke ruangan khusus restoran.
"Kita akan bertemu ayah serta bertemu dengan anggota utama organisasi milik ayahku", ucap Magani Ogya.
"Haruskah aku juga menemui anggota utama organisasi !?", tanya Batang Dewi.
"Iya, karena aku ingin mengenalkan tunanganku pada mereka semuanya", sahut Magani Ogya.
"Bukannya cukup kamu katakan bahwa kamu telah bertunangan tanpa harus mengenalkanku dengan semua orang", kata Batang Dewi.
"Tidak cukup hanya mengatakannya saja karena mereka tidak akan merasa yakin", sahut Magani Ogya.
"Untuk apa meyakinkan mereka...", sahut Batang Dewi.
"Aku ingin mereka tahu bahwa aku tidak mudah jatuh", jawab Magani Ogya.
Batang Dewi terdiam sambil berpikir dengan ucapan Magani Ogya.
"Apakah ini berkaitan dengan serangan yang terjadi tempo dulu saat kamu mengalami luka parah sehingga membuatmu amnesia ?", tanya Batang Dewi tanggap.
"Ternyata kamu sangat cerdas sekali, dan aku tidak salah menjatuhkan pilihanku padamu", sahut Magani Ogya.
CEO tampan itu lalu tersenyum tipis saat mendengar jawaban dari Batang Dewi.
"Sebagai pengganti tentunya...", ucap Batang Dewi pelan.
Magani Ogya langsung mendongakkan kepalanya seraya menghela nafas panjang kemudian menolehkan kepalanya ke arah Batang Dewi.
"Kamu...", kata Magani Ogya.
Magani Ogya menatap tajam sambil menghentikan langkah kakinya.
"Ya", sahut Batang Dewi dengan wajah datar.
Batang Dewi menjawab ucapan CEO muda itu dengan santainya dan ikut berhenti tepat di depan Magani Ogya.
"Aku akan menyelesaikan urusan kita setelah acara pertemuan dengan ayahku dan lainnya selesai", ucap Magani Ogya sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.
"Aku tidak takut...", sahut Batang Dewi.
"Tidak takut !? Apakah kamu benar-benar berani dengan resiko yang akan kamu hadapi setelah ini?", kata Magani Ogya.
Magani Ogya berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Apa yang harus aku takutkan ? Aku tidak salah...", sahut Batang Dewi.
"Ck !", decak kesal Magani Ogya.
CEO berwajah tampan itu memandangi seluruh tubuh Batang Dewi yang termasuk proporsional dan menarik sekali.
Sebentuk senyuman menghias bibirnya yang merah penuh dan membuat penampilannya semakin maskulin.
"Mungkin sekarang kamu tidak takut apa-apa sampai aku membuktikan bahwa sebenarnya aku sangat menakutkan dan disitulah kamu akan merasakan takut", sahut Magani Ogya.
"Aku mendengarnya seperti ancaman", kata Batang Dewi menanggapi omongan CEO tampan itu.
Magani Ogya langsung tergelak tertawa saat mendengar jawaban dari perempuan cantik itu sehingga membuat Batang Dewi keheranan.
"Apa yang lucu ?", tanya Batang Dewi.
"Tentu saja kamu, Batang Dewi", sahut Magani Ogya masih tertawa terpingkal-pingkal.
"Itu tidak lucu !", ucap Batang Dewi cemberut.
"Kamu cantik tapi kamu sangat polos dan kamu tidak menyadari bahaya sedang mengincarmu", sahut Magani Ogya seraya mengusap sudut matanya yang berair.
"Kata-kata itu melebihi ancaman dan memiliki arti tanda bahaya", kata Batang Dewi.
"Sebenarnya jujur... Aku katakan kepadamu bahwa aku tidak hanya mengancammu tetapi aku hendak ingin mengintimidasimu dengan perbuatan", sahut Magani Ogya.
"A--apa maksudmu ?", tanya Batang Dewi seraya mengernyitkan keningnya.
"Sudahlah, kamu tidak akan mengerti jika hanya dengan kata-kata sebaiknya aku langsung membuktikannya dengan perbuatan", sahut Magani Ogya.
"A--apa !?", ucap Batang Dewi cemas.
Batang Dewi mulai menanggapi ucapan dari Magani Ogya dengan sangat serius.
Dia melangkah mundur dan menjaga jarak dengan CEO muda itu karena dia mulai merasakan bahaya akan datang kepadanya setelah acara ini berakhir.
"Kita pergi sekarang dan sebaiknya kamu bersiap-siap setelah acara pertemuan ini", ucap Magani Ogya.
"Dan aku harap ucapanmu tidak seserius itu...", sahut Batang Dewi cepat.
"Hmmm...", gumam Magani Ogya menanggapi ucapan Batang Dewi.
Mereka berdua lalu melanjutkan langkah kaki mereka menuju ke ruangan khusus restoran yang tak jauh dari mereka.
Keduanya lalu berhenti tepat di depan pintu ruangan sedangkan Magani Ogya terdiam sejenak lalu menghembuskan nafasnya.
Magani Ogya menarik pegangan pintu ruangan khusus restoran dan masuk ke dalam ruangan sambil menyunggingkan senyuman lebarnya kepada semua orang yang ada di ruangan khusus itu.
"Apa kabar semuanya ?", sapa Magani Ogya.
CEO tampan dan berotak cerdas itu berjalan sambil merentangkan kedua tangannya menuju meja makan restoran.
"Itu dia anakku ! Magani Ogya !", ucap seorang pria dengan mengenakan kemeja motif warna cokelat tua kepada Magani Ogya.
Semua orang yang ada di ruangan khusus restoran itu langsung berdiri menyambut kedatangan Magani Ogya ketika CEO tampan itu memasuki ruangan. Dan berjalan mendekati meja mereka dengan langkah panjangnya.
"Selamat datang semuanya ! Terimakasih telah hadir di acara pertemuan ini !", kata Magani Ogya.
"Selamat datang, puteraku ! Apa kabar, nak ?", sahut pria berkacamata sambil berjalan ke arah CEO muda itu.
Kedua pria berbeda usia itu lalu saling berangkulan akrab sambil melempar senyuman.
" Apa kabarmu ayah ?", sapa Magani Ogya.
"Baik, nak...", sahut pria yang dipanggil ayah oleh Magani Ogya.
"Sepertinya semua sudah berkumpul dan sebaiknya aku langsung mengenalkan kepada ayah dan kalian semuanya", kata Magani Ogya.
"Oh iya, inikah tujuanmu untuk bertemu dengan ayah dan semuanya !?", ucap pria berkacamata itu.
"Iya, ayah...", sahut Magani Ogya.
Magani Ogya lalu membalikkan badannya ke arah Batang Dewi yang berdiri di belakangnya dengan kedua tangan saling berpegangan erat.
CEO muda itu lalu berjalan mendekat ke arah Batang Dewi. Dan dia lalu berkata pada semua orang yang hadir di acara pertemuan itu.
"Kenalkan ini adalah tunanganku, namanya Batang Dewi", ucap Magani Ogya sambil memeluk Batang Dewi.
Magani Ogya menghadapkan tubuhnya ke arah semua anggota utama organisasi besutan ayahnya dengan mimik wajah serius sedangkan Batang Dewi hanya tersipu malu dalam pelukan erat CEO muda nan tampan rupawan itu.