Series #2
Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.
Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.
Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Jalan Mulai Terbuka
...•••Selamat Membaca•••...
Maula dan Vanessa diam-diam pergi ke ruangan di lantai enam. Mereka berdua sudah memastikan bahwa suami mereka tidur lelap, karena tadi pulang dari klub malam, mereka sudah mabuk berat.
“Kamu udah pastikan kalau Isabella tidur pulas kan?” tanya Maula memastikan.
“Iya, aku sudah semprotkan cairan itu ke bantalnya dan terakhir aku liat, dia udah tidur nyenyak.” Maula mengangguk, dia melemparkan sesuatu yang mengeluarkan asap, sehingga para penjaga langsung tertidur.
Maula dan Vanessa beraksi memasuki ruangan tersebut dengan kunci yang sudah diduplikat oleh Vanessa.
Maula menyalakan lampu ruangan, dia tidak kaget lagi melihat semua itu karena sudah melihat dari foto yang diberikan oleh Vanessa.
Maula memeriksa satu persatu apa yang penting di dalam sana. Ruangan itu cukup banyak bukti kejahatan Isabella di masa lalu, mulai dari pengedaran obat-obatan terlarang yang dia selundupkan dari barang milik Archer, perdagangan manusia, penjualan organ manusia, perdagangan hewan liar hingga masa lalu Archer dan Rayden.
Maula mengulik satu per satu file bukti tentang dokumen penting keluarga Dragonvich. Tak ada yang terlewatkan hingga semua bisa dia dapatkan secara utuh dan lengkap.
Cukup lama dia dan Vanessa di ruangan tersebut, ada sekitar empat sampai lima jam. Maula dan Vanessa keluar dengan perasaan lega luar biasa. Mereka siap untuk membawa Isabella ke jalur hukum dan hal penting adalah membongkar kejahatan Isabella pada Archer dan Rayden.
“Kita tidak bisa langsung mengungkapkan hal ini pada suami kamu, secara Archer sayang sekali padanya. Kalau menurut Nena, kita tidak bisa menabrak dia dari depan, tapi hancurkan refleksinya. Archer adalah benteng terkuat Isabella, jangan hancurkan dengan bom, tapi kirim rayap sehingga pelan-pelan akan menggerogotinya.” Vanessa mengangguk paham.
“Jadi kita harus buat Archer menyadari sendiri?”
“Ya, kita akan buat alibi untuk itu. Archer perlahan akan mencurigai ibunya sendiri dan ketika kepercayaannya habis, kita baru mengeluarkan semua bukti ini.”
“Ya aku mengerti Maula.”
Ketika sarapan pagi, Isabella, Rayden, dan Archer sudah duduk bersama di meja makan. Isabella membentak pelayan karena menyajikan makanan kesukaan Rayden semua.
“Tenang Ny. Isabella. Semua ini aku dan Vanessa yang memasak, kalau anda tidak suka, silakan masak saja mie instan di dapur, soalnya bahan makanan sudah habis dan kalau menunggu dibeli akan lama. Anda perlu sarapan bukan?” Isabella begitu geram mendengar perkataan Maula yang santai.
“Sudahlah Mom, makan saja.”
Dengan perasaan kesal, Isabella terus melanjutkan sarapan pagi itu dengan tenang.
“Oh iya Archer, kamu pernah tidak menyelidiki lebih dalam mengenai kematian Mr. Dragonvich? Kebetulan setelah menikah dengan Rayden, keluarga besarku mencari tahu mengenai ayah kalian dan berita yang tersebar, beliau meninggal karena kecelakaan. Bukankah itu kecelakaan tak biasa?” Isabella seketika terdiam dan menatap Maula dengan sinis.
“Kami sudah melupakan semua itu, dan kami juga mengikhlaskan kepergiannya.” Isabella menjawab lantang.
“Begini, Maula. Duka di keluarga ini tidak perlu diungkit, kami sudah merelakan dan tidak akan mengusut apa pun.” Maula mengangguk.
“Tapi kalau orang bertanya padaku, lalu aku jawab seperti kalian. Pasti orang berpikir bahwa keluarga Mr. Dragonvich tidak sedih atas kepergiannya, dan kecelakaan ini semakin terlihat seperti sebuah sabotase. Benar tidak?” Archer tampak berpikir, sesuatu yang selama ini tidak pernah dia pikirkan kembali mencuat.
Isabella mulai resah dengan reaksi Archer begitu, Rayden juga tampak berpikir.
“Jangan bahas mengenai keluarga kami, karena itu bukan ranahmu lagi, Maula.” Isabella menatapnya dengan tajam, sementara Maula hanya tersenyum sinis.
“Keluarga kami? Bukankah di dalam kata ‘Kami’ juga termasuk aku? Aku juga menantu di rumah Mr. Dragonvich ini, karena suamiku adalah anak kandungnya,” tekan Maula.
Perasaan Archer dan Rayden kembali diaduk, mereka bahkan tak pernah berpikir mengenai kecelakaan yang menimpa ayah mereka. Terutama Rayden yang juga tak pernah berpikir kenapa ibunya bisa meninggal dalam kecelakaan itu padahal mobil yang ditumpangi ibunya dan ayahnya tidak terlalu parah.
“Maula, tetap dibatasanmu. Aku tidak suka mengorek luka lama.”
“Nyonya, harusnya anda lebih gencar lagi menyelidiki kematian suami anda, terlepas dari dia pernah selingkuh atau tidak, yang pasti kematian suami anda cukup aneh bukan? Menurut berita, itu kecelakaan tunggal dan tidak terlalu parah, suami anda tidak dalam pengaruh alkohol juga waktu mengemudi dan tidak di bawah pengaruh obat, tapi tiba-tiba dia oleng dan kebetulannya lagi CCTV jalanan mati.” Archer dan Rayden mengusap wajah secara bersamaan.
Mereka serentak menatap Isabella dengan tatapan penuh pertanyaan dan menuntut jawaban.
“Mom, benar apa yang dikatakan Maula, kenapa kita tidak menyelidiki kematian Daddy?” Isabella memegang tangan Archer dan tersenyum.
“Itu sudah lama sayang, Mommy hanya butuh waktu untuk mengikhlaskan.” Maula dan Vanessa hanya saling melempar senyum lalu menyuap sarapannya.
Mereka kembali sarapan dengan tenang namun pikiran kacau balau. Terutama Isabella yang merasa kejahatannya mulai dibongkar pada Archer.
...***...
Di dalam kamar, Maula memperlihatkan apa yang dia ketahui pada Rayden. Bukan main perih hati Rayden saat mengetahui bukti hasil autopsi jenazah ibunya. Kalau ayahnya memang sengaja tidak di autopsi karena permintaan Isabella.
“Jadi selama ini kamu tidak tahu hasil ini?” tanya Maula.
“Tidak, bukan surat ini yang aku dapatkan dari Nyonya Isabella. Dia memberiku surat keterangan lain dan ini sangat menyakitkan.” Maula memeluk suaminya.
Ibunya meregang nyawa setelah disuntikkan obat mematikan secara rutin oleh Isabella. Obat yang membuat pacu jantungnya melemah hingga berhenti, ketika hari kecelakaan itu, Isabella memberikan dosis tinggi hingga ibu Rayden meninggal.
Dia juga melakukan hal yang sama pada Mr. Dragonvich tetapi mereka tak memiliki bukti. Maula juga memperlihatkan beberapa dokumen video yang sengaja dikoleksi oleh Isabella ketika dia menyiksa Ibu Rayden.
“Ini adalah dokumen identitas kamu dan juga Archer.” Rayden mengambil dari tangan istrinya dan kembali meneteskan air mata.
“Archer, kakak kandungku? Kami juga satu ibu?” Maula mengangguk.
“Bukan ibumu yang menjadi orang ketiga dalam keluarga ini Ray, tapi Isabella. Ayahmu telah menikahi ibumu lebih dulu sebelum dijodohkan dengan Isabella. Mereka dikarunia anak, yaitu Archer lalu tak lama ayahmu menikah dengan Isabella dan Archer diambil paksa. Isabella tidak bisa memberikan ayahmu keturunan, demi menjaga nama baik itu, Archer dinyatakan sebagai anak mereka. Ibumu datang kembali bukan karena keinginannya, tapi ayahmu yang membawanya ke rumah ini dan mereka masih suami istri ketika kau ada Rayden. Jadi ibumu bukan selir atau gundik, dia istri sah ayahmu dan Isabella adalah orang yang merebut kebahagiaan itu dari kalian.” Rayden memegang dadanya sendiri, selama ini dia dan Archer dibuat bagai musuh bebuyutan oleh Isabella.
Archer membenci ibu mereka bahkan sampai ikut merendahkannya.
Rayden menangis, kali ini tangisan yang sangat menyesakkan dan begitu pilu. Seakan hidupnya direkayasa oleh Isabella dan dibuat serendah mungkin.
“Archer tidak akan percaya semudah itu, dia sangat menyayangi Isabella.”
“Iya aku tahu, Ray. Kita bisa buat dia mengerti perlahan dan sebelum Isabella menghancurkan Archer, karena Archer akan dia habisi ketika Vanessa sudah memberikan seorang anak. Kau tau rencana apa di benaknya bukan? Dia juga akan memanipulasi anak Archer kelak, untuk mengatasi itu, ada baiknya Isabella dihancurkan.”
“Yah itu benar, aku akan atur strategi untuk memasuki pikiran Archer. Waktu kita di sini hanya tinggal tiga hari lagi, semoga itu cukup ya.” Maula mengangguk.
“Terima kasih Piccola, kau benar-benar membawa cahaya dalam hidupku. Semua jadi terang benderang semenjak ada kamu.”
“Terima kasih juga pads Vanessa, dia yang membuka jalan.”
Rayden memeluk erat istrinya, semua terasa ringan ketika beban dibagi bersama dan diselesaikan bersama.
...•••Bersambung•••...