Kayla terkenal sebagai ratu gelud di sekolah-cewek tempramen, berani, dan udah langganan ruang BK. Axel? Ketua geng motor paling tengil sejagat raya, sok cool, tapi bolak-balik bikin ortunya dipanggil guru.
Masalahnya, Kayla dan Axel nggak pernah akur. Tiap ketemu, selalu ribut.
Sampai suatu hari... orang tua mereka-yang ternyata sahabatan-bikin keputusan gila: mereka harus menikah.
Kayla: "APA??! Gue mending tawuran sama satu sekolahan daripada nikah sama dia!!"
Axel: "Sama. Gue lebih milih mogok motor di tengah jalan daripada hidup seatap sama lo."
Tapi, pernikahan tetap berjalan.
Dan dari situlah, dimulainya perang baru-perang rumah tangga antara pengantin paling brutal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 27
“Brengsek,” umpat Kayla kesal saat masuk kamar. Ia membanting pintu keras-keras. Nafasnya naik turun, wajahnya masih merah karena syok.
“Si Axel gila… gila banget,” teriaknya sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.
Kayla berusaha mengatur nafasnya. Ia duduk di tepi ranjang, mencoba menenangkan diri. Ponselnya bergetar—chat grup dengan Anya, Laras, dan Salsa masuk.
Anya: Besok jadi?
Kayla: Ya.
Laras: Lo naik motor, Kay?
Kayla: Iya.
Salsa: Kemana?
Kayla: Lembang, Sa.
Salsa: Sama siapa?
Laras: Lah, si Putra nggak ngajakin lo, Sa?
Salsa: Kagak anjir.
Anya: Sama gengnya si Axel, Sa.
Obrolan mendadak hening.
Di kamar lain, Salsa menatap Putra yang sedang rebahan main ponsel. Matanya penuh tanya.
“Kok nggak ngajak?” suaranya meninggi.
Putra melirik malas. “Ngajak apa?”
“Main ke Lembang,” jawab Salsa kesal.
Putra menghela napas, berusaha menahan diri. “Ouh, Sa… kamu kan lagi hamil. Kalo ada apa-apa, gimana?”
Salsa mendengus, nadanya tinggi. “Lah, hamil gue masih dua bulan, Putra. Lo emang dasarnya aja nggak mau ngajak gue!”
Putra terdiam sebentar, lalu mengalah. “Ya udah, ayok.”
~~°°°°°°~~
Sementara itu, di kamar Kayla, suasana berbanding terbalik. Kayla sudah melupakan pertengkarannya dengan Axel, asyik memainkan ponsel sambil menonton video lucu. Tawanya renyah, seakan kejadian tadi sore hilang begitu saja.
Sebuah pesan masuk dari Axel.
Axel: Gue main.
Kayla: Kemana?
Axel: Kemana aja, yang penting nggak bete.
Kayla: Dih.
Axel: Ikut nggak?
Kayla: Kemana dulu?
Axel: Liat trek.
Kayla: Lo mau main lagi? Udah hampir mati juga.
Axel: Nggak, liat doang.
Kayla: Ya udah, sana. Gue males kemana-mana.
Chat terhenti. Kayla mengira Axel sudah menyerah. Tapi tiba-tiba… KREK! pintu kamarnya terbuka.
Axel muncul dengan hodie hitam, wajah dingin tapi tatapan tajam. “Pake hodie. Ayo ikut,” ucapnya singkat sambil menarik tangan Kayla.
Kayla terperanjat. “Lah, ngapain chat ngajak kalo maksa.” protesnya, tapi tetap ikut melangkah.
"Udah jangan banyak protes."
Malam itu mereka melaju di atas motor besar milik Axel. Angin malam Bandung menusuk kulit. Kayla memeluk hodie, berusaha menahan dingin.
“Motor lo baru lagi?” tanyanya sambil melirik bodi motor yang mengkilap.
“Iya,” jawab Axel singkat.
Tak lama, mereka tiba di arena balapan liar. Suara knalpot meraung-raung, asap rokok bercampur dengan aroma bensin. Anak-anak muda berkerumun, sorak sorai terdengar.
“Xel, apa kabar?” sapa Soni, teman Axel, sambil mengulurkan tangan.
“Baik,” jawab Axel, tos keras mereka terdengar jelas.
Soni menoleh ke Kayla. “Siapa?”
Axel tersenyum bangga, tangannya menunjuk Kayla. “Istri gue.”
Kayla melotot kecil, merasa kaget sekaligus kikuk.
Tiba-tiba suara wanita terdengar. “Tumben lo ke sini.” Tania—mantan Axel—muncul dengan senyum menggoda.
“Kenapa,nggak boleh?” sahut Axel ketus.
“Ngga juga, sih,” balas Tania sambil tersenyum nakal. Matanya menyapu Kayla dari atas ke bawah, sinis.
Axel langsung mendelik tajam. Ia lalu menoleh ke Kayla yang menggigil kedinginan. Dengan gerakan pelan, Axel menarik hodie Kayla, menaikkannya hingga menutupi leher nya.
“Dingin?” tanyanya lembut.
Kayla cemberut. “Tumben.”
Axel tersenyum tipis. “Heh.”
“Lo dateng, Xel?” suara David memecah suasana.
“Iya. Bete di rumah,” jawab Axel terkekeh.
David melirik Kayla. “Tumben ikut, Kay?”
Kayla menghela napas, cemberut. “Dipaksa.”
David terkekeh geli. “Ya biar tau juga kali, Kay.”
Kayla tersenyum tipis. “Iya, sih.”
Tak jauh, Tania duduk di atas motor dekat David. Pandangannya tak lepas dari Axel. Ada kerinduan samar di matanya.
Axel sadar sedang diperhatikan. Tanpa pikir panjang, ia meraih pinggang Kayla dan memeluknya erat.
“Lepasin,” bisik Kayla kaget.
“Diem. Bentar aja,” ucap Axel pelan di telinganya.
Kayla menoleh, heran. “Kenapa sih lo?”
Axel tak menjawab, hanya mengeratkan pelukan.
Kenapa sih dia ngga jelas anjir main peluk aja pamer sama temen nya.ucap kayla dalam hati.
“Dih, pengantin baru nih,” goda Niko sambil terkekeh.
Axel tertawa. “Besok lo ikut, kan?” tanyanya pada Niko.
“Ikut lah!” sahut Niko dan David bersamaan.
Tania langsung menyela, nada suaranya tajam. “Kemana?”
“Main, ikut yuk,” ajak Niko cepat.
Tania mendengus. “Ngga ada yang ngajak.” Tatapannya langsung menusuk ke arah Axel.
“Sama gue aja,” celetuk Niko.
“Emang lo nggak bawa pacar?” tanya Tania sinis.
“Ngga lah, gue jomblo,” jawab Niko cuek.
“Ya udah, gue ikut.”
“Kita camping, kan?” tanya Niko.
Axel langsung menukas. “Lo aja. Gue mau sewa vila. Honeymoon.” Ia terkekeh kecil, nada suaranya sengaja menusuk Tania.
David ikut tertawa. “Bisa aja lo.”
“Iya lah. Iya kan, sayang?” Axel menoleh ke Kayla sambil tersenyum nakal.
Kayla hanya bergumam. “Hmm.” Tatapannya lurus ke jalan, tapi pipinya memanas.
Apa sih ngga jelas.batin kayla.
Suasana makin ramai. Axel tak melepaskan pelukannya, malah menggenggam tangan Kayla erat-erat.
Kayla diam ada getaran di hati nya yang sulit di jelaskan.
Sementara Tania… masih menatap mereka. Ada getir di matanya, rasa sesal yang terlambat datang. Ia tahu, lelaki yang pernah ia sia-siakan kini sudah bukan miliknya lagi.
Mau pulang, ucap Axel dengan lembut di telinga Kayla. Suaranya nyaris seperti bisikan, membuat tengkuk Kayla sedikit merinding tak karuan.
“Hayu, dingin,” balas Kayla cepat, berusaha menutupi rasa aneh yang menjalari tubuhnya.
“Ya udah, nanti kalo naik motor peluk gue ya,” bisik Axel lagi, nadanya datar tapi entah kenapa terasa mendominasi.
Kayla menghela napas panjang. “Lo kenapa sih? " Ucap kayla kesal.
"Udah nurut aja apa susah nya sih." Ucap axel.
Axel menoleh sebentar pada teman-temannya. “Gue cabut ya,” ucapnya santai.
“Yoi, hati-hati,” sahut David sambil melambaikan tangan.
“Siap!” balas Axel, lalu melajukan motornya meninggalkan kerumunan.
Kayla tanpa banyak bicara memeluk tubuh Axel erat-erat. Hawa malam yang dingin bercampur dengan degup jantung yang terasa jelas di punggung Axel.
“Gilaaa, si Axel bikin ngiri,” komentar David sambil terkekeh geli.
Tania menatap punggung axel yang menjauh, “Dia pacaran dulu?”
“Nggakkk. Justru mereka itu musuhan, nggak pernah akur di sekolah. Satu sekolah tahu gimana Axel sama Kayla,” jawab David masih heran.
Tania mengernyit."kok bisa nikah?" Tanya nya.
"Di jodohin sama orang tua nya." Jawab niko sambil terkekeh.
Tania mengernyit lagi. “Tapi barusan Axel lembut banget sama cewek itu. Biasa juga judes sama cewek.”
“Lah iya ya…” David mengangguk sambil melirik Niko.
Niko hanya mengangkat bahu, seolah mengatakan, biarin aja waktu yang jawab.
Di perjalanan pulang, Kayla sudah terlalu mengantuk. Pelukannya semakin kencang, kepalanya terjatuh di punggung Axel. Lelaki itu hanya tersenyum kecil. Brengsek, kenapa gue malah nyaman sama dia. Batin nya.
Beberapa menit berlalu, mereka sampai di apartemen. Kayla turun tanpa banyak bicara, matanya sayu, langkahnya terburu-buru masuk ke kamar.
Axel hanya menatap kayla yang buru-buru masuk ke kamar nya.
Begitu pintu terkunci, ia langsung meraih ponselnya. Nama Revan muncul di layar, beberapa kali sudah mencoba menelpon. Kayla buru-buru menelpon balik.
“Dari mana?” suara Revan terdengar lembut, penuh perhatian.
“Di ajak liat balapan,” jawab Kayla sambil tersenyum kecil, merasa bersalah tapi tak menunjukkannya.
“Ouh… kirain kemana,” ucap Revan dengan nada lega, senyum terselip di suaranya.
“Revan lagi apa?” tanya Kayla, berusaha terdengar ceria.
“Mau tidur. Tapi nunggu kamu dulu,” ucap Revan jujur, membuat hati Kayla sedikit mencelos.
“Cape ya, Van. Met bobo ya… selamat istirahat, Revan. Mimpi indah,” ucap Kayla lembut.
“Iya, Kayla. Kamu juga ya,” balas Revan dengan nada sayang.
Kayla terkekeh kecil sambil membuka hodie-nya. “Bentar aku buka hodie dulu… tapi aku belum cuci muka. Males juga ke airnya.”
“Cuci muka dulu, nanti jerawatan. Aku jauh loh, mau nyalahin siapa?” balas Revan sambil terkekeh, nada godaannya membuat Kayla ikut tertawa kecil.
“Ekh iya ya,” jawab Kayla sambil mencubit pipinya sendiri di depan cermin.
“Ya udah, Revan bobo duluan ya. Istirahat, cape aku Tutup telponnya ya, Van,” ucap Kayla akhirnya dengan suara lembut yang penuh kehangatan.
“Iya…” gumam Revan pelan, lalu menutup telepon dengan senyum samar.
Kayla berjalan ke pintu hendak ke kamar mandi. Namun saat dibuka, ia kaget bukan main—Axel ternyata sedang menempel di sana, hampir terjatuh karena jelas-jelas sedang menguping.
“Lagi ngapain lo?!” ucap Kayla ketus, menahan malu sekaligus marah.
“Ngga… mau nanya tadinya,” jawab Axel gugup, matanya ke kanan-kiri seperti anak kecil ketahuan curang.
“Nanya apa?” Kayla melipat tangan di dada, menatap tajam.
“Tidur bareng yuk,” ucap Axel tiba-tiba, kali ini dengan senyum nakal yang bikin Kayla semakin kesal.
“Ogah!” sahut Kayla cepat, lalu meninggalkannya menuju kamar mandi.
Di depan cermin, Kayla menyikat gigi dan mencuci muka. Ia menatap wajahnya sendiri lama, matanya berkaca-kaca.
Dosa ngga yak gue nolak suami... Tapi dia nyebelin gue juga ngga cinta. bisiknya dalam hati.
Saat keluar, Axel sudah tak ada di luar. Kayla mendesah lega sekaligus bingung. Ia masuk ke kamarnya, mengunci pintu rapat-rapat, lalu rebahan. Tanpa terasa, matanya terpejam, tenggelam dalam lelap—dengan hati yang penuh tanda tanya.