NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Hidupku

Cinta Dalam Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Aliansi Pernikahan / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Istri ideal
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Desty Cynthia

Karena pengaruh obat, Atharya sampai menjadikan gadis desa sebagai pelampiasan nafsunya. Tanpa di sadari dia telah menghancurkan masa depan seorang gadis cantik, yaitu Hulya Ramadhani.
Akan kah Hulya ihklas menerima ini semua? Apakah Atharya akan bertanggung jawab?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hilang Ingatan

Berjam jam operasi itu berlangsung. Semua keluarga cemas dengan Hulya. Apalagi Atharya yang bersandar di bahu omahnya. Omah Winda dan mamih Aleesya terus mencoba menangkan Atharya.

TING

Dokter yang menangani Hulya keluar bersama perawat. "Maaf, bayinya mau di kubur di sini atau mau di bawa pulang?"

DEG

"Enggak dok! Anak saya masih hidup kan dok! JAWAB DOK! ISTRI SAYA GIMANA DOK?!" Athar semakin murka ketika mendengar perkataan dokter.

Papih Alarich dan Athala menahan tubuh Athar. "Sabar Thar, kita dengarkan dulu."

"Mohon maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasien mengalami benturan yang sangat keras hingga menyebabkan janin yang dikandungnya meninggal. Ibunya selamat tapi_"

"Tapi kenapa dok?" Tanya mamih Aleesya.

"Pasien mengalami gegar otak. Kemungkinan ia akan hilang ingatan dalam waktu yang tak bisa di tentukan." Lanjut dokter yang bernama Adam.

Dada Athar bagai dihantam palu godam. Anak yang dikandung istrinya meninggal, sekarang istrinya juga harus hilang ingatan akibat kecelakaan itu.

Tubuh Athar merost ke lantai. Athala sebagai kakak menguatkan adiknya itu. Ia memapah tubuh Athar ke tempat duduk.

"Di depan Hulya kamu harus kuat. Harus kuat...dia butuh support kamu. Kakak yakin Hulya nanti akan pulih kembali." Ucap Athala.

Namun Athar tak menjawabnya, ia menunduk dan menangis. Mamih Aleesya memeluk anaknya itu. Ia merasakan penderitaan anaknya.

Dokter itu bilang akan segera memindahkan Hulya ke kamar rawat. Karena kondisi Hulya sudah melewati masa kritisnya.

-

-

-

Di sinilah Hulya berada, terbaring di kasur rumah sakit dengan peralatan nafas yang terpasang di tubuhnya. Athar menangisi istrinya, bagaimana nanti saat Hulya sadar.

Bayi Athar dan Hulya dibawa oleh orang tua mereka untuk di kuburkan di rumah. Orang tua Hulya belum di beri tahu. Rencananya papih Alarich akan mengutus om Bastian dan Ray untuk menjemput besannya.

"Sayang... Anak kita udah di surga. Mungkin lagi main sama Mayaza, anaknya kak Alana. Maafin aku sayang, aku gagal menjaga kamu." Lirih Athar.

Keluarga Athar menunggu di ruang tamu. Hanya Athar dan orang tuanya yang menemani Hulya. "Ya Allah siapa yang sudah tega berbuat ini sama kamu nak?"

Semalaman Athar menemani istrinya yang terbaring. Di malam yang dingin ini, Athar bersimpuh di hadapan Sang Pencipta, memohon kesembuhan dan keselamatan Hulya. Sungguh ia takut kehilangan istrinya. Air matanya terus mengalir.

Orang tuanya mengintip di balik tembok kamar yang ada di dalam kamar rawat menantunya. Bulir bulir air mata itu jatuh dari mamihnya Atharya.

"Kalau Hulya tahu dia keguguran gimana pih? Hulya pasti hancur." Lirih mamih Aleesya dengan berbisik ke telinga suaminya.

"Takdir mih. Yang pasti kita harus menyemangati Athar dan Hulya melewati badai ini." Jawab papih Alarich pelan.

-

-

Keesokan harinya, dan hari berikutnya mata Hulya belum juga terbuka. Athar sampai memarahi dokter yang menangani Hulya.

Baik orang tuanya maupun kakaknya, kewalahan menahan amarah Atharya. "Nak sabar... Lebih baik kamu terus berdoa untuk istrimu. Omah mengerti perasaan mu nak." Ucap omah Winda dengan mengusap ngusap punggung cucunya.

"Tapi kapan Hulya sadar, omah? Ini sudah dua hari." Lirih Athar dengan lemas.

Omah Winda menceritakan bagaimana dulu papih Alarich dengan sabar menunggu mamih Aleesya sadar, selama satu bulan koma. Athar menoleh dan memeluk omahnya. Ia menangis lagi di bahu omahnya.

Orang tua Atharya menyiapkan makanan untuk anaknya. Mereka tak ingin jika anaknya sampai sakit. Melihat kondisi Athar yang pucat pasi membuat mereka khawatir.

"Eugh...!"

Semua mata menoleh ke arah kasur Hulya. Yah benar! Hulya mulai sadar, Athar segera mendekati istrinya dan mengelus kepala istrinya lembut.

"Sayang... Alhamdulillah kamu udah sadar." Lirih Athar.

Mata Hulya terbuka perlahan ia menelisik siapa yang ada di depannya, dan menatap langit langit kamar.

"Ka-kamu siapa?" Tanya Hulya pada Athar.

DEG

Orang tua Athar mendekati menantunya itu. Ray langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Hulya.

Air mata Athar semakin mengalir deras. "Ini aku suami mu sayang. Kamu lupa hmm?"

Ketika Hulya akan bangun dan duduk, Athar mencoba membatunya namun Hulya menghempaskan tangan suaminya.

"Jangan dekat dekat! Aku enggak tahu siapa kamu! Kalian? Siapa? Aku? Nama aku?" Hulya memgang kepalanya yang sakit. Ia juga baru sadar jika dirinya memakai hijab.

"Sayang ini mamih mu, nak." Ucap mamih Aleesya dengan hati hati.

Dokter itu datang dan memeriksa Hulya. Baik Athar maupun orang tuanya mundur di belakang dokter itu. Omah dan opahnya menunggu di ruang tamu, mereka takut jika Hulya semakin terguncang.

"Tolong jangan dipaksa pasien mengingat sesuatu dulu, keadaanya belum stabil. Biar waktu yang menyembuhkannya. Kasus seperti ini sudah sering terjadi. Nanti pasien lama kelamaan akan bisa mengingat kenangan yang ada di otaknya." Ucap dokter panjang lebar.

Dokter itu pamit dari sana. Athar mencoba mendekati istrinya lagi. Ia mengenalkan dirinya dan orang tuanya.

"Suami? Aku sudah menikah? Sama kamu? Maaf, jadi ini mertua aku gitu?" Hulya melontarkan banyak pertanyaan.

"Iya sayang."

"Jangan panggil aku sayang! Aku enggak kenal sama ka_arghh sakiiit." Hulya memegang lagi kepalanya. Athar memberanikan diri memeluk istrinya itu.

Hulya tak menolaknya karena memang dirinya sangat lemah saaat ini. Namun ia sangat ketus pada suaminya.

"Sana. Aku mau pulang! Rumah ku dimana? Nama ku siapa?"

"Nama kamu Hulya sayang. Kamu menantu kami nak." Sahut mamih Aleesya lembut.

Hulya menghela nafasnya. Ia menatap lama mamih Aleesya. "Jadi aku menantu tante? Eum.. Maaf, mamah?" Tanya Hulya lagi.

Athar mengulum senyumnya, ada lucunya juga istrinya hilang ingatan. Wajah Hulya semakin menggemaskan.

Omah dan opah datang menemui Hulya. "Iya nak betul, kami kakek nenekmu."

"Orang tua ku? Mereka dimana? Apa mereka masih hidup? Terus kenapa aku di sini? Tunggu! Perutku sakit... Argh." Hulya meringis membuka setengah bajunya, ia melihat bekas luka operasi di perutnya.

Semua keluarga terdiam mematung, mereka bingung bagaimana menjelaskannya. "Ini bekas luka apa?" Hulya menanya pada suaminya itu.

Athar mendekati perlahan istrinya. "Nanti setelah ingatan kamu pulih, aku akan jujur dengan luka itu." Ucapnya, lembut.

"Hmm, aku enggak tahu nama kamu siapa! Aku enggak tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi sama aku? Kenapa aku di sini? Katanya kamu suami aku, ayo jawab!!" Lirih Hulya.

Athar menceritakan siapa Hulya dan bagaimana istrinya itu bisa ada di sini. Namun ia tak menceritakan soal calon anak anak mereka yang sudah meninggal.

Orang tua Athar pamit sebentar akan menengok keadaan pak Agus yang masih di icu. Begitu pun omah dan opahnya. Mereka memberikan ruang bagi anak dan menantunya itu agar bisa bicara.

"Jadi kita benar benar sudah menikah?"

Athar mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan photo photo pernikahan pada Hulya. Banyak sekali photo kebersamaan dirinya dan istrinya.

Tiba tiba Hulya meneteskan air matanya. Ada perasaan yang aneh di hatinya ketika melihat photo itu.

"Hati ku sakit..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!