NovelToon NovelToon
Ikatan Dua Jiwa

Ikatan Dua Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Iblis / Fantasi Wanita
Popularitas:359
Nilai: 5
Nama Author: Velika Sastra

Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mari Menanam

Kesal, Su Yan melempar batu pada Si Jie'er, namun Li Yao dengan cepat menangkis nya.

''Ku bilang jaga sikapmu!''

''Baru kutahu bahwa murid kekaisaran begitu sombong. Pengecut, sampai berani melawan perempuan.''

''Apa yang kau katakan! Bicara lagi!''

''Kubilang, pengecut sampai...''

Su Yan melayangkan pukulan, Chen Lai mundur selangkah mengusap darah di sudut bibirnya.

''Kenapa marah, merasa tersinggung? Berarti kau mengakuinya.''

''Sialan!''

Su Yan mengangkat tangannya, batu besar melayang, membidik Chen Lai. Chen Lai tidak tinggal diam, ia mengangkat tangannya, batu itu dengan mudah dihancurkan dengan akar pohon. Namun Su Yan tidak berhenti, mengangkat puluhan kerikil.

Kerikil bagai peluru menembak Chen Lai yang tak bisa terus menghindar.

Bai Ruyi membuka tangannya, dinding air berdiri di antara mereka sekitar sepuluh meter. Kerikil Su Yan terperangkap di dalam, percikan airnya membasahi wajah Su Yan, membuatnya menggelap.

''Jika kalian terus berbuat onar, kita semua akan dihukum. Peraturan ke lima, tidak boleh ada perkelahian.” ucap Ru Lang.

“Bai Ruyi, jangan ikut campur kau, dia yang berani menghina pangeran ke tiga pantas mati.”

Su Yan kembali melayangkan batu, Lu Zhang ikut bergabung. Tangannya mengeluarkan percikan petir, Bai Ruyi dengan cepat menarik dinding airnya. Air dan petir tidak bisa disatukan, akan sangat berbahaya.

Chen Lai membuat segel tangan, akar-akar pohon membelah tanah, terus memanjang hingga belasan meter, akar-akar pohon itu berkelit membentuk sebuah dinding.

Dentuman demi dentuman terdengar, batu-batu Su Yan mencoba menghancurkan dinding pohon Chen Lai. Lu Zhang mengeluarkan pedangnya, percikan petir mengelilingi bilah pedang.

Pedang berayun, percikan petir itu membuat lubang dan membakar dinding Chen Lai dan mulai rusak. “Lu Zhang kau berani mengeluarkan pedang!”

“Tentu saja, jika kau berani keluarkan juga pedang mu.”

Lu Zhang menebas, dinding kayu runtuh. Lu Zhang membuat segel tangan, energi jahat menyebar, satu awan gelap datang menuju belakang Lu Zhang sambil membawa petir. Awan itu bergerak menuju Bai Ruyi dan yang lain.

Merasa semua berada dalam kendalinya Lu Zhang terbahak, berkata dengan sombongnya. ''Jika sekarang kau minta maaf dan bersujud, aku akan mengampuni kalian.''

Petir menyambar, tepat pada saat itu sebuah bola api melesat, dari kecil hingga semakin membesar, kemudian melahap awan petir. Akibat serangan itu Lu Zhang memuntahkan seteguk darah.

“Kupikir kenapa begitu berisik, ternyata kalian sedang bermain.”

''Baru tadi membaca peraturan, sudah lupa?''

Lin Yi Yue dan Zhao Hua muncul bersamaan. Tanaman rambat mengikat mereka berempat, menggantung mereka dengan kaki di atas.

“Lu Zhang Paviliun Bai Yue memilki aturan sendiri, tidak terikat oleh aturan tiga alam. Bukan milik alam langit, di sini aku yang memimpin. Bahkan jika Ayah mu datang kemari dia harus menghormati ku.”

Lin Yi Yue berjongkok di depan Lu Zhang, “Semua Kaisar di tiga alam harus menghormati ku, dan itu termasuk Ayah mu.” Lin Yi Yue tersenyum, menepuk keras pipi Lu Zhang.

“Sudahlah karena kau anak dari Kaisar Langit, harus diberi kesempatan. Jika tidak Ayah mu akan membuat keributan.”

“Jika ada yang membuat keributan lagi, menyerang dengan menggunakan kekuatan bahkan mengeluarkan pedangnya, aku akan menyeretnya menerima hukuman.'' Zhao Hua melepaskan ikatan mereka, lalu keduanya pergi dari sana.

Lu Zhang mengusap wajahnya, matanya membara, merasa terhina dengan perkataan Lin Yi Yue. ''Suatu hari nanti akan ku balas penghinaan ini.''

****************

Chen Lai mengusap keringatnya, duduk mengatur nafas. Pembuatan formasi berjalan lancar, meski menguras waktu dan kekuatan setidaknya tidak ada kesalahan.

“Aku hampir mati kelelahan.'' Chen Lai mengguyur wajahnya dengan air.

''Sekarang aku mengerti kenapa Tetua Fu bertanya tentang persediaan makanan, tidak ada pohon buah yang tumbuh di sini. Aku juga lupa membeli makanan tadi, malah membeli banyak bibit. Persediaan makanan ku hanya cukup lima hari, besok aku harus pergi membeli makanan. Bai Ruyi apa kau punya makanan lebih, ingat untuk berbagi dengan saudaramu ini.''

“Bangun. Kita masih harus menanam.'' Bai Ruyi menarik Chen Lai.

''Tidak bisakah kita menanamnya besok saja? Hari ini cukup sampai di sini saja.''

“Tanaman tidak bisa tumbuh dalam semalam.”

“Elemen kayu ku bisa mempercepat tanaman, lakukan besok saja.''

“Tidak, lakukan hari ini.'' Bai Ruyi menyeret Chen Lai ke dalam formasi.

“Baiklah akau akan menuruti permintaan Tuan Muda Bai. Kau ingin menanam apa, sejenis buah, sejenis bunga atau jenis tanaman hias...”

“Kau sungguh membeli banyak.''

''Tidak banyak,'' Chen Lai mengeluarkan tiga kotak penuh bibit tanaman berbeda.

“Bibit buah di sini ada buah apel, anggur, melon semangka, kau bisa melihatnya.'' Chen Lai mendorong satu kotak.

“Sungguh tidak banyak ya.” Memilah bibit buah, akhirnya Bai Ruyi mengambil bibit buah persik.

''Buah persik, kalau begitu aku akan menanam melon.''

“Tanam apel saja, melon bisa menghabiskan banyak tempat.'' Bai Ruyi mengambil kembali bibit apel yang diambil Chen Lai.

''Boleh, lalu kau ingin menanam bunga apa?''

''Lotus.''

''Lotus? Tapi tidak ada kolam di sini.''

''Halaman timur ada kolam.''

''Kalau begitu aku harus menanam bunga apa...''

''Bunga matahari, ambil ini! Cocok dengan mu.''

''Bagus, bagus. Aku baru ingat, saat membeli bibi penjual memberiku bibit ini, kau ambil saja.''

''Bibit apa ini?''

''Katanya bibit bunga phoenix.''

''Phoenix?''

''Ya, phoenix saja menjadi legenda, bagaimana bibi itu menamai bunga sembarangan. Lalu kudengar bunga ini semerah api, secantik helai bulu phoenix, kau tanam saja siapa tahu benar.''

''Jika kalian menanam begitu banyak, tanahnya tidak akan cukup.''

''Nona Li kau mematahkan semangatku.'' Li Yao memutar bola matanya, malas melihat tingkah Chen Lai.

''Tidak masalah, bunga mataharimu biar aku yang menanam nya. Nanti kau bisa datang berkunjung.''

''Memang hanya Ruyi yang mengerti aku.'' Chen Lai dengan gembira memeluk Bai Ruyi.

''Lepas, jangan memelukku.'' Bai Ruyi mendorong Chen Lai menjauh.

''Kasar sekali.'' Chen Lai mengerutkan bibirnya.

''Menjijikkan!'' Keduanya bergidik ngeri.

''Kak Yao, air spiritual ku habis lagi.''

''Jangan gunakan banyak air spiritual, kau bisa memindahkan tanah ke dalam pot. Lalu bisa memurnikannya secara bertahap, segenggam demi segenggam.''

''Baik aku mengerti, aku akan membeli air spiritual lagi.''

''Metode Li Yao bisa kita pakai, Ruyi kau ingin menanam persik?''

''Ya, gunakan elemen kayu mu untuk membuat pot.''

Chen Lai mengangguk, mulai membentuk segel tangan. Batang-batang kayu muncul dari udara, batang-batang kayu itu membentuk papan kayu lalu dengan lunaknya saling menyulam, membentuk sebuah pot kayu.

''Bagaimana, bagus kan?''

''Bagus, lanjutkan.''

Bai Ruyi meletakkan pot yang sudah jadi, mengambil segenggam tanah lalu memberi lima tetes air spiritual. Tanah yang semula terlihat gosong, menampakkan warna coklat kemerahan.

Chen Lai juga selesai membuat pot nya, bersama segenggam demi segenggam tanah dimurnikan, menanam bibit. Bai Ruyi mengerahkan kekuatannya, gelembung air melayang di kedua pot kayu, perlahan meletus, membasahi tanah.

Keduanya lalu memindahkan pot mereka, menatanya dengan tanaman murid lain.

''Kalian sudah menanam.''

Zhao Hua muncul di samping ladang, papan kayu kecil muncul di tangan setiap murid.

''Tulis nama kalian di sana, lalu letakkan di tanaman kalian. Papan kayu itu akan menghitung waktu tanaman kalian hidup. Lalu untuk kalian berempat...'' Zhao Hua menatap Bai Ruyi, Chen Lai, Ru Lang dan Zhang Li.

''Tadi aku bilang tanaman kalian minimal harus hidup selama... Berapa lama ya, kenapa bisa lupa, dua belas atau sepuluh...''

''Sepuluh jam!''

''Nona Zhao kau mengatakan sepuluh jam, tidak salah.''

''Sepuluh? Bukan dua belas?''

''Sepuluh, sepuluh!''

''Baiklah sepuluh jam.'' Zhao Hua mengangguk, pergi dari sana.

''Baiklah selanjutnya, mohon bantuan kalian yang memilki elemen kayu untuk mempercepat pertumbuhan.'' Ru Lang menangkupkan kedua tangannya.

''Tenang saja serahkan pada kami!''

Cahaya hijau menyelimuti seluruh tanaman, Chen Lai bersama murid ber-elemen kayu bersama melakukan pertumbuhan. Pucuk-pucuk batang mulai tumbuh satu persatu di dalam pot.

''Baguslah, akhirnya tugas ini akan segera selesai.''

''Bagaimana dengan tahap terakhir?'' Si Jie'er bertanya.

''Benar, Bai Ruyi, apakah tidak dijelaskan di dalam buku.''

''Tidak, lagi pula menjaganya dari apa? Tidak ada hewan yang hidup di sini.''

''Mungkin situasi dulu dan sekarang berbeda, kenapa tidak buat pagar saja?''

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!