"Aku tidak bisa mencintainya, karena sejak awal hatiku tidak memilihnya. Semua berjalan karena paksaan, surat wasiat ayah, janji ayah yang harus aku penuhi."
"Semua yang terjadi bukan atas kemaunku sendiri!"
"Dengarkan aku, Roselyn... hanya kamu yang mampu membuatku merasakan cinta."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qireikharisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Sepasang Kekasih.
Jayden melirik arlojinya, jarum jam sudah menunjuk pukul satu siang, senyum tipis tercetak di wajahnya menyiratkan kebahagiaan mengingat telepon dari Roselyn. Jayden segera bangkit dari tempat duduknya lalu meraih jasnya dan melangkah cepat keluar ruangan menuju mobilnya.
Jayden melangkah menuju area kampus, matanya dari kejauhan melihat Roselyn yang baru saja keluar dari gedung bersama teman-temannya, tampak raut wajah kebahagiaan diantara mereka karena telah selesai melaksanakan sidang proposal.
“Aku sudah di kampus.” Jayden mengirim pesan singkat.
Kemudian ponsel Roselyn bergetar. Ia melirik layar sejenak, lalu mengetik balasan. “Tunggu aku di mobil saja.”
Jayden tersenyum samar membaca pesan itu. Ia berbalik menuju area parkir, langkahnya tenang tidak peduli dengan sekitar. Terlihat beberapa mahasiswi sedang menatapnya sambil berbisik-bisik dengan mahasiswi lain namun Jayden sama sekali tidak terpengarah.
Beberapa menit kemudian, Roselyn berpamitan pada teman-temannya. “Aku duluan ya,” pamit Roselyn dengan tersenyum, Clara tersenyum penuh arti sambil mengangguk pelan.
"Ok, hati-hati Roselyn," ucap Fifi di sela obrolannya dengan teman yang lainnya. Teman-temannya melambaikan tangan mereka ke arah Roselyn yang beranjak pergi.
Sebelum melangkah menuju area parkiran, Roselyn menenangkan dirinya mengatur napasnya dan menahan debaran didadanya yang mulai tak terkendali, dengan langkah pelan ia menuju mobil Jayden, berusaha tenang.
Saat pintu mobil terbuka, Jayden segera menyambut Roselyn dengan tatapan lembut dan tersenyum ke arahnya.
"Lelah, ya?” Tanyanya pelan.
Roselyn hanya mengangguk, meletakkan tas di pangkuannya lalu bersandar di kursi mobil sambil menghela napas panjang.
Jayden melirik Roselyn yang masih bersandar, lalu tersenyum tipis. “Sepertinya sidang proposalnya berjalan dengan lancar, ya?” ucap Jayden sambil menyalakan mesin mobilnya.
Roselyn tersenyum sambil mengangguk." Ya, akhirnya selesai juga, ternyata dosen penguji enggak seperti yang aku bayangkan, cukup baik dan pertanyaannya tak mempersulit."
Jayden menoleh ke arah Roselyn, dan menatapnya cukup lama sehingga membuatnya salah tingkah pipinya merah merona.
"Fokus ke jalan Pak, takut nabrak." Roselyn berucap pelan sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil sedangkan Jayden hanya terkekeh pelan.
"Paling juga nambrak hati kamu, Roselyn," ucap Jayden menggodanya, lalu mengarahkan matanya ke arah depan ke jalanan.
“Bagaimana keputusanmu, Roselyn?” tanya Jayden, kali ini suaranya terdengar lebih serius.
Roselyn menelan ludah, degup jantungnya semakin kencang. Ingatannya kembali pada keputusannya yang akan menerima Jayden sebagai kekasihnya.
“Y-ya, seperti yang Bapak inginkan,” ucap Roselyn gugup, namun dengan hati yang tulus dirinya juga menerima Jayden sebagai kekasihnya.
Seketika Jayden langsung meraih dan menggenggam tangan Roselyn erat, “Berarti mulai saat ini, kita sudah resmi menjalin hubungan ya, layaknya sepasang kekasih,” ujarnya dengan senyum tipis namun penuh kepastian.
Jayden menatap Roselyn dengan lekat, lalu melanjutkan perkataannya dengan suara lembut namun tegas, “Saya harap kamu setuju, setelah menyelesaikan sidang skripsimu, saya akan melamarmu, Roselyn.”
Dada Roselyn bergemuruh, jantungnya kembali berdebar cepat. Ia hanya mampu mengangguk pelan, rona merah masih menghiasi pipinya.
Mobil terus melaju dengan tenang sore itu, Roselyn sesekali melirik ke arah Jayden dengan malu-malu lalu mengalihkan pandangannya ketika hampir saja ketahuan sedang memperhatikan Jayden.
Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah restoran, Jayden sudah mempersiapkan sebelumnya terlebih dulu memesan makanan. Ia menoleh menatap Roselyn dengan senyum penuh arti. “Kita makan di sini, ya. Anggap saja sebagai perayaan setelah kamu selesai sidang proposal dan awal hubungan kita.”
“Baiklah.”
Jayden segera turun, lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk Roselyn, Sikapnya membuat Roselyn makin salah tingkah, pipinya kembali merona merah.
Begitu masuk ke dalam restoran, aroma masakan langsung tercium, di atas meja tampak rapi dengan berbagai hidangan yang sebelumnya dipesan sudah disajikan.
Roselyn terdiam sejenak, hatinya menghangat. Ia tak menyangka Jayden dengan tulus sudah memesan semuanya sehingga pesanannya sudah siap disajikan.
“Silakan duduk, kita makan,” ucap Jayden sambil menarikkan kursi untuk Roselyn.
Roselyn duduk perlahan dengan tingkah gugup. “T-terima kasih, K-kamu sudah memesan semuanya sebelum kita datang?” tanyanya pelan.
Jayden menatapnya lembut. “Tentu saja, agar kamu tak menunggu lama. Saya yakin kamu pasti belum sempat makan karena sibuk mempersiapkan sidang proposal kan?”
Roselyn tersenyum tipis sambil mengangguk pelan, ia sangat bahagia, Jayden sangat begitu perhatian terhadap dirinya, hatinya menghangat bahagia menyadari sikap Jayden yang sangat tulus, ternyata cintanya bukan hanya sekedar kata tapi memberikan pembuktian nyata oleh sikapnya.
“Makanlah,” ucap Jayden sambil menyodorkan sendok kepadanya.
Roselyn menurut, mulai menyuap makanan perlahan. “Enak sekali,” gumamnya sambil tersenyum.
“Makanan ini semuanya kesukaan kamu, kan? Mulai sekarang apapun yang kamu suka, aku juga menyukainya.” Jayden menatap Roselyn yang sedang menikmati makanannya.
Roselyn berhenti sejenak, terdiam sambil mengunyah makannya dengan menatap bingung.
“Kenapa begitu?”
Jayden mengangkat bahu ringan. “Karena selera kita sama Roselyn. Kita tidak menyukai makanan pedas.”
Roselyn tersenyum samar. Ia tidak bisa menyangkal sikap dan perhatian Jayden membuat dadanya selalu bergetar.
Suasana di meja makan terasa hangat, obrolan ringan di antara mereka mengalir begitu saja. Setelah beberapa saat, Jayden meletakkan sendoknya, lalu menatap Roselyn dengan serius namun tatapannya lembut.
“Roselyn,” panggilnya pelan.
Roselyn mendongak, menatap ke arah Jayden. “Ya?”
Jayden tersenyum tipis, sebelum berkata. “Setelah sidang proposal beres bukankah kamu memiliki waktu libur selama 2 minggu?”
Alis Roselyn berkerut penasaran. “Ya, memangnya kenapa?”
Jayden mencondongkan wajahnya sedikit ke depan. “Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke Prancis? Hanya kita berdua saja.”
Mata Roselyn membesar, ia hampir tersedak dengan makanan yang dikunyah.
“P-Prancis?” ulangnya, suaranya terdengar kaget sekaligus tak percaya.
Jayden mengangguk mantap. “Ya. Saya ingin menciptakan kenangan indah bersamamu disana.”
Roselyn terdiam, dengan debaran di dadanya yang kembali tak karuan. Pipinya kembali merona merah campuran antara perasaan malu, terkejut dan bahagia.
Roselyn langsung terdiam, jemarinya meremas sendok di tangannya. Ajakan Jayden barusan masih terngiang di kepalanya membuatnya bingung untuk mengatakan ya atau tidak, terlebih hubungannya dengan Jayden baru saja dimulai.
Jayden memperhatikan wajah Roselyn yang jelas-jelas salah tingkah. Jayden hanya menatapnya dengan senyum tipis.
“Aku tahu ini mendadak. Kamu tidak perlu menjawab sekarang, pikirkan saja dulu.”
Roselyn menghela napas pelan. “Aku hanya kaget, tidak menyangka kamu akan mengajakku sejauh itu, ke Paris.”
“Saya tidak memaksa kamu, jika kamu mau kita langsung pergi. Kamu juga jangan takut, saya akan jaga kamu disana."
Untuk saat ini, Roselyn hanya bisa terdiam, membiarkan suasana hening tanpa langsung memberi jawaban, ia kembali fokus dengan kegiatan makannya.
Lanjut Chapter 28 》