NovelToon NovelToon
Bisikan Hati

Bisikan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:652
Nilai: 5
Nama Author: DessertChocoRi

Terkadang orang tidak paham dengan perbedaan anugerah dan kutukan. Sebuah kutukan yang nyatanya anugerah itu membuat seorang Mauryn menjalani masa kecil yang kelam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab- 14 Ketika Pintu itu Digedor

Pintu kayu tua itu bergetar keras. Dentuman pertama membuat Mauryn refleks menutup telinganya, sementara Revan berdiri tegak di depan pintu dengan rahang mengeras.

“Revan…” suara Mauryn gemetar.

“Mereka ada di luar.”

“Aku tahu.” Revan menahan napas, lalu mendorong lemari reyot ke depan pintu.

“Tapi aku butuh kamu tetap tenang.”

Ardan, pria yang baru saja mereka selamatkan, merosot di sudut ruangan. Wajahnya pucat pasi, napasnya tak teratur.

“Kita… kita tidak akan selamat. Mereka selalu dapat menemukan jejak. Selalu.”

Revan menoleh cepat, matanya menyala.

“Kalau kamu mulai panik sekarang, kamu hanya akan mempercepat kematianmu sendiri.”

Ardan memeluk kepalanya.

“Aku tidak pernah minta terjebak seperti ini! Aku hanya—”

“Cukup.”

Suara Mauryn memotong, lebih tegas dari biasanya. Ia menatap Ardan lurus-lurus.

“Kalau kamu ingin selamat, berhenti meratap dan katakan yang sebenarnya. Apa yang mereka mau darimu?”

Ardan menoleh dengan mata melebar.

“Aku… aku tidak tahu pasti. Mereka hanya bilang kalau aku harus menyerahkan sesuatu—atau seseorang.”

Mauryn mengerutkan kening.

“Seseorang?”

“Mereka menyebut nama… Darian.” Ardan menelan ludah.

Nama itu membuat Mauryn membeku. Jantungnya berdetak begitu keras hingga hampir sakit.

Revan menangkap perubahan wajahnya.

“Kamu mengenalnya.”

Mauryn menggigit bibir.

“Itu… nama ayahku.”

Ardan melotot.

“Astaga. Jadi memang benar. Mereka mencarimu lewat aku…”

Revan langsung menarik kerah baju Ardan, menempelkan pisau ke lehernya.

“Dan kamu yang menyeret mereka tepat ke sini?”

Ardan mengangkat kedua tangannya, panik.

“Tidak! Aku bahkan tidak tahu kalau kamu ada di rumah ini! Aku hanya lari, aku tidak punya tempat lain!”

Mauryn mendekat, suara hatinya berdesir. Ia mencoba menyelami getar emosi Ardan. Ketakutan itu nyata, rasa bersalah pun ada, tapi bukan niat jahat. Ia menggeleng pelan.

“Dia tidak berbohong.”

Revan mengerucutkan bibir, tapi tidak menurunkan pisaunya.

“Kalau begitu, dia akan ikut kita keluar dari sini. Kalau dia berkhianat, aku yang pertama menghabisinya.”

Mauryn menatap Revan, lalu menatap Ardan.

“Kita tidak punya waktu untuk berdebat. Dengarkan.”Ia menunjuk ke pintu.

Gedoran makin keras. Suara kayu retak terdengar. Dari luar, sebuah suara berat menggema.

“Ardan! Kami tahu kamu di dalam! Serahkan anak itu, dan mungkin kami biarkan kamu hidup!”

Ardan menunduk, wajahnya kehilangan warna.

“Mereka tahu… mereka tahu kamu ada di sini.”

Revan mendesis rendah.

“Kita keluar sekarang.”

Mauryn meraih tangannya.

“Lewat belakang.”

Mereka bertiga bergerak secepat mungkin. Revan membuka pintu belakang sedikit, mengintip. Gelap hutan menyambut, sunyi kecuali suara jangkrik.

“Cepat.”

Mereka melangkah keluar. Tanah basah di bawah kaki nyaris membuat Mauryn tergelincir, tapi Revan langsung meraih lengannya.

“Hati-hati.”

Baru beberapa langkah, suara pintu depan jebol menggema keras.

“Cari mereka! Jangan biarkan lolos!”

Ardan nyaris menjerit, tapi Revan menutup mulutnya dengan tangan kasar.

“Sekali kamu teriak, aku bersumpah aku lempar kamu ke mereka.”

Ardan mengangguk cepat, matanya membelalak.

Mereka berlari kecil di antara semak. Nafas berat bercampur dengan suara ranting patah. Mauryn menoleh, melihat bayangan obor mulai menembus jendela rumah tua yang baru ditinggalkan.

“Revan…” bisiknya putus asa.

“Mereka membawa obor. Mereka bisa melihat jejak kita.”

Revan menggertakkan gigi.

“Kita harus turun ke sungai. Arus akan hapus jejak.”

“Itu gila! Sungainya deras!” Ardan menggeleng cepat.

Revan menoleh, menatapnya dengan mata tajam.

“Punya ide lain? Atau kau lebih suka mati di tangan mereka?”

Ardan terdiam, lalu menunjuk ke kiri.

“Ada jalur menurun. Dekat sini. Aku tahu, aku pernah lewat saat jadi kurir.”

Mauryn menutup mata sejenak, mendengarkan bisikan hatinya. Ardan ketakutan, tapi kali ini ia berkata benar. Ia mengangguk.

“Dia tidak bohong.”

Revan tidak lagi menunda.

“Baik. Pimpin jalan.”

Ardan berlari di depan, membuka semak lebat. Mauryn hampir tak mampu mengikuti, kakinya terhuyung, tapi Revan terus menggenggam tangannya, menariknya agar tak tertinggal.

“Sedikit lagi,” kata Ardan, napasnya terengah.

“Turunan ini!”

Mereka sampai di tepian curam. Di bawah, sungai deras berkilau memantulkan cahaya bulan.

Mauryn menatapnya ngeri.

“Kita harus melompat?”

“Ya,” Revan menjawab singkat.

Ardan sudah lebih dulu melompat, tubuhnya hilang ditelan arus.

Suara langkah-langkah berat semakin dekat. Teriakan para pengejar kini jelas.

“Mereka di sana! Cepat!”

Revan menoleh ke Mauryn.

“Pegang aku erat-erat.”

“Aku takut,” bisiknya, matanya basah.

Revan meraih wajahnya, menatap lurus ke matanya.

“Aku tahu. Tapi kamu harus percaya padaku. Aku tidak akan melepaskanmu.”

Mauryn mengangguk kecil, meski tubuhnya gemetar.

“Aku percaya.”

Revan menariknya rapat, lalu tanpa ragu mereka melompat bersama ke dalam derasnya arus.

Air mengguncang, dingin menusuk tulang. Suara dunia seakan tenggelam digantikan gemuruh air. Mauryn tersedak, tapi genggaman Revan di tangannya tetap kokoh.

“Tenang! Ikuti arus!” Revan berteriak, meski suaranya teredam air.

Mauryn mengangguk panik, berusaha bertahan.

Suara teriakan musuh terdengar samar dari atas tebing, namun sungai membawa mereka semakin jauh, menelan segala jejak.

Mauryn berpegangan pada Revan seolah hidupnya bergantung pada itu. Dan di tengah arus yang menggila, hanya ada satu hal yang membuatnya tidak runtuh janji Revan yang terasa nyata dalam genggaman itu: ia tidak akan pernah melepaskan.

Bersambung..

Hallo teman-teman terus support othor yah 🥰

1
Anonymous
Semangat thor
Syalala💋 ig: @DessertChocoRi: Hai hai.. terimakasih sudah mampir, tunggu update selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!