Turun Ranjang
Fawwas, seorang dokter ahli bedah tidak menyangka harus mengalami kejadian yang menyenangkan sekaligus memilukan dalam waktu yang bersamaan. Saat putrinya dilahirkan, sang istri meninggal karena pendarahan hebat.
Ketika rasa kehilangan masih melekat, Fawwas diminta untuk menikahi sang adik ipar. Dia adalah Aara, yang juga merupakan seorang dokter kandungan. Jelas Fawwas menolak keras, belum 40 hari istrinya tiada dia harus menikah lagi. Fawwas yang sangat mencintai istrinya itu bahkan berjanji untuk tidak akan menikah lagi.
Tapi desakan dari keluarga dan mertua yang tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang lain membuat Fawwas terpaksa menerima pernikahan tersebut. Terlebih, itu juga merupakan wasiat terakhir dari sang istri meskipun hanya tersirat.
Bagaimana Fawwas menjalani pernikahan nya?
Apakah dia bisa menerima adik iparnya menjadi istri dan ibu untuk putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IB 27: Hasil Penyelidikan
Hari berganti, Rezky sudah sehat dan kembali ke rumah. Fawwas menempatkan seorang asisten rumah tangga untuk Rezky dan Risma. Selama ini mereka tidak memakai jasa art karena di rasa cukup karena hanya hidup berdua.
Awalnya Rezky dan Risma menolak, tapi pada akhirnya mereka setuju dengan pengaturan Fawwas. Fawwas tidak ingin kedua mertuanya itu mengalami kerepotan mengurus rumah. Apalagi Rezky juga masih aktif bekerja.
Ketika Rezky sudah pulang ke rumah, maka berarti Fawwas dan Aara juga kembali ke kediaman pribadi mereka. Sebenarnya Aara ingin menginap di rumah kedua orang tuanya, tapi oleh Risma dilarang karena bagaimanapun Rezky masih dalam masa perawatan. Risma tidak ingin sang cucu berada di atap yang sama dengan orang yang masih belum sehat secara maksimal. Tapi Risma tidak melarang untuk mereka berkunjung.
" Baiklah kalau begitu, kami pamit pulang dulu Yah, Bu. Nanti kami akan kemari lagi," pamit Fawwas. Mereka mengantarkan kedua orang tua Aara kembali ke rumah.
" Iya. Berhati-hatilah, ini juga sudah menjelang senja. Jangan sampai pulang mepet magrib pulangnya," ucap Risma memberi nasihat.
Setalah berpamitan Fawwas, Aara langsung kembali ke rumah mereka. Sepanjang jalan Aara hanya terdiam, karena memang Neida tertidur maka dia juga tidak memilih bersuara sama sekali.
Fawwas melirik ke arah Aara sejenak. Wajah Aara Yang terkena pantulan sinar matahari semakin terlihat cantik. Lagi-lagi dia memuji istrinya di dalam hati. Baru kali ini dia melihat sisi Aara yang seperti itu. Greb, Aara tersentak saat tangan Fawwas menggenggam tangannya. Ia sontak menoleh ke arah Fawwas, pria itu tersenyum tapi seketika itu juga Aara memalingkan wajahnya menatap ke arah ke luar jendela.
" Aku tahu kamu masih ragu dengan semua ucapanku Ra. Aku paham dengan hatimu saat ini yang mungkin masih tidak memercayai apa yang ku ucapkan. Pasti kamu merasa ini terlihat tergesa-gesa. Tidak apa Ra, mari kita jalani perlahan. Dan aku tahu pasti kegelisahan mu, aku tidak akan menuntut hak ku sebelum kamu sepenuhnya percaya dengan diriku."
Ucapan panjang lebar dari Fawwas lagi-lagi tidak bisa Aara tanggapi. Dia pun baru tahu bahwa Fawwas sebenarnya begitu lembut dan hangat. Sungguh sangat berbeda saat beberapa Minggu yang lalu.
Melihat Aara yang tidak merespon, Fawwas memilih untuk kembali fokus mengemudi. Ia menghela nafasnya. Pria itu tahu mungkin tidak akan mudah untuk menyentuh hati Aara yang saat ini masih banyak kegelisahan. Bahkan Fawwas yakin bahwa Aara sangat terkejut dengan perubahan dirinya. Tapi diakui oleh Fawwas bawa apa yang dia lakukan ini adalah sungguh-sungguh dan bukan sekedar di mulut saja.
Aku yakin dia sangat terkejut, tapi sungguh aku ingin memulai semua dari awal. Aku sadar perlakuanku selama ini secara tidak langsung telah menganggapnya hanya sekedar perawat dan ibu susu bagi Neida. Padahal apa yang dia lakukan terhadap kami adalah tulus tanpa pamrih.
🍀🍀🍀
Seorang pria begitu gelisah menunggu teman janjiannya. Mereka berjanji temu di Soul Restaurant. Soul Restaurant merupakan salah satu Restaurant yang terkenal di ibu kota yang sudah dijalankan oleh generasi ke dua. Pemilik terdahulu menyerahkan usahanya tersebut kepada putra semata wayangnya. Dan saat ini Arsyad tengah duduk di salah satu ruangan VIP menunggu tamunya.
" Selamat malam Tuan, orang yang Anda tunggu sudah datang," seroang waiters mengantarkan pria berbadan tinggi besar. Pria itu mengenakan topi dan juga masker untuk menutupi wajahnya.
Arsyad tidak menjawab dia hanya mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa ia tahu dan juga sekaligus meminta waiters itu segera keluar dari ruangan yang sudah dia pesan itu. Pria berperawakan tinggi besar itu mengambil langkah untuk mendekat ke arah Arsyad berada. Ia menarik kursi lalu menghempaskan tubuhnya lalu duduk dengan menyilangkan kakinya dan melipat tangan di depan dada.
" Apa ada yang mencurigakan?" tanya Arsyad tanpa basa basi. Dia tidak punya banyak waktu untuk bersama berada di tempat tersebut.
" Selesaikan dulu pembayarannya, maka aku akan memberikan semua informasi yang aku dapatkan," jawab pria itu.
Arsyad membuang nafasnya kasar. Ia merasa muak dengan orang-orang seperti yang ia hadapi saat ini karena mau melakukan apapun demi uang. Sungguh lucu, padahal dia juga sama. Arsyad mengeluarkan sebuah amplop coklat yang tentu saja isinya uang sisa pembayaran yang ia janjikan.
" Cepat katakan, aku tidak suka membuang waktu ku di sini."
Plak
Pria itu langsung memberikan meletakkan beberapa kertas di atas ,eja dengan begitu kuat sehingga membuat Arsyad terkejut. Ia meraih kertas-kertas tersebut lalu membaca nya secara singkat. Sebuah senyuman iblis terbuat di bibirnya.
" Kerja bagus, ingat jangan sampai ada yang tahu aku memperkerjakan mu."
Tap! Tap! Tap!
Arsyad langsung ke luar dari ruangan VIP Soul Restaurant, ia sungguh senang atas hasil kerja orang suruhannya.
" Ternyata kau tidak sepolos yang aku kira. Cih, sungguh pria tidak bermoral. Ini pasti akan jadi menarik, aku tidak sabar melihat kehancuranmu Fawwas Nakula Dewandaru."
TBC
kita pasti bisa...
memang betul trauma seseirqng akan susah untuk di lupakan...memakan waktu...
itu juga ku alami sendiri,sampai skrng masih harus pergi kaunseling..untuk menyembuhkan rasa trauma yg sdh 2 thn lbh...hhuuuffzz.../Sweat/
skrng tugasmu untuk memulihkan keadaan...
turun ranjang bro...