NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 8 : Cocok menjadi Nyonya rumah

Luci menuntaskan pekerjaannya merapikan deretan pakaian di dalam lemari besar. Rasa puas menyeruak dalam hatinya saat melihat kerapian yang tercipta.

Setelahnya, dengan langkah ringan, ia memutuskan untuk menjelajahi seisi rumah. Ini adalah kali kedua ia menginjakkan kaki di kediaman mewah ini, namun belum pernah sekalipun ia memiliki waktu untuk benar-benar menikmati dan mengamati setiap detailnya.

Benar saja, rumah ini sungguh megah. Luasnya bangunan dan area taman mungkin memang membutuhkan lebih dari tiga orang asisten rumah tangga untuk pemeliharaan yang optimal. Rumah tiga lantai ini memiliki empat kamar tidur utama yang luas, serta dua kamar tamu yang tak kalah mewahnya. Taman belakang membentang luas dengan dua kolam renang yang berkilauan, dan bahkan dilengkapi dengan lapangan basket pribadi.

'Sungguh sebuah rumah impian' batin Luci, mengagumi kemewahan yang terpancar dari setiap sudut.

Setelah puas berkeliling dan mengagumi kemegahan rumah, Luci memutuskan untuk mencari para asisten rumah tangga yang bertugas. Ia ingin melihat bagaimana mereka bekerja.

Ia menemukan dua orang asisten rumah tangga sedang menyapu lantai dengan gerakan lambat dan kurang efisien. Sementara itu, seorang lainnya tampak bersusah payah membersihkan debu dengan kemoceng tradisional.

Luci menghampiri salah satu asisten rumah tangga yang sedang menyapu. Dengan nada ramah namun tetap sopan, ia mencoba membuka percakapan. "Permisi," sapa Luci, nada bicaranya memang sedikit menjengkelkan. "Aku perhatikan kalian menyapu dari area depan. Mungkin akan lebih efektif jika kalian memulai dari kamar-kamar atau ruangan terlebih dahulu, baru kemudian menyapu area publik seperti ini. Debu dari kamar biasanya lebih banyak."

Asisten rumah tangga itu menghentikan gerakannya dan menatap Luci dengan tatapan datar. "Nona, aku sudah bekerja di rumah ini cukup lama. Aku tahu betul bagaimana cara membersihkan rumah ini. Aku biasa menyapu dari ruang depan, dan itu tidak pernah menjadi masalah," jawabnya dengan nada sedikit ketus.

Luci mencoba untuk tidak terpancing emosi. Ia mengamati sapu yang digunakan oleh asisten rumah tangga tersebut. Sapu itu tampak usang dan kurang efektif untuk membersihkan lantai yang luas.

"Apakah di rumah ini hanya menyediakan sapu seperti ini?" tanya Luci, mencoba menyembunyikan nada heran dalam suaranya.

Asisten rumah tangga itu menjawab dengan singkat dan ketus, "Iya!"

Luci berpikir sejenak. Rumah sebesar ini hanya mengandalkan sapu tradisional? Tentu saja itu akan sangat menguras tenaga dan waktu. Pasti ada cara yang lebih efisien, batinnya. Ia kemudian memutuskan untuk mencari peralatan kebersihan yang lebih modern di gudang.

Luci menemukan gudang yang terletak di bagian belakang rumah. Di dalamnya, ia melihat berbagai macam peralatan kebersihan, termasuk dua buah penyedot debu yang tampak berdebu dan tidak terawat. Sepertinya alat-alat ini jarang digunakan, pikir Luci. Ia mengambil penyedot debu itu dan menghampiri seorang asisten rumah tangga yang sedang memukul-mukul sofa dengan sapu ijuk.

"Permisi." sapa Luci dengan sopan, walaupun nada bicaranya terkesan arogan. "Aku ingin memberikan saran. Akan lebih baik jika kau membersihkan sofa dan kasur-kasur di kamar dengan penyedot debu ini. Alat ini jauh lebih efektif untuk mengangkat debu dan kotoran yang menempel di permukaan kain."

Namun, lagi-lagi, usahanya untuk memberikan saran diabaikan. Asisten rumah tangga itu hanya melirik sekilas ke arah penyedot debu yang dipegang Luci, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan sapu ijuk.

'Sepertinya para asisten rumah tangga di sini kurang familiar dengan teknologi modern. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan cara-cara tradisional dan enggan untuk mencoba hal baru. Tapi, sayang sekali, padahal alat-alat ini bisa sangat membantu meringankan pekerjaan mereka,' batin Luci, merasa sedikit frustrasi.

Luci mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari informasi tentang peralatan kebersihan modern. Ia menemukan sebuah toko online yang menjual berbagai macam alat pembersih rumah tangga yang canggih dan efisien. Dengan cepat, ia memesan beberapa barang yang menurutnya akan sangat berguna untuk mempermudah pekerjaan para asisten rumah tangga.

Sambil menunggu pesanannya tiba, Luci mencoba untuk mengajarkan cara menggunakan penyedot debu kepada asisten rumah tangga yang sebelumnya mengabaikannya. Ia menjelaskan langkah-langkahnya dengan sabar dan rinci, meskipun ia tidak yakin apakah wanita itu benar-benar mendengarkannya.

Luci menjelaskan tentang berbagai macam kepala penyedot debu yang dapat diganti sesuai dengan jenis permukaan yang akan dibersihkan. Ia menunjukkan bagaimana cara menggunakan kepala khusus untuk membersihkan sofa dan kasur, serta kepala yang lebih kecil untuk menjangkau sudut-sudut yang sulit dijangkau.

Saat Luci mulai memperagakan cara menggunakan penyedot debu untuk membersihkan sofa, asisten rumah tangga itu tampak sedikit tertarik. Ia mengamati dengan seksama bagaimana alat itu bekerja dan mengangkat debu-debu yang tersembunyi di dalam serat kain. Meskipun ia gengsi untuk mengakuinya, ia merasa kagum dengan efektivitas penyedot debu tersebut.

Setelah selesai memberikan penjelasan dan demonstrasi, Luci memberikan penyedot debu itu kepada asisten rumah tangga tersebut. "Sekarang coba kau gunakan alat ini untuk membersihkan sofa dan kasur. Aku yakin Kau bisa merasakan perbedaannya," kata Luci dengan senyum ramah.

Tepat setelah Luci selesai mengajari asisten rumah tangga itu, bel rumah berbunyi. Ia meminta petugas pengantar barang untuk membawa pesanannya masuk.

Luci telah memesan dua buah penyapu dorong otomatis. Para asisten rumah tangga terlihat penasaran dengan benda asing tersebut. Luci membawanya mendekati mereka dan mulai menjelaskan fungsinya.

"Ini adalah penyapu dorong otomatis," kata Luci. "Alat ini sangat cocok untuk membersihkan ruangan yang luas seperti ini. Cara kerjanya hampir sama seperti penyedot debu, tetapi ukurannya lebih besar dan lebar. Alat ini dapat mengumpulkan debu dan kotoran dengan cepat dan efisien."

"Meskipun begitu, bagian bawah lemari dan kasur tetap harus dibersihkan dengan sapu biasa. Namun, dengan menggunakan penyapu dorong ini, kalian tidak perlu terlalu sering membungkuk dan merasa pegal. Alat ini akan sangat membantu meringankan pekerjaan kalian." lanjut Luci, tanpa sadar ia menunjukkan sikap murah hatinya.

Sebenarnya, ide Luci sangat brilian dan dapat membantu mempermudah pekerjaan para asisten rumah tangga. Namun, mereka masih merasa kesal dan tidak nyaman dengan kehadiran Luci, terutama karena ia telah membuat Daniel marah.

Meskipun demikian, para asisten rumah tangga itu mulai mencoba menggunakan penyapu dorong dan penyedot debu. Mereka merasakan sendiri betapa alat-alat tersebut dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan mereka.

Luci kemudian memutuskan untuk keluar rumah dan menikmati udara segar. Ia melihat tukang kebun yang sedang menyapu halaman. Taman itu sebenarnya sudah sangat indah dan terawat dengan baik. Namun, Luci merasa ada sesuatu yang kurang. Taman itu terlalu didominasi oleh warna hijau.

Luci memanggil tukang kebun itu dan menghampirinya. "Pak, aku akan memberimu uang untuk membeli beberapa bibit bunga yang berwarna-warni. Aku rasa akan lebih indah jika taman ini dihiasi dengan bunga-bunga yang cerah," kata Luci.

Tukang kebun itu merasa sedikit aneh karena disuruh oleh Luci yang bukan siapa-siapa di rumah ini. Namun, ia setuju dengan pendapat Luci bahwa taman itu perlu sedikit sentuhan warna. "Baik, Nona. Saya juga berpikir demikian. Saya akan membeli beberapa bibit bunga yang indah dan menanamnya di taman ini," jawab tukang kebun itu.

Setelah itu, mata Luci tertuju pada seorang satpam yang sedang tertidur pulas di posnya. Entah sudah berapa lama pria tua itu tertidur. Pagi, siang, dan malam, ia selalu terlihat mengantuk dan tidak bersemangat.

Luci menghampiri pos satpam dan mengetuk pintunya dengan keras. Satpam itu terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya. Ia tampak kesal karena dibangunkan.

Luci menegur satpam itu dengan nada tegas. "Pak, seharusnya Bapak tidak tidur saat bertugas. Bapak harus selalu waspada dan mengawasi lingkungan sekitar. Apalagi rumah sebesar ini sama sekali tidak memiliki kamera pengawas. Jika terjadi sesuatu yang buruk, siapa yang akan bertanggung jawab?"

Satpam itu menjawab dengan nada membela diri, "Nona, saya sudah tua dan mudah lelah. Lagipula, selama ini tidak pernah terjadi apa-apa di rumah ini."

Luci tidak terima dengan alasan tersebut. Ia mengancam akan merekam kinerja satpam itu dan melaporkannya kepada Daniel jika ia tidak memperbaiki kinerjanya. "Jika Bapak tidak mau dipecat, sebaiknya Bapak mulai bekerja dengan benar. Bapak harus berkeliling dan memastikan keamanan rumah ini," kata Luci dengan nada mengancam.

Satpam itu tampak ketakutan, bukan karena Luci tapi karena takut kehilangan pekerjaannya. Ia tidak tahu mengapa, tetapi Luci seperti memiliki pengaruh yang besar di rumah ini. Dengan enggan, ia bangkit dari kursinya dan mulai berjalan berkeliling di sekitar rumah.

'Daniel sepertinya terlalu pelit untuk rumah sebesar ini. Bagaimana bisa ia mempekerjakan seorang satpam yang sudah tua dan tidak kompeten? Seharusnya ia memasang kamera pengawas dan mempekerjakan satpam yang lebih profesional', batin Luci merasa geram.

Tiba-tiba, Luci tersadar. 'Mengapa aku begitu peduli dengan segala urusan di rumah ini? Mengapa aku merasa bertanggung jawab untuk mengatur dan memperbaiki semuanya? Apakah aku tidak menyadari bahwa sedari tadi aku bertindak layaknya seorang nyonya rumah?'

Namun, alih-alih merasa bersalah atau malu, Luci justru merasa senang dan percaya diri.

'Sepertinya aku memang cocok menjadi nyonya di rumah ini. Aku memiliki visi, kemampuan, dan keberanian untuk membuat rumah ini menjadi tempat yang lebih baik,' batin Luci dengan senyum penuh keyakinan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...*Bersambung*...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!