Kedua anaknya yang kecil dibunuh, laki-laki itu juga tega menjual satu-satunya anak gadis yang dia miliki kepada seorang laki-laki kaya raya demi memuaskan keinginannya.
Pasrah. Cempaka harus rela menjalani pernikahan kontrak yang dirasa berat sebelah. Dia hanya perlu mengandung dan melahirkan anak untuk keluarga tersebut.
Perlakuan yang tidak adil seringkali ia dapatkan dari sang suami juga istrinya.
"Tugasmu hanya mengandung, dan melahirkan. Jangan pernah berharap lebih apalagi cinta suamiku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 27
Kedua laki-laki berbeda usia di meja makan itu, membelalak saat makanan tersebut menyentuh lidahnya. Ada banyak kenangan manis melintas, menjejali permukaan ingatan membawa mereka kembali pada sosok yang telah pergi.
Tuan Arya bahkan menjatuhkan air mata, menatap sekeliling mencari-cari sosok yang telah memasak untuk mereka.
"Di mana? Di mana kau? Kenapa harus bersembunyi?" racau tuan Arya memanggil-manggil mendiang sang istri yang telah pergi meninggalkannya lebih dulu.
"Ayah! Siapa yang Ayah cari?" Eva bertanya lantaran bingung melihat suaminya yang kemudian mematung setelah menyuapkan makanan ke mulutnya.
Laki-laki tua itu tersadar kembali ke masa di mana dia sudah kehilangan separuh hidupnya.
"Ah ... jadi, siapa yang sudah memasak ini?" tanyanya menatap Yudi yang berdiri di antara para pelayan.
"Memangnya kenapa dengan masakan ini?" Eva bertanya kemudian mencoba menyuapkan makanan tersebut. Baginya, sama saja seperti menu-menu yang dia makan setiap harinya. Tak ada yang beda.
"Ini masakan Yudi, ada apa, Ayah? Kami memakannya sesekali," ucap Eva dengan yakinnya.
Tuan Arya menoleh pada istri Caesar itu, tersirat keraguan di mata berkabutnya.
"Kau yakin? Aku hafal betul masakan Yudi. Yang ini rasanya lain, seperti masakan dia." Ia melempar pandangan pada Yudi yang masih mematung tak menjawab. Hanya matanya saja yang kedapatan melirik Caesar.
"Sudahlah, Ayah. Makan saja, mungkin sedikit bisa mengobati kerinduan Ayah." Caesar menyudahi keanehan, memakan makanan tersebut dengan begitu lahap.
Seperti masakan ibu. Apa benar semua ini dia yang memasaknya? Tuhan, apa dia benar-benar jelmaan ibuku?
Hati Caesar sibuk bergumam, mulutnya pun sibuk mengunyah. Tak ingin selesai, dia ingin terus memakan makanan itu. Eva tercengang melihat cara makan Caesar yang lain. Tak sekalipun dia melihatnya makan seperti itu.
Apa memang seenak itu? Di lidahku rasanya sama saja. Sama seperti masakan Yudi yang kemarin-kemarin. Apa yang istimewa?
Eva menghendikan bahu, mencoba untuk tidak memikirkan keanehan itu. Makan dengan elegan, melahap sedikit demi sedikit makanan di piringnya.
Tuan Arya menatap sang putra, di samping tubuhnya seolah-olah satu sosok menemani sambil tersenyum. Pemilik senyum terindah, yang pernah dia miliki.
Seandainya benar ini adalah masakanmu ... aku merindukanmu, istriku.
Hati tuanya memendam rindu mendalam, rindu pada sosok wanita yang begitu hebat dan istimewa menemani perjalanan hidupnya. Tak ada yang bisa menggantikan dirinya, dan tak akan pernah ada lagi.
Sementara di belakang rumah, Cempaka duduk dikelilingi tiga orang pelayan yang menghiburnya.
"Nona, yang sabar. Semua ini adalah ujian," ujar salah satu dari mereka. Tak tega melihat sang majikan diperlakukan layaknya seorang pelayan meskipun mereka tahu seperti apa posisi Cempaka di hidup Caesar.
"Aku baik-baik saja. Percayalah, kalian tidak usah mengkhawatirkan aku." Cempaka tersenyum meski terlihat getir. Ia menunjukkan pada mereka bahwa dia memang baik-baik saja.
"Bagaimana kami percaya, sedangkan Anda menangis di sini sendirian?"
"Benar, Nona. Semoga Nyonya Eva sedikit berbelas kasih kepada Anda. Bukankah Anda juga istri tuan?"
Istri tuan?
Cempaka mengulang kalimat tersebut di dalam hati. Dia sendiri ragu jika dia memang istri seorang Caesar.
"Aku berbeda. Aku dinikahi hanya untuk melahirkan seorang anak di keluarga ini. Bukan untuk menjadi nyonya. Apa bedanya dengan kalian? Kita semua sama. Aku dan kalian sama," tutur Cempaka dengan perasaan sedih menyayat hati.
Mereka tak dapat lagi berkata-kata, Cempaka melabuhkan pelukan meminta kekuatan dari ketiga orang yang menghiburnya. Setidaknya, masih ada yang peduli.
"Nona, apa setelah Anda melahirkan pernikahan ini selesai?" tanya salah satu dari mereka pemasaran.
"Yah, aku harap memang begitu agar aku bisa pergi jauh dari kehidupan yang kejam ini. Kalian tahu, aku sudah lelah hidup di dunia ini. Takdir tidak pernah berpihak padaku, dia merenggut ibuku, merenggut kedua adikku sekaligus. Lalu, sekarang justru memberikan aku kehidupan yang pahit. Sebenarnya untuk apa aku ada di dunia ini?" Cempaka memandang langit malam yang kelam, membayangkan kehidupannya yang nyaris tak pernah menemukan kata bahagia.
Ketiga pelayan yang bersamanya tertegun, mereka masih terbilang beruntung. Memiliki keluarga, dicintai, dan dihargai. Tidak seperti Cempaka yang hidupnya diombang-ambingkan takdir.
"Pergilah!"
Suara dingin Caesar mengusir ketiga pelayan di sana. Cempaka lekas menundukkan kepala, duduk dengan gelisah. Apa laki-laki itu mendengar semua yang dia katakan? Ia memejamkan mata, menggigit bibir gusar.
Caesar duduk di kursi samping Cempaka, meletakkan sepiring nasi dan lauk pauk di atas meja tepat di hadapan wanita itu.
"Makanlah!" perintah Caesar membuat Cempaka semakin merasa cemas.
"A-ada apa dengan masakannya, Tuan? A-apa Anda tidak menyukainya?" tanya Cempaka terbata karena takut.
"Tidak ada. Makanlah!" Suara laki-laki itu tidak terdengar kasar seperti biasanya. Justru lembut mengalun di telinga Cempaka.
"Ta-tapi ...."
"Makanlah. Aku tahu kau belum makan malam. Apa perlu aku suapi?" Caesar hendak mengambil piring tersebut, tapi Cempaka dengan cepat menyambarnya.
"Bi-biar saya sendiri." Cempaka mulai menyuapkan makanan tersebut ke mulut, rasanya enak tidak aneh sama sekali. Ia melirik Caesar yang ternyata tengah memperhatikan dirinya.
"Bagaimana rasanya?"
"Hah?" Cempaka mendongak, mulutnya sedikit terbuka tak mengerti.
"Bagaimana dengan rasanya?" Caesar mengulangi pertanyaannya.
"Eh ... oh, ini. Menurutku ini enak, tapi aku tidak tahu seperti apa selera Anda, Tuan? Jadi, bila ada kekurangan atau rasanya yang tidak pas harap dimaklumi. Saya akan belajar lagi untuk ke depannya," ucap Cempaka bersungguh-sungguh.
Caesar terkekeh karenanya, merasa lucu dengan tingkah wanita itu yang begitu ketakutan.
"Rasanya luar biasa. Ini seperti makanan yang dibuat ibuku. Apa kau yakin kau yang membuatnya sendiri? Ayah bahkan berhalusinasi tentang ibu," ungkap Caesar sedikit rasa tak percaya jika Cempaka mampu menghadirkan sebuah rasa yang menariknya ke masa lalu.
Wanita itu tercengang, kini dialah yang tak mempercayai dirinya sendiri. Bagaimana mungkin, masakan itu adalah uji coba menu di buku yang diserahkan Yudi padanya.
"Aku tidak membuatnya sendirian, Tuan. Ada pak Yudi dan beberapa pelayan yang membantuku. Aku harus bertanya kepada kepala pelayan tentang selera yang Anda sukai. Jadi, aku masih harus belajar dengan keras sampai benar-benar bisa membuat makanan yang sesuai dengan selera Anda," kilah Cempaka berbanding terbalik dengan hatinya yang bersorak gembira.
Apa itu artinya aku berhasil? Ya Tuhan, rasanya aku tidak percaya. Aku berhasil membuat masakan itu.
Hati Cempaka memuji dirinya sendiri, tanpa menyadari raut kecewa jelas terpancar di wajah laki-laki itu. Dia akan bertanya kepada Yudi langsung tentang siapa yang membuat makanan tersebut.
"Siapa yang memintamu memakai pakaian itu?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja ketika pandangan Caesar jatuh pada seragam pelayan yang melekat di tubuh Cempaka.
"Ah ... ini ... ini hanya inisiatifku sendiri saja, Tuan. Saat mendengar tuan besar akan datang, aku meminta pakaian ini kepada pak Yudi agar tuan besar tidak curiga padaku." Lagi-lagi dia berkilah.
Hati Caesar mencelos nyeri mendengar alasan tersebut. Konyol!
sungguh keren karyamu thor
pinter bangetttt alur cerita nya
apik n rapi😎😘
aq jd rada bingung dan berhrp ada clue, bahwa bayi cempaka alias. amanda itu disebut 2 namanya zia dan...?...tp ngk ada nama lain, trus bayi evan ..anaknya ani atau kembaran zia.....
liat cerita ttg ani, sepertinya evan bayi si ani, tambah lg tuan arya beda rasa sama bayi evan dan bayi zia...
lanjut thor...tp bikin jd jelas yaaaa
Tp endingnya sweet....
Ending yg manis....Memang Allah lebih tahu apa yg terbaik utk umatnya yg taat. Yg sepertinya buruk tak selalu berakhir dgn buruk pula, to satu yg pasti buah kesabaran akan berasa manis.....🙏🙏🙏
Terimakasih ceritanya Author, semoga selalu sehat, tetap semangat dalam berkarya 😍😍😍💪💪💪💪💪
Masih untung dikasih cek..