Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku
Perlahan cengkraman Arlan pada tubuh Maysha mulai merenggang. Sorot matanya terfokus pada wajah dan tubuh Wanita itu. Pakaian yang membalut tubuh Maysha telah berantakan dan sobek di beberapa bagian. Ia terus menangis dan menahan dada Arlan dengan kedua tangannya.
Tersadar dari kegilaannya, Arlan mengatur napas yang memburu. Ia merubah posisi yang semula menindih tubuh Maysha menjadi menyamping. Kemudian membenamkan ciuman di kening dan menarik wanita itu ke dalam dekapannya.
“Aku minta maaf, aku khilaf,” bisiknya pelan. Pelukannya semakin erat tatkala mendengar tangisan pilu dari wanita itu. Namun, bukannya reda tangisan Maysha malah semakin menjadi-jadi. Berulang-ulang Arlan membujuk dan mencium demi menenangkannya.
Tak peduli lagi dengan janji kepada Laura yang pernah ia ucapkan untuk tidak menyentuh Maysha, yang ingin Arlan lakukan hanyalah memeluk istrinya saja.
“Aku benar-benar minta maaf, aku tidak tahu kenapa aku hilang kendali dan melakukan semua ini,” bisiknya penuh sesal. Padahal tiga tahun lalu ia telah membuat janji untuk tidak menyakiti badan dan jasmani istrinya itu.
Maysha terdiam. Pemaksaan Arlan barusan masih menyisakan getaran pada tubuhnya. Tidak pernah sebelumnya Arlan memperlakukan dirinya sekasar ini. Sebelum menikah atau sesudah menikah pun, Arlan memperlakukannya bak seorang ratu dalam kehidupannya.
Tetapi sekarang?
Entah ke mana suami yang dahulu sangat lembut itu. Perbuatan Arlan benar-benar telah menorehkan luka tak hanya pada hatinya, tetapi juga pada fisiknya. Jika boleh meminta, Maysha berharap sedang bermimpi saat ini.
“Aku mau sendiri. Tolong tinggalkan aku,” lirih Maysha. Meskipun ia berbicara dengan tersendat-sendat akibat menahan tangis, namun dapat dipahami dengan baik oleh Arlan.
“Tidak mau!” Arlan mengeratkan kedua tangannya yang melingkari tubuh Maysha. Telapak tangannya bergerak naik dan turun mengusap rambut dan punggung.
Tak ada yang dapat dilakukan Maysha selain meluapkan rasa sakit dan kecewa dalam tangis. Meskipun sejak tadi ia berusaha menahan.
“Tolong, Mas. Aku mau sendiri,” pinta Maysha lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih memelas dibanding tadi.
“Aku mohon, Bee. Jangan minta aku untuk pergi. Biarkan aku tetap di sini.” Arlan tak mau menyerah. Berulang-ulang ia menciumi kelopak mata Maysha. Persis seperti yang dulu sering ia lakukan sebelum menghilang. Kelopak mata Maysha akan menjadi hal pertama yang ia kecup saat terbangun di pagi hari.
“Kamu boleh memberiku hukuman tapi jangan memintaku meninggalkanmu sendirian di sini.” Masih berusaha membujuk, meskipun Maysha menunjukkan reaksi penolakan. “Aku menyesal, sangat menyesal.”
“Kalau kamu memang menyesal tinggalkan aku!” Ucapan Maysha barusan berhasil meruntuhkan pertahanan yang dibangun Arlan.
Arlan sadar, pemaksaan yang ia lakukan tadi sangat berlebihan dan sangat menyakiti hati Maysha. Untung saja ia segera tersadar. Jika tidak, ia pasti sudah bertindak lebih jauh dan menyakiti tubuh Maysha lebih dalam lagi.
“Baiklah, aku akan keluar. Maafkan aku.” Sesaat sebelum melepaskan pelukan, Arlan sempat membenamkan ciuman di bibir. Singkat, namun sangat lembut. Ia kemudian bangkit dan membalutkan selimut ke tubuh Maysha dan membelai puncak kepalanya dengan penuh kasih.
Tak ingin Maysha semakin tertekan, Arlan pun melangkah meninggalkan kamar itu. Sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu, ia sempat menoleh ke arah Maysha yang berbaring dalam posisi membelakanginya.
Arlan menutup pintu secara perlahan. Kemudian menjauh dari kamar istrinya itu. Balkon adalah tempat yang dipilihnya untuk menenangkan diri. Namun, tiba-tiba pintu kamar Laura terbuka. Wanita siluman itu keluar dengan mengenakan pakaian yang sangat tipis yang memamerkan lekukan tubuhnya.
“Kamu dari kamar Mbak Maysha, Mas?” pekik Laura gusar. Terlebih setelah melihat Arlan berjalan dari arah kamar Maysha dengan bertelanjang dada.
“Bukan urusanmu!” bentak Arlan, kemudian tanpa permisi meninggalkan Laura dan memilih masuk ke kamar lain yang ada di ujung.
Sementara Laura mematung di tempatnya berdiri. Ada banyak tanda tanya dalam benaknya.
“Mau apa Mas Arlan di kamar Mbak Maysha? Kenapa Mas Arlan malah masuk ke kamar lain dan bukan ke kamarku?”
...****...
biar bibirnya gk pecah2🤣
🤣🤣🤣
mendingan ikutin kata si Andre
yang nyuruh lo baring di depan 🤣🤣
gak kuat bacanya
bikin ngakak 🤣🤣🤣
ndre gimana ini🤣🤣
mau aja dengerin si ndre 🤣
itu mulut klo ngomong ngasal banget 🤣🤣
awas salah komat-kamit
nanti yang ada jin Aladdin yang nongol 🤣🤣