🖊SEQUEL MENIKAHI SUAMI TIDAK NORMAL.
Cinta romantis, dua kata yang tidak semua orang mendapatkannya dengan mudah.
Hari itu Alena Mahira menolak Alex dan menegaskan akan tetap memilih suaminya, Mahendra. Tak ingin terus meratapi kesedihan, hari itu Alex Melangkah pergi meninggalkan kota yang punya sejuta kenangan, berharap takdir baik menjumpai.
8 tahun berlalu...
"Mama, tadi pagi Ziya jatuh, terus ada Om ganteng yang bantu Ziya. Dia bilang, wajah Ziya nggak asing." ujar Ziya, anak semata wayang Alena dengan Ahen.
"Apa Ziya sempat kenalan?" tanya Alena yang ikut penasaran, Ziya menggeleng pelan sembari menunjukkan mata indahnya.
"Tapi dia bilang, Mama Ziya pasti cantik."
*******
Dibawah rintik air hujan, sepasang mata tak sengaja bertemu, tak ada tegur sapa melalui suara, hanya tatapan mata yang saling menyapa.
Dukung aku supaya lebih semangat update!! Happy Reading🥰🌹
No Boom like🩴
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KTML034~ Sia-Sia
"Maaf banget, Syeera. Aku nggak bisa dukung kamu meski Axan emang beneran anakmu. Pengangkatan Axan sebagai anak Kak Alex juga nggak gampang prosedurnya. Axan sudah diakui secara hukum sebagai anak Kak Alex, memindah Axan ke tanganmu bukan hal mudah juga. Terlebih Kak Alex tidak melakukan penyiksaan pada Axan, jadi nggak ada alasan kuat buat ngelepasin Axan secara hukum."
Syeera duduk dengan lemas, memang rumit jika di mata Hukum Axan sudah di acc sebagai anak Pak Alex, tidak ada kejahatan yang dilakukan pada Axan, maka penyerahan Axan kembali ke tangan Syeera akan sangat sulit meski Syeera memiliki hubungan darah dengan Axan.
"Alena, aku bisa memberikan 3/4 hartaku padamu, asal kamu mau bantu aku." bujuknya lagi.
Alena menggeleng pelan.
"Ini bukan cuma masalah materi, tapi juga masalah hukum." ungkap Alena.
"Hmm, menyogok Alena dengan hartamu yang bahkan tidak sampai menyentuh setengah kekayaan Alena, sungguh salah orang." sindir Pak Alex.
Syeera mengernyitkan dahi, jelas-jelas tadi pagi ia membuntuti Alena dan melihat Alena masuk ke kamar kost yang tampak sederhana dari luar, bagi Syeera mungkin saat ini Alena pasti akan butuh dana untuk mempercantik tampilan kost yang diduga milik Alena.
"Kak~" Alena menyipitkan matanya, ia sungguh tidak suka memamerkan kekayaannya.
"Kalau kau terus memaksa, jangan terkejut jika namamu di proses secara hukum." kata Pak Alex dengan santai.
Syeera menatap tajam Pak Alex.
"Bisa-bisanya kau mengancam Ibu kandung dari Axan. Aku yang melahirkannya, aku pasti bisa mendapatkannya kembali." ucapnya dengan percaya diri.
Alena menepuk jidat pelan.
"Syeera, jangan buru-buru membawa semua ini ke pengadilan. Kamu harus ingat tindakanmu yang meletakkan Axan di panti." kata Alena.
"Aku tidak melakukannya karena berniat buruk, ku lakukan karena himpitan ekonomi. Jahat itu kalau aku terus membawa Axan luntang-lantung bersamaku."
"Tapi tindakanmu itu justru bisa menyeretmu ke jalur hukum, Syeera. Hanya karena alasannya ekonomi bukan berarti membuat tindakan tersebut legal." pungkas Alena.
Terdiam, hanya itu yang bisa Syeera lakukan saat ini. Sebelumnya ia tidak berpikir jauh dan menganggap h ini adalah perkara yang mudah diselesaikan.
Pada akhirnya ia keluar dari rumah Alena tanpa membawa hasil apa-apa, hanya ratapan kesedihan dan penyesalan yang diperoleh.
"Alena, terima kasih telah membantuku." ucap Pak Alex.
"Sama-sama kak. Awalnya aku mau diem aja jadi Tuan rumah yang nonton di pojokan."
"Lalu? Kenapa membelaku?" tanya Pak Alex.
"Aku khawatir Kak Alex bawa senjata,"
Pak Alex terdiam, padahal pistolnya ada di mobil, tapi insting Alena sangat tepat.
"Nah, diem kan? Artinya bawa."
Pak Alex meraih tangan Alena.
"Percayalah, aku membawanya hanya untuk jaga-jaga."
"Ya ya ya, aku percaya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di perjalanan pulang, Syeera masih belum bisa berhenti bersedih.
"Axan anakku satu-satunya, aku harus cari cara lain." ucapnya dengan suara gemetaran.
Syeera memegangi perutnya.
"Aku tidak akan pernah bisa punya anak lagi, jadi Axan harus bisa kembali dalam genggamanku."
Sesampainya di rumah, Syeera berjalan dengan emosi yang tidak dapat dibendung, langkahnya cepat dan hentakan kakinya lebih keras.
'Brak!' Syeera membuka pintu gudang dengan keras, napasnya masih saja memburu, ia menyalakan lampu yang redup itu. Sepasang mata mengerjap pelan kala pintu dibuka dengan keras disertai lampu yang dinyalakan. Seorang pria yang dipasung, kusam, kumuh dan kurus kering. Ia menghela napas saat melihat siapa yang datang.
"Tampaknya kau sedang kesal." ucapnya dengan suara lemah namun bernada mengejek. Syeera maju menghampiri pri itu dan langsung menamparnya dengan keras.
"Ini semua karenamu!" bentak Syeera.
Pria itu hanya tersenyum tipis.
"Sekarang apa lagi, Syeera? Aku sudah disini dan kau sendiri yang memasungku, apa yang bisa ku lakukan?"
Satu tamparan mendarat lagi di pipi kanan pria itu.
"Brengsek!" umpat Syeera, darahnya mendidih saat melihat pria dihadapannya malah tersenyum seolah mengejeknya.
Senyum pria itu menghilang berganti tatapan tajam dan penuh dendam.
"Hanya karena kau mengurungku disini berarti hidupmu tentram dan damai, Syeera. Tidak semudah itu, sekalipun kau membunuhku tetap saja tidak menjamin hidumu beruntung selalu."
"Diam!!!!!" pekik Syeera, emosinya kian membuncah.
Syeera melepas Heels-nya dan langsung menghantamkannya tepat di bahu kanan pria itu, kini lukanya bertambah satu.
Alih-alih memekik kesakitan, pria yang tengah dipasung itu hanya menatap tajam Syeera.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Alena meneguk habis minumannya, ia menghela napas dengan berat.
"Heran banget sama hidupku, kayaknya ada mulu masalah gede." ungkapnya.
Pak Alex merasa bersalah, ia diam sejenak untuk merenung.
"Kupikir masalah terbesarku cukup di pertikaian malam itu yang bikin Silvi tewas, rupanya enggak. Masih ada lanjutannya, capek banget." lanjutnya.
"Alena... Kamu takut padaku?"
Alena menggeleng.
"Nggak takut, cuma heran aja gitu. Istimewa banget hidupku sampek harus capek mulu."
"Kedepannya kamu ingin bagaimana?" tanya Pak Alex lagi.
"Aku cuma pengen hidup tenang, damai, tentram, besarin Ziya dan ya tuanya damai. Gitu intinya, Kak." jawab Alena.
Pak Alex tersenyum kecut, semangat yang membara itu seolah sudah disiram.
"Maafkan aku, Alena. Aku tidak menyangka kehadiranku yang sekarang justru membuatmu semakin tidak tenang dalam menjalani hidup." ucap Pak Alex dengan suara pelan namun masih dapat didengar oleh Alena.
"Eh, anu... Aku nggak bermaksud kayak gitu, Kak."
"Aku tahu... Aku hanya ingin minta maaf saja, kok."
Suasana tiba-tiba berubah...
"Baiklah, kamu butuh istirahat juga. Aku izin ambil Axan di kamar Ziya."
Pak Alex bergegas ke kamar Ziya dan menggendong Axan yang sudah terlelap.
"Alena, kami pamit dulu. Terima kasih bantuannya malam ini," ucap Pak Alex, ia berjalan melewati Alena.
"Kak," panggil Alena saat Pak Alex sampai di depan pintu.
"Alena, kami pulang. Sampai jumpa."
Alena terdiam saat melihat Pak Alex masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.
Dikamarnya, Alena terus merasa gelisah. Ia terus terbayang raut wajah sedih Pak Alex saat ia mengeluh tadi, tidak salah lagi pasti mulutnya ini sudah menyinggung Pak Alex.
"Nggak tenang banget."
Alena mencoba mengirim pesan pada Pak Alex, 20 menit berlalu namun pesan itu tidak kunjung dibaca oleh si penerima.
"Masa belom nyampek rumah? Kan deket dari sini." gumam Alena.
"Alamak, beneran marah ini mah."
'Tik Tok Tik Tok' bunyi denting jarum jam kini mulai mengganggunya, tidak bosan ia melihat pesan yang dikirim pada Pak Alex, pesan itu rupanya belum dibuka meski waktu sudah berlalu selama hampir 40 menit.
"Mama." panggilan Ziya mengejutkan Alena, terlihat Ziya berdiri di depan kamar Alena dengan cairan yang mengalir dikedua kakinya.
"Ziya, ada apa?" tanya Alena sembari menghampiri Ziya.
"Hehe, Ziya ngompol." jawab Ziya.
nabung 3 bab..
aku masih penasaran thor...
flasback nya Ahen nya gimana ya🤔🤔🤔....
kan di akhir END season 1 pada akur Ahen dan Alena🤔
aku baca dulu
lex kak