Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surprise
Lift membawa Darren dan Erina ke lantai kamar hotel yang sebelumnya sudah di pesan. Tidak berapa lama pintu lift nya terbuka. Darren merengkuh bahu Erina untuk keluar lift dan membawanya menuju kamar nomer dua ratus tiga.
"Ini sebenarnya kita sedang dimana, tuan?"
"Sebentar lagi kau akan tahu," jawab Darren.
Langkah mereka terhenti di kamar yang sudah di booking. Pria itu menempelkan key card dan membuka pintu tersebut. Ia kembali merengkuh bahu Erina dan membawanya melangkah masuk ke dalam.
Beberapa langkah berikutnya Darren meminta Erina untuk menghentikan langkah.
"Stop, stop."
Erina patuh. Ia menghentikan langkahnya.
"Sekarang aku akan membuka penutup matanya. Tapi matamu jangan dulu di buka, ya. Tunggu sampai hitungan ketiga. Okay!?"
Erina mengangguk. "Iya."
Perlahan Darren membuka penutup mata Erina. Wanita itu sudah tidak sabar ingin melihat apa surprise yang di berikan pria itu untuknya.
"Jangan buka matanya dulu, ya." pinta Darren setelah berhasil membuka penutup mata Erina.
"Iyaaa ..."
Darren memandang wajah wanita di hadapannya. Ia berharap Erina akan senang dan malam ini akan menjadi malam kebahagiaan untuknya juga.
"Satu ..."
Erina mulai deg-degan.
"Dua ..."
Jantungnya berpacu di atas normal.
"Tiga. Surprise ..."
Kelopak mata Erina perlahan terbuka dan kedua matanya sedikit memicing melihat gemerlap cahaya lampu yang terasa menusuk kornea mata setelah beberapa saat matanya hanya menemukan kegelapan.
Beberapa detik berikutnya iris matanya melebar. Kedua tangannya sontak menutupi mulutnya yang menganga melihat apa yang saat ini ada di depan mata.
Tulisan besar yang indah di atas sandaran tempat tidur itu membuat Erina refleks memandang ke arah Darren. Tulisan tersebut yaitu:
WILL YOU BE MY LOVER?
Yang memiliki arti, maukah kau menjadi kekasihku?
Tulisan tersebut sangat indah dan cantik. Terdapat bunga-bunga di sana yang menambah kesan romantis.
"Tuan Darren?" ucap Erina lirih seakan tidak percaya dengan apa yang ia baca di tulisan tersebut.
Darren menganggukan kepalanya membenarkan apa yang di tanyakan oleh wanita itu. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku jas hitamnya.
Sebuah kotak kecil berwarna merah di genggam oleh Darren. Pria itu membuka kotak kecil tersebut dan memperlihatkan cincin berlian yang sangat cantik.
"Will you be my lover, Erina?" Darren menekuk sebelah lututnya di lantai.
Darren menatap wajah Erina dengan sangat lekat dan cukup serius. Namun, Erina masih saja merasa ada keraguan di sana. Entah kenapa ia merasa tidak percaya dengan itu.
"Tuan Darren-"
"Aku tahu kau pasti sangat terkejut dengan ini. Tapi aku harap hubungan kita lebih dari sekedar seorang bos dan sekretaris. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Aku mencintaimu, Erina. I love you, baby."
Sekujur tubuh Erina beku seperti di kutuk menjadi batu. Ia bingung harus memberi jawaban apa. Ia masih tidak menyangka jika pria itu menyimpan perasaan untuk nya.
"Tuan-"
"Kau cukup mengatakan ya atau tidak. Atau kau bisa mengangguk atau menggelengkan kepala. Aku akan terima apapun keputusan darimu, Erina," pangkas Darren.
Hal itu semakin membingungkan Erina. Selama ini pria itu memang selalu bersikap manis padanya. Semenjak ia kembali, sikap pria itu sangat berbeda. Apa memang pria itu sedang berusaha memikat hatinya.
Sudah hampir lima menit Darren menunggu jawaban. Akhirnya Erina memberinya jawaban berupa anggukan. Itu tandanya Erina menerima dirinya menjadi kekasihnya.
Tanpa aba-aba, Darren langsung membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukan. Mendekap nya cukup erat.
"Erina, terima kasih, Erina. Terima kasih kau mau menerima aku sebagai kekasih mu. Thank you, baby."
"I-iya, tuan," jawab Erina sambil menahan pengap lantaran Darren terlalu erat memeluknya.
Semburat kebahagiaan terpancar di wajah Darren. Ia masih tidak menyangka jika Erina menerima dirinya. Ia tidak perduli sebenarnya Erina memiliki perasaan seperti dirinya atau tidak. Yang terpenting saat ini wanita itu menjadi miliknya.
Darren melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Erina. Menatap kedua manik mata Erina cukup dalam.
"Jangan panggil aku tuan lagi, ya. Panggil aku dengan panggilan sayang. Okay!?"
"Tapi-"
"Panggil aku dengan panggilan sayangmu, baby," pinta Darren sedikit memaksa.
Erina mengangguk kaku. Bagaimana bisa ia memanggil pria yang sudah terbiasa ia panggil dengan sebutan tuan menjadi sayang. Apa lidahnya tidak akan kelu?
"I-iya. S-sa .. S-sayang .." Erina mencoba mengucapkannya meski masih terbata.
Aura kebahagiaan terpancar di wajah Darren. Malam ini sungguh menjadi malam yang paling bersejarah dan menjadi moment yang tidak akan pernah di lupakan.
Ini pertama kalinya ia menyatakan cinta pada seorang wanita. Biasanya wanita yang akan menyatakan cinta terlebih dahulu padanya. Termasuk Keylin.
Darren lekas memasangkan cincin di jari manis Erina yang mungil. Membuat jemari wanita itu kini tampak indah.
"Terima kasih," ucap Erina.
"Sama-sama, baby."
Darren sangat bahagia. Pandangannya sama sekali tidak lepas dari wajah wanita itu. Kini Erina menjadi miliknya.
Erina sendiri masih fokus memandangi cincin yang melingkar di jemarinya. Cincin itu pasti mahal sekali. Begitu pikirnya. Hingga ia tidak menyadari jika ekspresi wajah Darren sudah berubah.
"Baby ..." panggil Darren lirih namun terdengar nada sensual di sana.
"Iya?" jawab Erina tanpa melihat wajahnya.
Erina tidak lagi mendengar Darren bersuara. Ia mendongakan wajahnya melihat wajah pria yang tatapannya kini sudah tertutup kabut hasrat.
"Kau kenapa?" tanya Erina sedikit takut.
Darren tidak berkata apapun. Dengan sekejap pria itu memagut bibir Erina hingga membuat pemiliknya terkejut hingga iris matanya lebar.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Darren dengan cepat menikam Erina sebelum wanita itu melayangkan protes. Ia memberi sentuhan mematikan hingga Erina tidak lagi menolak perlakuannya.
_Bersambung_