Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Langkah
Carmen
Berpisah dengan Jogja yang tenang dan kembali ke Jakarta yang penuh luka. Aku harus kuat! Aku pasti bisa.
Aku memesan taksi dan meminta pak supir mengantarku untuk mengambil mobil di cafe. Aku akan pulang ke rumah Abi dan menjelaskan semuanya.
Aku sampai di cafe dan disambut dengan karyawanku yang terlihat amat mengkhawatirkan keadaanku. Jelas saja. Aku pergi tiba-tiba dengan mata bengkak dan hanya menitipkan mobilku saja.
"Ibu Carmen mau minum dulu? Atau mau makan dulu?!" tanya salah seorang karyawan di sana.
"Enggak usah. Terima kasih. Saya mau langsung pulang saja," tolakku.
Karyawan itu nampak terkejut dan tak tenang. "Oh iya Bu, ada laporan yang belum ibu periksa minggu lalu. Tunggu sebentar ya Bu. Biar saya ambilkan,"
"Iya." Aku terpaksa duduk kembali di ruangan kerjaku sambil menunggu laporan yang kuperiksa datang. Namun bukannya laporan yang datang melainkan Mas Zaky.
Aku terkejut mendapati Mas Zaky yang datang dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari. Kenapa Mas Zaky bisa tahu keberadaanku? Pasti karyawan yang sejak tadi menahanku untuk langsung pergi yang memberitahunya kalau aku sudah pulang.
"Baby! Syukurlah aku bisa menemukan kamu!" ujar Mas Zaky.
Aku berdiri dan ingin pergi namun Mas Zaky menahanku, "Sebentar saja, Baby! Aku mohon! Jangan pergi dulu. Aku mencari kamu sejak pertengkaran kita kemarin. Aku mau bicara dengan kamu."
"Enggak ada yang harus aku bicarakan lagi, Mas," jawabku dingin.
"Ada. Aku yang mau bicara sama kamu! Aku mohon sama kamu. Urungkan niat kamu untuk bercerai. Kita bisa perbaiki semuanya. Kita bisa memulai semuanya dari awal." Mas Zaky meraih tanganku dan menatapku dengan sungguh-sungguh, "Aku salah. Aku tau aku salah. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin kita memulai semuanya dari awal. Semuanya,"
Kulepaskan tangan Mas Zaky dan mulai berkata pedas, khas keluargaku, "Mulai dari awal? Siapa? Kita? Maaf Mas, aku sudah mulai dari awal. Aku juga sudah berusaha menjadi istri yang baik setahun ini! Apa yang aku dapat? Suamiku tak pernah sekalipun mencintaiku! Menatapku sebagai seorang perempuan saja tidak pernah!"
"Kata siapa? Aku menatap kamu kok sebagai seorang perempuan. Aku ...." Mas Zaky lalu melakukan hal yang tak pernah kusangka. Ia menarik tubuhku dan menciumku dengan penuh gairah. Ia mendorong dan memojokkanku ke tembok dan terus menciumku.
Bukan ini yang aku inginkan. Aku menolak. Aku menahan dengan tanganku berada di dadanya sampai aku bisa menghentikannya. Aku pun membentaknya, "Stop, Mas! Stop!"
Mas Zaky menghentikan apa yang ia lakukan. Ia melihatku menangis, "Stop melakukan hal itu! Berhenti menyentuhku sementara hati kamu berada di tempat lain! Berhenti menyakitiku, Mas. Tolong!"
Aku menangis sesegukan. Mas Zaky terlihat menyesali perbuatannya, "Maaf, Baby! Maafin Mas. Mas tak tahu harus bagaimana. Mas hanya tidak mau kamu menceraikan Mas. Maafin Mas ya," ucapnya dengan sungguh-sungguh.
Mas Zaky berusaha menarikku dalam pelukannya namun aku kembali menolak, "Jangan sentuh aku lagi, Mas. Jangan pernah!"
"Baby, please ...."
"Di antara kita memang tak seharusnya ada hubungan apapun, Mas. Aku yang salah karena sudah memaksakan pernikahan ini sama Mas. Aku salah. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku tak akan memaksa Mas lagi. Cukup sudah! Kita hentikan semua! Kita buka topeng palsu kita, Mas. Aku lelah. Aku menyerah!" kataku dengan penuh emosi.
"Jangan Baby, aku mohon! Beri aku kesempatan untuk membuktikan sama kamu. Aku mohon!" pinta Mas Zaky.
Aku menggelengkan kepalaku. Kuhapus kasar air mataku yang terus menetes tanpa bisa kutahan lagi, "Sayangnya aku tak bisa lagi, Mas. Aku tak punya lagi kesabaran untuk menunggu dan hatiku terlalu sakit. Sampai bertemu di persidangan, Mas."
****
Zaky
Wajah Baby terlihat amat terluka. Ia terlihat kurus dan matanya sangat sedih. Aku melakukan hal yang menurutku dapat membuatnya yakin kalau aku ingin kembali dan memulai segalanya dari awal.
Namun yang kulakukan malah membuatnya semakin terluka. Baby sampai memohon agar aku tak melakukan hal itu lagi. Ya Allah, aku malah semakin menyakitinya.
Saat Baby bilang sampai bertemu di persidangan, saat itu aku sadar. Baby tak akan merubah keputusannya. Mau aku berusaha seperti apapun ia akan tetap teguh dengan pendiriannya.
****
Agas
Sejak kemarin entah mengapa perasaanku terasa sangat tidak enak. Aku cerita pada istriku tercinta namun aku malah disuruh banyak berdoa.
Aku mengalihkan kekhawatiranku dengan bermain bersama Vino, cucu pertamaku yang semakin menggemaskan saja. Saat bersama Vino, kegelisahan itu hilang namun kembali lagi saat Vino dibawa pulang oleh kedua orang tuanya.
Aku tak enak hati. Aku tak tahu apa penyebabnya. Kedua anakku hidup bahagia dengan pasangan yang mereka cintai. Bisnis berjalan lancar. Lalu kenapa aku selalu merasa perasaanku tak enak?!
Aku sudah berdoa. Aku memohon sama Allah semoga apa yang kurasakan tak lebih hanya perasaanku saja. Aku berdoa semoga semua baik-baik saja.
Sampai senyum di wajahku berganti menjadi kecemasan saat aku melihat My Baby Carmen, datang di malam hari. Ia membawa koper besar dan wajahnya terlihat amat sedih. Matanya bengkak.
"Baby?" aku bergegas menghampiri putriku tercinta. "Kamu kenapa?!"
Baby langsung memelukku dengan erat dan menangis kencang, "Abiiii huaaaa!"
"Ya Allah, Baby! Ada apa? Kamu kenapa? Siapa yang menyakiti kamu?!" tanyaku dengan hati teriris.
Tari datang dengan memakai mukena dan terlihat panik melihat Baby menangis sambil memelukku. "Ada apa ini? Bi, Baby kenapa? Kok nangis? Kenapa, Sayang?"
Baby melepaskan pelukannya padaku dan kini memeluk Tari, "Mommy! Huaaaa!" tangisnya semakin kencang saja.
"Iya ini Mommy, Sayang! Ada apa? Siapa yang menyakiti kamu?" Tari memeluk Carmen sambil mengusap punggungnya dengan lembut.
Aku mencari keberadaan Zaky, suami Baby. Kenapa Baby datang seorang diri? Membawa koper besar pula! Apa yang sudah terjadi?
"Mana suami kamu?" tanyaku, membuat tangis Baby berhenti. Baby melepaskan pelukannya pada Mommy dan menatapku dengan takut.
"Apa yang terjadi?" tanyaku lagi.
Baby makin merapatkan mulutnya. Ia makin takut denganku, "Apa yang suami kamu lakukan?" tebakku.
Tari memegang lenganku karena aku mulai nampak emosi. Aku menghirup udara banyak-banyak dan menenangkan diriku. "Maafin Abi, Nak. Kamu cerita sama Abi, jangan takut. Abi janji tak akan marah sama kamu. Apa yang sudah terjadi?"
"Kita duduk dulu ya, Bi. Kita bicarakan dengan tenang!" Tari kembali menenangkanku. "Yuk duduk di ruang keluarga!"
Aku dan Baby menurut. Kami duduk di ruang keluarga. Baby terus menunduk. Seakan sudah berbuat kesalahan besar sampai membuatku marah. Tapi apa?
"Ceritakan pada Abi, ada apa?!" tanyaku seraya menurunkan nada suaraku.
"Aku ... Mau bercerai dengan Mas Zaky, Bi." jawab Carmen tanpa sekalipun mengangkat wajahnya.
"Cerai?!" aku dan Tari kompak bertanya. "Tapi kenapa?" tanyaku.
Carmen mengangkat wajahnya dan menatapku takut-takut, "Karena Mas Zaky tak pernah mencintaiku. Mas Zaky ... Tak pernah sekalipun melupakan ... Kak Dewi."
"Apa?" aku dan semuanya menoleh ke asal suara.
Wira?
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣