Callista, wanita muda yang terdampar dipinggir pantai dan ditemukan oleh nelayan bernama Biru.
Saat dia tersadar, dia pura pura amnesia demi bisa tinggal bersama Biru. Bukan tanpa alasan dia melakukannya. Callista merasakan kejanggalan terjadi saat dia terjatuh di laut. Pasalnya, tak ada satupun yang berusaha menolongnya. Bahkan samar samar dia bisa melihat paman dan bibinya tertawa melihatnya tenggelam.
Callista menunggu usianya 21 tahun untuk kembali kerumahnya. Dia akan mengambil alih semua warisan dari kedua orang tuanya yang saat ini ada dibawah kekuasaan paman dan bibinya. Sejak kecelakaan itu, dia baru sadar jika paman dan bibinya tidak tulus menyayanginya selama ini. Mereka hanya mengincar hartanya saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DRAMA QUEEN
POV CALLISTA
Aku duduk di karpet depan TV sambil membolak balik telur ceplok yang ada diatas piring. Berkali kali mata ini menoleh ke arah pintu kamar Biru. Tapi pintu itu tak kunjung terbuka sejak sore tadi. Selera makanku hilang meski perut lapar karena tadi tak makan siang. Biasanya meski hanya makan dengan ikan atau telur ceplok plus kecap, tetap saja nikmat kalau ditemani Biru.
Berkali kali aku mengganti chanel tv tapi tak juga kutemukan acara yang menarik. Karena pada hekikatnya, tak ada yang lebih menarik daripada Biru.
Seharusnya malam ini aku bisa menghabiskan waktu dengan Biru karena dia tidak melaut. Sayangnya aku malah didiemin sejak sore.
Kuletakkan piring yang masih penuh diatas meja. Aku bangkit lalu memberanikan diri mengetuk kamar Biru.
Tok tok tok.
"Biru....makan yuk. Aku udah bikinin telor ceplok buat kamu." Ucapku dari balik pintu.
"Makan aja duluan." Sahutnya dari dalam.
"Makan sama sama yuk." Rengekku sambil bersandar pada pintu kayu yang dingin. Sedingin sikap Biru padaku.
"Biru....makan yuk." Aku kembali bersuara karena dia tak menyahuti ucapanku.
"Aku mau istirahat Cal, tolong jangan ganggu."
Pupus sudah harapanku makan bersama. Aku kembali meraih piring nasiku lalu membuang isinya ditempat makan Lisa. Kali aja Lisa doyan nasi plus telor ceplok.
Aku kembali menonton TV tapi konsentrasiku justru pada kamar Biru. Berdoa dalam hati semoga kamar itu segera terbuka dan memunculkan sosok suami dinginku. Aku terlonjak saat doaku terkabul, pintu kamar Biru terbuka.
"Mau makan ya?" Tanyaku penuh semangat sambil bangkit dari kursi dan mengikuti langkah kakinya.
"Gak usah ngikutin, aku cuma mau pipis." Jawabnya datar sambil melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
Terpaksa aku berhenti ngintilin dan menunggunya didepan pintu kamar mandi.
Ceklek.
"Kita makan malam yuk." Entah yang keberapa kalinya, aku menawarinya makan. Tapi lagi lagi hanya penolakan yang aku dapat.
"Aku gak lapar. Kamu aja yang makan."
Pantang menyerah, aku masih terus saja ngintilin dia dibelakang hingga...
Brak
Langkahku terhenti bersamaan pintu kamar Biru yang kembali tertutup. Aku menghela nafas berat lalu berjalan malas menuju karpet depan tv. Gini amat sih marahnya. Aku lebih suka dimarahin, diamuk amuk, daripada didiemin kayak gini.
Setelah bosan menatap tv yang bentuknya tetap aja kotak, aku masuk kekamar dan berusaha tidur. Tapi mata ini sungguh tak mau bersahabat, sama sekali tak mau terpejam. Aku berguling kekanan dan kiri sampai kesal tapi tak kunjung mengantuk. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi mataku masih terang benderang seperti lambu 50 watt.
Gak bisa dibiarin. Aku gak tahan meski hanya setengah hari saja Biru diemin aku. Aku memutar otak agar Biru kembali mau bicara denganku.
Tok tok tok
Hiks hiks hiks
Aku mengetuk kamar Biru sambil menangis. Sengaja tangisku aku bikin agak kenceng biar dia kedengeran.
"Biru, hiks hiks hiks." Panggilku disela sela tangis.
Pintu terbuka, muncullah sosok suami tercintaku dari dalam.
"Biru..." Aku langsung memeluknya sambil sesenggukan.
"A, ada apa?"
Bukannya menjawab, malah aku kencengin nangisku.
"Ada apa Cal?"
Yess, dari suaranya, dia seperti panik. Sepertinya aku memang cocok jadi aktres. Gak diragukan lagi bakat aktingku.
"Aku....aku mimpi buruk." Jawabku dengan kedua lengan yang masih setia memeluknya dan kepala bersandar didadanya yang bidang.
"Kejadian hari itu hadir dalam mimpiku. Aku tenggelam, aku mau mati. Aku takut Ru, aku takut banget." Ujarku sambil menangis. Jangan dikira aku beneran mimpi buruk. Ini hanyalah skenario yang aku ciptakan untuk sebuah tujuan.
"Tenang Cal, tenang. Hanya mimpi, jangan takut. Kamu sudah selamat, kamu baik baik saja." Sahutnya sambil mengusap punggungku.
"Aku tidur dikamar kamu ya malam ini?" Tanyaku sambil melepaskan pelukan dan manatapnya lekat. Sengaja kubuat ekspresi puppi eyes agar dia mengiyakan permintaaku.
"Boleh ya." Desakku sambil memegang lengannya.
Biru diam saja sambil menggaruk garuk tengkuknya.
Berat banget sih mau bilang iya. Kayak disuruh bawa beras satu ton aja berat. Ini cewek cantik loh yang minta tidur bareng. Masih aja mikir keras.
"Gak boleh ya." Ucapku sambil menunduk lemas. "Ya udah aku gak usah tidur malam ini. Aku nonton tv aja sampai pagi. Aku takut tidur sendirian." Kubalik badan ini dan mulai melangkah perlahan. Ku buat sepelan mungkin seperti adegan slow mo sambil menunggu dia memanggilku dan bilang iya. 1, 2, 3, 3 setengah, 4, ya elah lama banget sih.
"Ya udah kamu tidur disini."
Yeessss, teriakku dalam hati. Segera aku balik badan dan nyelonong masuk kedalam kamarnya. Inilah tujuan utamaku, tidur bersama Biru.
Biru yang masih berdiri di depan pintu terbengong bengong melihatku yang sudah rebah rebah manja diatas ranjangnya. Gak sia sia aku berakting mimpi buruk sampai nangis nangis. Akhirnya aku bisa tidur seranjang dengan suamiku.
Biru menutup pintu lalu berjalan kearah ranjang. Jantungku mulai berdebar tak karuan. Jangan jangan malam ini....Ahh....belah duren gak sih. Aku sedikit menggeliat liat seperti ulet untuk menarik perhatiannya. Dia pasti tak tahan dan mau langsung nyosor aku.
Eh, eh , eh, kok malah duduk ditepi ranjang sih, bukannya naik keatas ranjang? Dah gitu duduknya memunggungiku lagi. Ya elah, ada yang cantik dan siap dibolak balik kenapa malah dipunnggungin.
"Gak tidur?" Tanyaku.
"Kamu tidur dulu aja." Jawabnya tanpa menoleh sedikitpun padaku.
"Takut tidur seranjang denganku? Tenang aja, aku gak gigit. Palingan cuma nyipokk aja." Godaku sambil menahan tawa.
Yes, akhirnya dia menoleh kearahku dan menatapku. Jantungku makin berdebar menunggu aksinya berikutnya.
"Buruan tidur." Ujarnya sambil meraih selimut lalu rebahan sambil menatap ke langit langit kamar. Ya elah gitu doang. Kupikir bakalan ada bab panas setelah ini. Makin lemas diri ini saat kulihat dia memejamkan mata.
Biru sengaja mengambil posisi sangat pinggir agar tak terlalu dekat denganku. Kulihat wajahnya tegang dan tubuhnya kaku, tak bergerak sedikitpun.
"Jauh amat. Aku gak ada penyakit menular kok." Ucapku sambil menggeser tubuh mendekatinya. Tak ada respon apapun, dia malah pura pura tidur. Kalau gini, kapan belah durennya?
Tapi tak apalah. Setidaknya sudah ada kemajuan. Jika selama ini kami pisah ranjang, malam ini akhirnya Tuhan mempersatukan kami didalam satu ranjang. Tinggal menunggu saja sampai suatu saat nanti ranjang ini berderit sebagai saksi pertempuran panas kami. Tapi suatu saatnya kapan? kapan? udah gak sabar? geram sekali diri ini.
Aku menopang kepala dengan sebelah lengan sambil menatapnya. Menatap ciptaan Tuhan yang luar biasa sempurna. Bibirnya benar benar seksih, pasti akan sangat nikmat jika bibir itu menumbuk bibirku. Rahangnya begitu kokoh, membuatnya terlihat begitu laki. Aku menggigit bibir bawahku, membayangkan bagaimana panasnya dia saat mencumbui tubuhku. Teringat saat bagian bawahnya mengeras dulu, aku yakin jika ukurannya pasti wow. Pasti akan sakit sekaligus enak jika sesuatu itu membelah milikku yang masih perawan ini?
"Mikirin apa kamu?" Tanyanya tiba tiba yang membuat aku kaget setengah mati. Ternyata meski matanya tertutup, dia bisa tahu kalau aku sedang memperhatikannya. Ngintip kali ya???
"Jangan kejauhan mikirnya, entar kesasar." ujarnya dingin.
Busyet, tau aja dia kalau pikiranku udah melalang jauh hingga kesasar kemana mana.
Lanjutin kaaak pliiiss
Gegara kutinggal lahiran di kampung, katanya tiap malem kangen. Liat wajan, panci, semua peralatan dapur inget aku terus wkwkwk
Udah lama banget nggak nemu novel komedi di sini yang asiik, ceritanya pas dan penulisannya bagus. Kemana ajaaa yaa aku haha