NovelToon NovelToon
PEMERAN PEMBANTU

PEMERAN PEMBANTU

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mira Akira

Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.

Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.

Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.


Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?

"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JANGAN CINTAI KAISAR

“Waktu habis.”

Adhara mendongakkan kepalanya dan menyadari jika bocah albino itu ada di sampingnya. Dengan tangannya yang pucat, bocah albino itu meraih bagian belakang gaun Adhara dan menyeretnya menjauh seperti kucing.

“Hey..”

“Kau sendiri kan yang memilih versi menengah. Untuk pengalaman kebatinan, waktumu hanya sebentar. Ayolah, jangan buang-buang waktu. Bos nanti marah,” bocah albino itu mendadak jadi tambah cerewet.

Adhara bangkit dan merapikan gaunnya yang kusut. Ia menyadari bahwa ia sudah kembali ke perumahan kumuh tanpa penghuni. Dengan cepat Adhara menghapus air matanya. Matanya sakit sekali.

“Pengalaman kebatinan itu…”

Bocah albino itu menadahkan tangannya meminta bayaran, “Pengalaman kebatinan itu tergantung dirimu sendiri.”

Adhara menggaruk kepalanya tak mengerti, “Aku tak merasa memilih rute apapun sebelum mengalami hal itu.”

“Kau pikir pengalaman kebatinan ini seperti virtual dating game? Kemungkinan pengalaman itu kau lihat karena kau mempunyai sesuatu yang menjadi pemicunya.”

Pemicu?

Adhara menatap jepit rambut giok yang ternyata masih ia genggam sedari tadi.

Tetapi, tunggu dulu…

“Bagaimana kau bisa tahu tentang virtual dating game?”

Saat ini mereka berada pada era yang belum modern. Jangankan game, semua perangkat komputerisasi belumlah ada. Penciptanya saja mungkin belum lahir.

Mengapa bocah ini berbicara tentang game virtual?

“Aku minta bayaran,” wajah bocah albino itu terlihat salah tingkah.

“Hey, jawab aku,” Adhara ingin menangkap tangan putih anak laki-laki itu, namun entah mengapa tubuh anak itu mendadak tembus pandang.

Anak laki-laki itu melayang di atas kepala Adhara. Ia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Adhara, “Aku akan meminta bayarannya nanti. Selamat tinggal.”

“Hey, apa kau juga mengalami transmigrasi? Jawab aku, kapan Negara Indonesia merdeka?”

Hanya lambaian tangan yang digunakan anak itu untuk menjawab pertanyaannya. Tak lama, sebelum terbang menjauh, anak itu membungkuk pada Adhara. Menempelkan keningnya pada Adhara dengan lembut.

“Cepatlah bangun! Laki-laki serigala itu akan mencuri ciuman darimu, jika kau tidak bangun.”

Cupp…

Anak laki-laki itu mencium kening Adhara. Mata hitam segelap malam itu menatap Adhara dengan penuh kerinduan.

Adhara mengingat mata itu bisa berubah menjadi warna merah darah saat meramal tadi. Apa bocah ini manusia?

“Aku akan menemuimu lagi untuk menagih biaya tarifnya! Bay bay…”

Huh?

Ctakkk…

Anak laki-laki itu menyentil dahi Adhara dengan kuat, lalu melebur seperti kabut.

Adhara tersentak dan membuka matanya dengan cepat. Ia meraba keningnya dengan cepat. Saat itulah ia menyadari bahwa sepasang mata menatapnya dengan lekat.

Perlahan wajah pemilik mata itu mendekat, dan BUGHH…

Tinju Adhara melayang ke wajah pria itu…

“Akhh..”

Adhara bangkit dari posisi berbaringnya. Ia menatap pria itu dengan wajah bersalah,

“Maafkan saya, Tuan Auriga. Saya benar-benar terkejut melihat wajah anda.”

Sargas mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan setitik darah. Dia nyaris menyemburkan tawanya. Memuji tentang kekuatan tangan mungil Adhara yang mengejutkan. Gadis ini selalu penuh kejutan.

Melihat Sargas yang menahan tawa, Adhara menjadi semakin bersalah. Jangan-jangan otak pria ini tergeser saat Adhara memukulnya. Jika dia dituntut gara-gara hal ini, bagaimana dengan jabatan barunya?

“A..nda tak apa, Tuan Auriga?”

Adhara berpikir untuk memukul kepala Sargas sekali lagi agar otaknya kembali ke semula. Baru saja Adhara mengepalkan tangannya untuk memukul lagi, Sargas segera membentuk perisai dengan kedua tangannya.

Secantik apa pun tangan Adhara, kalau pukulannya sakit, ya Sargas tetap tak mau.

"Anda tak apa, Tuan Auriga?" Adhara sudah siap untuk menulis surat pengunduran dirinya.

Selamat tinggal, kaisar. Tidak ada yang merusuh di ruang baca mu lagi, Yang Mulia.

Padahal Adhara berniat memperkenalkan kaisar pada katak yang baru ditangkap Regor kemarin. Adhara berniat bertanya pada kaisar apa nama yang tepat untuk katak itu. Adhara menyeka wajahnya dengan dramatis.

“Tidak. Hanya saja pukulanmu seperti menembus hatiku.”

Adhara tersenyum tipis, “Pinjam pedangmu.”

Sargas tercenung heran, namun ia tetap meraih pedang miliknya yang tersampir di pinggangnya, “Untuk apa?”

“Mengecek hati anda yang tertembus pukulan saya. Saya akan membuangnya jika memang hati anda terganggu,” jawab Adhara dengan sarkas.

Dengan cepat Sargas menaruh kembali pedangnya ke dalam sarung. Mencoba menjauhkan gadis sadis ini dari pedangnya.

“Kenapa saya bisa di sini?”

Adhara memperhatikan ruangan yang terlihat sederhana. Hujan telah mereda, dan hanya menyisakan tetesan kecil untuk penghabisan. Ia semeskali tak ingat jika ia mengenal tempat ini.

“Aku menemukanmu di jalan. Lalu, aku memutuskan untuk memungutmu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir,” jelas Sargas asal sambil memasukkan lagi kayu api kering ke dalam tungku pemanas ruangan.

“Di jalan?”

Sargas mengangguk, “Di dekat perpustakaan di pusat kota. Aku pikir kau terkena serangan panas. Baru saja aku ingin membawamu kembali ke kediaman Perdana Menteri, hujan turun deras. Jadi, aku membawamu ke rumahku.”

Adhara mencerna kata-kata Sargas dengan cepat. Ia menyadari bahwa sekarang ia tengah berada di rumah lama Sargas sebelum diambil oleh Pejabat Auriga sebagai anak. Ini sedikit mencengangkan karena dirinya selalu terjebak dalam momen yang ‘mengharukan’ bersama Sargas.

Adhara harus kabur sebelum merebut momen Capella lebih banyak. Ia bangkit dan merapikan gaunnya. Ia membungkuk dengan anggun khas gaya puteri bangsawan, “Saya berterima kasih atas kebaikan hati Tuan Auriga.”

Sargas tersenyum lebar seperti biasanya, “Kau tetap tak mau memanggilku dengan nama depanku. Kau tahu, aku tak suka gelar Auriga.”

“Kebetulan saya juga.”

Tentu saja Adhara kurang menyukai pejabat Auriga, ayah angkat Sargas. Bagaimana pun pria tua itu selalu berusaha mencari kelemahan Adhara. Apalagi sekarang Adhara sudah menggeser posisi pak tua itu, dan menjadi penasihat kekaisaran yang baru. Pak tua itu pasti semakin tak menyukainya.

“Apa tujuanmu memasuki pengadilan tinggi?” Sargas bertanya tanpa menatap wajah Adhara.

“Mengapa anda bertanya tentang hal itu, Tuan Auriga?”

“Kau punya segalanya. Status bangsawan dan keluargamu orang-orang penting kekaisaran. Mengapa kau perlu menduduki kursi pengadilan tinggi juga? Bahkan tanpa kau memiliki kedudukan yang tinggi, status sosialmu sudah sangat tinggi.”

Tentu saja status sosial Adhara sudah cukup tinggi untuk mencapai kesejahteraan, itu mungkin yang dipikirkan orang lain. Namun Adhara tahu alur novel sampah ini.

Adhara, setinggi apapun status sosialnya sebagai puteri bangsawan, hidupnya tak akan bertahan lama. Karena ketika kerusuhan nanti, status sosial tak akan menyelamatkan siapapun.

Semua yang Adhara lakukan ialah untuk mencegah. Adhara menahan penjelasan tersebut di mulutnya, karena tokoh kunci dalam kerusuhan itu ialah si Sargas ini.

Walau pun Adhara sendiri tak yakin dengan misinya untuk mencegah bintang jatuh ini benar atau tidak. Namun ia harus selalu berhati-hati dengan Sargas.

“Saya hanya tak suka berdiam diri.”

Sargas lagi-lagi menarik senyumnya, “Bukan karena kau menyimpan hati untuk Yang Mulia? Kau ingin selalu dekat dengannya.”

Adhara mengerutkan keningnya ketika hal ini dihubungkan dengan kaisar. Ia tentu saja menyimpan hati pada kaisar. Tetapi, ada beberapa hal yang tak bisa kau miliki di dunia ini.

Sebagai orang yang tahu tentang keseluruhan kejadian yang sudah, belum, dan akan terjadi di dunia novel ini, ia tahu bahwa kaisar bukanlah takdirnya.

Memikirkannya saja sudah sangat menyakitkan.

Tetapi, Adhara tak bisa egois dan membuat banyak korban berjatuhan hanya karena perasaannya pada Aldebaran.

Jika Aldebaran bersama Capella, maka Negeri Bintang tak akan hancur. Tidak ada jaminan bahwa kaisar akan tetap hidup, jika bersama Adhara.

Hancurnya hati satu orang itu lebih baik, daripada kematian nyata untuk satu Negeri.

“Aku melihat kau berciuman dengan Yang Mulia.”

Adhara berdiri dengan cepat sambil menatap Sargas sengit, “Maaf, Tuan Auriga. Anda tak bisa mengintip orang lain.”

Sargas balas menatap Adhara, “Kalian berciuman di tempat terbuka. Itu yang kau sebut mengintip?”

Aku tak mau membicarakan ini!

“Aku hanya ingin memperingatkanmu satu hal. Jika kau memilih Yang Mulia, kau tak bisa menjadi satu-satunya pendamping.”

Sebuah kekaisaran besar memiliki harem untuk mensejahterakan keluarga kekaisaran. Harem diciptakan untuk kepentingan pribadi dan politik. Tentu saja Adhara tahu, untuk mengendalikan persahabatan antar negeri, harem ialah salah satu pokok pentingnya. Mengirim puteri atau pangeran sebagai hadiah untuk kaisar atau para pejabat kekaisaran selalu diperlukan.

Lagipula bisakah ada jaminan bahwa pendamping kaisar akan selalu bisa melahirkan pewaris tahta yang hebat dan berbakat?

Bahkan Sirius, kaisar sebelumnya juga memiliki banyak selir, walaupun ia sangat mencintai Agena Centauri. Begitu pun, dengan Aldebaran nantinya. Dalam novel pun Aldebaran memiliki beberapa selir.

S*alan! Ini sangat menyakitkan.

“Saya sangat mengetahui ketidakpantasan saya,” Adhara duduk kembali dengan tenang.

Sargas tak pernah berhenti menoreh luka,

“Aku mendengar pengaturan harem baru akan dibuat tak lama lagi. Meskipun permaisuri belum dipilih, tetapi mulai banyak yang mengajukan puteri-puteri mereka sebagai kandidat. Termasuk Pejabat Auriga.”

Adhara tentu saja sudah tahu tentang tokoh lainnya seperti Lyra Auriga. Lyra Auriga, puteri kandung dari pejabat Auriga. Dalam novel, salah satu selir kaisar ialah Lyra Auriga.

Sebenarnya Lyra Auriga inilah yang akan menjadi sahabat Capella ketika Capella di’paksa’ masuk dalam harem. Adhara belum pernah bertemu dengan Lyra Auriga di dunia novel ini. Namun ia yakin itu tak lama lagi, Adhara akan segera melihatnya.

“Adhara, jangan berharap apa pun pada Yang Mulia.”

“Saya mungkin harus pulang, Tuan Auriga.”

Kali ini Adhara benar-benar bangkit. Dengan cepat Adhara membungkukkan tubuhnya dengan anggun pada Sargas, sebagai salam. Ia harus segera mengakhiri segala omong kosong di antara mereka.

“Kau tahu jalan pulang?”

Adhara menepuk dahinya dengan cepat. Ia lupa bahwa ia sekarang sedang tersesat. Jika dia membalikkan badan, itu sangat memalukan. Namun kalau malu bertanya nanti semakin sesat di jalan.

Melihat Adhara yang dilema, Sargas tersenyum lebar.

“Aku akan mengantarmu pulang.”

Dan ia akan bertengkar lagi dengan Capella. NO!!!!!!

“Terima kasih, Tuan Auriga, tetapi saya…”

Sargas berdiri dari duduknya, “Aku tak akan mengantarmu sampai ke rumah. Hanya sampai di jalan yang sudah kau ketahui,” tawar Sargas.

Adhara menghela napasnya lelah. Yang terpenting sekarang ialah cepat pulang ke rumah dan istirahat. Untuk itu, ia tak bisa menolak kebaikan dari Sargas saat ini.

***

1
Laluna
/Sob//Sob//Sob//Sob/
Laluna
Luar biasa
Bzaa
😘
Bzaa
semoga masih ada boncapny😆
Bzaa
wkwkkkwk.... ternyata musim seminya kaisar sama kyk kita.
Bzaa
aamiin
Bzaa
wkwkkwk Andhara mulutmu harimau mu... aummmmm
Bzaa
senangnya.... happy happy
Bzaa
semoga di alam sana Agena san sirius bisa berbaikan dan bersatu kembali
Bzaa
semoga setelah ini, Andhara bs focus di istana ngurusin bapak dan anak-anak sapiny😄😁,
otor sehat dan sukses ya
Bzaa
syukurlah, ku pikir Andhara pergi lagi..
Bzaa
sedihnya... ternyata setelah melahirkan si kembar, Andhara kembali pergi.
Bzaa
aihhhhh kenapa itu
Bzaa
Kaisar lgi nyari penyaluran🤣
Bzaa
sedih banget, Canis akan terganti dgn nama baru
Bzaa
semangat mengumpulkan bukti andara
Bzaa
pada akhirnya hukuman harus tetap di jatuhkan,
Bzaa
ikut...
Kaisar takut Permaisuri nya menghilang lagi😁
Bzaa
Andara terlalu sibuk ngurusin mertua nya sampai melewatkan cerita si Fang Fang😄
Bzaa
Andhara kembali ke kaisar dan alzimech jgn sampai menghilang, itu permintaan ku di novel ini tor😁🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!