Azkia dan Raffasya bagaikan tikus dan kucing yang tidak pernah bisa akur jika bersama. Kebencian Raffasya terhadap Azkia sudah tertanam saat masih duduk di sekolah dasar karena Azkia berhasil mengalahkan Raffasya yang saat itu sedang melakukan body shaming kepada Gibran, kakak kelas Azkia lainnya.
Dan setelah mereka dewasa, permusuhan itu tetap berlangsung. Azkia yang akhirnya menjalin asmara dengan Gibran terpaksa harus hidup dengan Raffasya karena suatu peristiwa buruk.
Akankah Azkia bisa bertahan dengan Raffasya atau memilih kembali bersama Gibran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kempes Ban
Azkia menepikan mobilnya saat dia merasakan ada sesuatu yang tak nyaman saat mengendarai mobilnya itu. Dia lantas keluar dari mobilnya dan melongok ke arah ban belakang mobilnya yang terlihat nampak kempes.
" Ah, si al! Kempes lagi!" Azkia mengumpat karena melihat ban mobilnya itu kempes saat dia sedang dalam perjalanan.
Azkia lalu merogoh ponsel di dalam tasnya. Dia mencoba menghubungi Gibran, namun beberapa kali dia melakukan panggilan telepon kepada kekasihnya itu, telepon Gibran sedang berada dalam panggilan lain.
" Iiihh, orang lagi butuh juga!" Azkia menggerutu kesal. Dia pun akhirnya memilih melakukan panggilan telepon kepada Yoga.
" Assalamualaikum, Pa. Papa ban mobil Kia kempes." Azkia langsung mengadu kepada Papanya saat panggilan teleponnya tersambung dengan Yoga.
" Waalaikumsalam, posisi kamu di mana sekarang? Nanti Papa coba suruh orang ke sana." Yoga dengan cepat menyahuti.
" Di daerah sekitar Menteng, Pa. Nanti Kia sherlok, tapi jangan lama-lama ya, Pa. Soalnya di sini agak sepi kendaraan yang lewat," pinta Azkia, karena dia memang tidak melihat kendaraan lain yang melintasi jalan yang dia lewati sekarang ini. Jika tempat itu ramai, mungkin dia bisa minta bantuan orang-orang sekitar utuk mengganti ban mobilnya.
" Ya sudah, kamu tunggu di dalam mobil saja jangan di luar!"
" Iya, Pa."
" Ya sudah, Papa tutup teleponnya sekarang, Assalamualaikum ...."
" Waalaikumsalam ..." Azkia kemudian menutup panggilan teleponnya.
Ddrrtt ddrrtt
.
Sekitar sepuluh menit setelah panggilan telepon Azkia dan Papanya berakhir, ponsel Azkia kembali berbunyi dengan nama Gibran yang muncul di layar teleponnya.
" Assalamualikum, Kak Gibran ke mana saja, sih? Kia telepon dari tadi sibuk terus! Sibuk telepon siapa? Telepon teman SMA Kak Gibran yang kemarin, ya?!" tuduh Azkia saat dia mengangkat panggilan telepon Gibran.
" Waalaikumsalam, ada apa ini? Kok pacar Kakak marah-marah begini?" tanya Gibran yang mendapati kekasihnya itu marah-marah.
" Ban mobilku kempes! Aku tadi mau minta bantuan Kakak tapi teleponnya sibuk terus!" Walaupun tidak nampak oleh Gibran jika Azkia sedang kesal, namun dari nada bicara wanita itu terdengar jelas jika gadis itu tengah dalam mode kesal.
" Ya sudah, nanti Kakak ke sana. Kamu di mana sekarang?" Gibran yang termasuk pria yang sabar, tidak terpancing emosi walaupun kekasihnya itu berbicara dengan nada ketus.
" Nggak usah! Papa sudah atur orang untuk kemari!" Azkia menolak tawaran Gibran yang akan membantunya.
" Ya sudah kalau begitu. Kakak juga kebetulan lagi sibuk di kantor, nggak bisa ke mana-mana. Makan siang juga tadi sampai pesan G-food makan di ruang kerja." Gibran menceritakan aktivitasnya di kantor, berharap Azkia akan mengerti akan kesibukannya.
" Ya sudah, kalau gitu ngapain juga telepon, pakai menawarkan bantuan segala? Sudahlah, Assalamualikum ..." Azkia yang merasakan Gibran tidak memprioritaskan dirinya kembali merajuk dengan langsung mematikan panggilan telepon Gibran sepihak.
" Huuhh, menyebalkan!!" gerutu Azkia.
Lebih dari setengah jam orang suruhan Yoga tidak juga sampai di tempat Azkia menunggu.
" Ini orang suruhan Papa, mana lagi?! Kok nggak muncul-muncul? Dia pikir menunggu itu menyenangkan apa?!" Azkia nampak bersungut-sungut sambil mencoba menghubungi kembali nomer Papanya.
" Assalamualaikum, Pa. Kok orang yang disuruh Papa nggak datang-datanh, sih? Kia capek Pa nungguinnya ..." Azkia merengek karena dia merasa bosan menunggu.
" Waalaikumsalam. Lho, memang orangnya belum datang, ya?" tanya Yoga terheran.
" Belum, Pa. Mana nggak ada mobil atau motor yang lewat lagi. Nanti kalau ada penjahat yang menculik Kia gimana, Pa? Biar Kia bisa karate, kalau orang itu bawa komplotan dan berkendaraan, Kia 'kan takut juga, Pa." Azkia mulai dilanda kecemasan.
" Ya sudah, nanti Papa telepon orang yang Papa suruh itu sekarang sudah sampai di mana. Kamu tunggu sebentar. Jangan dimatikan dulu teleponnya, "
Azkia pun menuruti apa yang diucapkan oleh Papanya itu. Dia menunggu beberapa saat sampai akhirnya dia kembali mendengar suara Papanya.
" Kia, kamu tunggu sebentar, Papa akan ke sana. Orang yang Papa suruh mengalami kecelakaan karena itu nggak datang-datang." Yoga menjelaskan kenapa orang yang ditugaskannya tak juga sampai di tempat Azkia.
" Ya Allah, terus orangnya gimana, Pa?" Azkia merasa prihatin atas hal yang menimpa orang yang disuruh menolongnya itu.
" Sudah dibawa ke rumah sakit. Nanti setelah Papa jemput kamu, Papa mau ke rumah sakit melihat keadaannya," ucap Yoga menerangkan apa yang direncanakannya.
" Ya sudah Papa hati-hati ya ke sininya!" Azkia menjadi khawatir saat Papanya sendiri yang akan menemuinya.
" Iya sudah, Papa mau berangkat sekarang, Assalamualaikum ..." Yoga berpamitan ingin menutup panggilan.
" Waalaiakumsalam ..." Azkia pun akhirnya menyudahi panggilan telepon dengan Papanya itu.
Azkia kembali keluar dari mobilnya, dia lalu menatap awan mendung yang menggelayuti langit sore ini. Belum lagi suara guntur yang mulai terdengar bergemuruh.
" Ya Allah, kirim superhero gitu ke sini secepatnya, biar Papa nggak usah ke sini. Kasihan kalau hujan-hujan Papa suruh ganti ban mobil," ucap Azkia seraya menengadahkan wajahnya ke atas langit yang sudah mulai menampakkan awan gelapnya. Hingga Azkia dapat merasakan setetes air mengenai wajahnya.
" Nah, kan ... beneran hujan ..." Azkia kemudian memilih masuk kembali ke dalam mobilnya karena tiba-tiba saja rintik hujan mulai turun membasahi daerah sekitar dia berada.
Sepuluh menit kemudian ...
Tok tok tok
Azkia yang sedang menelungkupkan wajahnya di di atas stir mobil dibuat terperanjat saat dia mendengar suara ketukan di kaca jendelanya yang terdengar sangat keras. Azkia lalu menoleh ke arah kaca mobilnya, dan dia melihat seseorang di atas motor berhenti di samping mobilnya itu.
" Astaghfirullahal adzim, aku minta didatangkan pangeran kenapa yang datangnya preman?" keluh Azkia saat mengetahui pria bermotor itu adalah Raffasya.
Tok tok tok
Raffasya kembali mengetuk kaca jendela pintu mobil Azkia membuat Azkia membuka menurunkan kaca mobilnya.
" Ngapain lu di sini? Lagi mangkal atau mau transaksi sama orang?" sindir Raffasya menyeringai.
" Sana deh pergi! Aku lagi males berdebat sama Kak Raffa!" usir Azkia.
Raffasya kemudian melongok ke arah belakang mobil Azkia, dan dia melihat jika ban belakang mobil itu kempes.
" Bawa ban serep nggak?" tanya Raffasya kemudian memarkirkan motornya ke tepi jalan. Raffasya lalu berjalan kembali mendekati mobil Azkia.
" Buka bagasinya!" Raffasya kemudian berjalan ke bagian belakang mobil Azkia.
Azkia yang melihat Raffasya berjalan ke arah belakang mobilnya, segera turun mengikuti langkah Raffasya.
Setelah mengambil alat, Raffasya kemudian menurunkan ban serep, lalu dia segera melepas ban mobil Azkia yang kempes untuk mengganti dengan ban cadangan.
Sementara Azkia sendiri segera mengeluarkan payung, dia memayungi dirinya dan juga Raffasya yang sedang mengganti ban mobilnya.
Semakin lama gerimis semakin deras, dikuti dengan angin. belum lagi suara petir yang sesekali terdengar membuat Azkia merasa tak nyaman berada luar.
" Cepetan dong, Kak! Ganti ban segitu saja lama banget!" Azkia yang ingin cepat masuk ke dalam mobil menyuruh Raffasya untuk segera menyelesaikan apa yang dikerjakannya, karena dia menilai jika Raffasya terlalu lamban mengganti ban.
" Lu cerewet banget, sih! Sudah bagus gue mau bantuin, lu! Memangnya lu bisa mengerjakan sendiri?!" Raffasya yang dicela langsung balas mengumpat Azkia seraya melirik Azkia yang berdiri tepat di sebelahnya.
Di saat yang bersamaan angin menerpa mini dress yang dikenakan Azkia, hingga dress yang dikenakan Azkia itu ikut tersilak. Azkia langsung memegangi dress nya agar tidak tertiup angin.
" Nggak usah mengintip, ya!" Azkia menghardik Raffasya yang terlihat sedang melirik pahanya.
" Ngapain juga diintip? Sudah lihat aslinya, kok!" cibir Raffasya dengan seringai di sudut bibirnya.
" Dasar cowok me sum!!" geram Azkia.
Duuaarrr
Tiba-tiba suara petir terdengar keras membuat Azkia memekik dengan tangan menutup telinga dan mata terpejam hingga membuat payung terlepas dari tangannya.
" Subhanallah ...!!" Azkia bergegas ingin berlari masuk ke dalam mobil. Namun karena mata dia terpejam, hingga tanpa sadar Azkia menabrak tubuh Raffasya yang kini sudah selesai mengganti ban dan berdiri di samping Azkia tadi.
" Kak Raffa apa-apaan, sih?! Awas, dong! Ngapain menghalangi Kia?!" Azkia yang membuka matanya dan melihat saat ini dia berada dekat dengan Raffasya bahkan tubuh mereka saling bersentuhan langsung memukuli Raffasya.
" Yang menghalangi itu siapa? Lu sendiri yang nabrak gue!" bantah Raffasya.
" Ya sudah, sekarang awas! Ngapain masih di situ?! Awas!" Azkia mendorong Raffasya agar menjauh darinya.
Raffasya yang melihat Azkia ingin masuk ke dalam mobil tanpa mengucapkan terima kasih bahkan membentaknya dengan cepat menarik lengan Azkia yang sudah berhasil menarik handle pintu.
" Apaan sih, Kak Raffa? Aku mau masuk!"
" Enak saja mau masuk! Sudah dibantu bukannya bilang terima kasih malah mengoceh!" Raffasya menutup pintu mobil Azkia kembali, hingga Azkia gagal masuk ke dalam mobilnya.
" Yang minta bantuan itu siapa? Kak Raffa sendiri yang ingin membantu!" Azkia yang merasa tidak meminta bantuan pria itu langsung menepis anggapan Raffasya.
Raffasya yang melihat keangkuhan Azkia langsung mendorong tubuh wanita itu hingga tersudut di mobil. Sementara hujan yang turun deras membuat tubuh mereka berdua basah kuyup, bahkan membuat lekukan tubuh Azkia terlihat jelas. Raffasya kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh Azkia.
" Kak Raffa mau apa?" Mata Azkia terbelalak saat melihat Raffasya semakin merapat ke tubuhnya.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading ❤️