(DALAM TAHAP REVISI!)
Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.
Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Di sepanjang perjalanan, Asma hanya diam dan tak sedikitpun berbicara baik pada Bilal maupun Khadijah, saat di tanya sesuatu, dia hanya akan menggeleng dan mengangguk.
Gugup, takut, khawatir, dan bingung menjadi satu dalam diri Asma saat ini. Terlintas dalam benaknya bagaimana jika ia mengambil keputusan yg salah?
Dibandara, sopir keluarga Bilal sudah menunggu. ia langsung membantu Bilal membawa barang barang mereka.
Bahkan, sampai sekarang pun Asma masih enggan berbicara.
Hingga mobil berhenti di depan sebuah rumah yg indah, Asma memperhatikan rumah itu baik baik, dan ia sadar rumah itu tak jauh berbeda dari yg ada dalam mimpi nya. Kemudian, beberapa meter di seberang jalan, ada gedung tinggi dan besar, dan terdapat tulisan 'Pondok Pesantren Al Hikmah' Asma memandangi gedung itu, apakah disana dia harus menuntut ilmu? tak jauh, fikir nya.
"Itu asrama santri putra" tiba tiba Bilal bersuara seolah tahu apa yg ada dalam benak Asma. Asma melirik Bilal, kemudian ia kembali melirik gedung itu "untuk santri putri, ada di belakang nya, hanya beberapa meter dari sana"
"Jadi,jika aku akan kesana, aku harus melewati gedung asrama santri putra?"
"Iya, tapi engga apa apa, Sayang. Aku akan mengantar jemput kamu nanti, sebaiknya sekarang kita masuk dulu. Kita bicarakan nanti soal sekolah, ya" Asma hanya mengangguk dengan wajah datarnya. Sementara Khadijah sudah berjalan lebih dulu. Asma terkejut karena di depan rumah Bilal benar benar ada air mancur. Ia pun berlari dan mendatangi nya. bagaiman bisa ia melihat semua itu dalam mimpi nya, fikir nya. Namun saat melihat nya, ia tampak kecewa karena tak ada ikan yg indah seperti dalam mimpi nya.
"Ada apa, Sayang ?" tanya Bilal dan melingkarkan tangannya di pinggang Asma. kembali Asma mengingat mimpi nya.
"Engga apa apa" jawab nya, dan berjalan menjauh dari Bilal.
"Selamat datang di rumah, Neng Asma" sapa seorang wanita paruh baya pada Asma dengan sangat ramah, Asma hanya tersenyum sekilas.
"Ayo, Asma. Masuk kamar kamu sudah di siapkan" seru Khadijah.
Asma melihat sudut sudut di rumah itu, tak begitu mewah, tapi indah, tak begitu besar, tapi terasa nyaman "kamar mu ada di lantai 2. Ayo aku antar, supaya kamu bisa membersihkan diri dan beristirahat"
Sebelum mengikuti Khadijah ke kamarnya, ia menoleh karena Bilal tak ikut masuk, namun beberapa saat kemudian, Bilal muncul dengan membawa koper milik nya.
Mereka bertiga pun pergi ke kamar Asma.
"Ini kamar mu, kalau kamu engga suka dekorasi nya, warnanya, atau apapun itu kamu kasih tahu aja ya, nanti kita panggil orang untuk mendekor ulangkamar mu" Asma memperhatikan setiap detail kamar nya yg bernuansa putih biru itu, cukup besar, jauh lebih besar dari kamar nya yg di desa. Dan selain itu, kamar ini sangat lengkap, lemari pakaian, lemari untuk buku buku, tv, dvd, meja belajar .dan sofa. Kamar nya juga memiliki jendela kaca yg besar, Asma membuka nya dan seketika angin berhembus masuk menyapu wajahnya seolah memberikan salam penyambutan .
"Aku harus ke pesantren. Ada musyawarah kata
Hubab" ucap Bilal sembari meletakkan koper Asma.
"Tapi apa kamu engga capek, Mas? Sebaiknya istirahat dulu" Seru Khadijah dengan begitu lembut nya, Asma yg mendengar itu merasa minder, ia takkan bisa menajdi istri yg se lembut Khadijah.
"Engga apa apa, sebaiknya kalian berdua istirahat. Biar Bi Mina membantu Zahra membereskan barang nya"
"Ya udah, setelah selesai musyawarah nya langsung pulang ya, makan malam di rumah" Bilal mengangguk. Dan ia menghampiri Asma yg masih berdiri di dekat jendela dan tatapan nya lurus pada taman yg ada di samping rumah nya.
"Zahra, aku pergi dulu. Kamu istirahat ya" Asma enggan menjawab dan itu berhasil mencubit hati Bilal hingga terasa perih.
"Ya sudah, aku pergi dulu. Jangan lupa minum obat mu" Bilal berkata pada Khadijah. Khadijah tersenyum dan menganggukan kepala, dan tiba tiba Bilal langsung bergegas keluar dari kamar Asma, membuat senyum khadijah pudar seketika.
Ada yg Bilal lupakan, ciuman. Selama ini Bilal selalu mencium Khadijah sebelum pergi. Lalu kenapa sekarang Bilal tak melakukan nya?
Khadijah segera keluar kamar Asma dengan perasaan yg kecewa, dan di saat yg bersamaan Bi Mina masuk.
"Neng, biar Bibi bantu membereskan barang mu ya" Asma mengangguk saja. Saat lemari di buka, ia mendapati lemari nya sudah berisi pakaian yg sepertinya pakaian Bilal.
"Kenapa pakaian nya ada disini?" tanya Asma.
"Ini kan kamar Bapak, Neng. Sejak tiga bulan yg lalu, Bapak sering tidur disini"
"Bersama Mbak Khadijah?" tanya Asma ragu, karena ia takkan mau tinggal di kamar ini jika memang kamar ini bekas kamar Khadijah dan Bilal. Namun Bi Mina malah tertawa kecil.
"Tentu saja tidak, Neng Asma. Kamar Ibu ada si sebelah, kamar ini memang kosong. Tapi sejak tiga bulan yg lalu, Bapak mulai menempati kamar ini"
"Apa ini kamar tamu?" tanya Asma lagi.
"Oh bukan, kamar tamu ada di lantai bawah, besok Neng Asma bisa keliling rumah" Asma hanya tersenyum tipis. Setelah Bi Mina meletakkan baju baju Asma di lemari, ia pun pamit keluar untuk menyiapkan makan malam.
"Tunggu...." panggil Asma saat Bi Mina sudah mau turun tangga. "Apa aku boleh minta air?"
"Ya Allah... bibi lupa, Neng" Bi Mina menepuk jidatnya sendiri "Iya, Bibi ambilkan, maaf ya Neng Asma"
"Engga apa apa" jawab Asma dengan sedikit senyum di bibir nya.
.
.
.
Setelah selesai sholat Isya, Asma segera menelepon kedua orang tuanya dan sedikit mengobrol, ia memberi tahu bahwa ia baik baik saja. Walaupun sebenarnya tidak, ingin rasanya di mengatakan bahwa dia ingin pulang saja, tapi kata kata Abi dan kakak kakak nya untuk belajar bersikap dewasa selalu terngiang dalam benaknya.
Setelah memutuskan sambungan telepon nya, Asma merebahkan diri di ranjang nya. Hati nya merasa tidak tenang, fikiran nya seperti berkecamuk, hingga suara ketukan pintu terdengar membuat ia mendesah kesal.
"Neng, makan malam sudah siap. Bapak dan Ibu sudah nunggu di bawah" terdengar suara Bi Mina dari luar kamarnya, dengan malas Asma turun dari ranjang dan membuka pintu.
"Aku engga lapar" ucapnya kemudian menutup pintu kembali. Bi Mina pun memberi tahu Bilal dan Khadijah bahwa Asma mengatakan dia tidak lapar.
"Mas, dia belum makan apapun dari siang, nanti dia sakit lho"
"Biar aku yg bicara, kamu makan aja duluan ya"
Bilal pun segera naik ke kamar Asma, ia hendak masuk kedalam kamar Asma namun ternyata pintu nya di kunci.
"Zahra... buka pintu nya, Sayang" tak ada jawaban dari Asma. Bilal kembali mengetuk pintu nya sekali lagi "Zahra, nanti kamu sakit kalau engga makan" masih tak ada jawaban, emosi Bilal sudah hampir terpancing dengan tingkah Asma namun ia menahan diri.
"Zahra, kalau engga mau buka pintu, aku dobrak nih" tak lama setelah mengucapkan ancaman itu, terdengar suara ceklekan dari dalam, Bilal membuka pintu yg sudah tak di kunci lagi. Ia mendapati Asma sedang duduk di dekat jendela dan membiarkan jendela nya terbuka lebar.
"Zahra... tutup jendela nya, nanti banyak nyamuk, dan juga nanti kamu masuk angin" Bilal segera menutup jendela itu rapat rapat
Asma pun berpindah ke atas ranjang dan masih tak bersuara.
"Zahra... "Bilal menghampiri Asma dan duduk di hadapan Asma "Kamu harus makan, aku engga mau kamu sakit, Sayang" Seru Bilal sambil mengusap pipi Asma lembut
"Aku engga lapar" ucap Asma dan menjauhkan wajahnya dari tangan Bilal.
"Tapi tetap saja kamu harus makan, dari tadi siang kamu belum makan. Atau kamu mau makan di sini? Biar aku bawakan makanan mu kesini ya" Bilal berkata dengan sangat lembut, ingatan Asma berputar kembali pada saat pertama kali ia makan bersama Bilal. Saat itu, ia memarahi Asma yg menyuruh Bi Ida mengantar makanan ke kamar nya.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambil makanan untuk mu" ucap Bilal sambil berdiri.
" Aku akan turun" seru Asma saat Bilal sudah hendak keluar kamar, Bilal tersenyum senang mendengarnya.
"Ayo" Bilal menarik tangan Asma dan membawa nya turun. Melihat suami dan madu nya berjalan berpegangan tangan, tentu bukan pemandangan yg membahagiakan bagi Khadijah. Rasa cemburu kembali menggelitik hati nya, tapi ia akan selalu mencoba menekan rasa cemburu itu karena sekarang Bilal bukan hanya milik nya, tapi juga milik Asma. Dan itu Adalah keputusannya sendiri.
"Zahra, nanti kamu harus menjalani beberapa tes sebelum masuk sekolah, aku rasa kamu engga perlu mengulang nya dari kelas satu, mungkin kamu bisa masuk kelas dua atau kelas tiga. Aku sudah mengurus pendaftaran mu"
Asma hanya mengangguk sambil menyuapkan sesendok nasi kedalam mulut nya dan dengan susah payah ia menelannya.
"Jadi, aku akan memberikan beberapa materi untuk tes, nanti kamu pelajari ya" sekali lagi Asma hanya mengangguk. Bilal dan Khadijah saling pandang, tak tahu lagi bagaimana mengurus Asma jika ja terus seperti ini.
mereka pun makan dalam diam, namun baru beberapa menit, Asma tampaknya sudah selesai meskipun makanan nya masih ada di piring nya, setelah meneguk air dari gelas, ia segera naik kembali ke kamarnya tanpa berbicara sedikit pun.
▪️▪️▪️
Tbc...
Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?
Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?
Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻♀️🤦🏻♀️