Mahren Syafana Khumairoh tidak pernah menyangka dalam hidupnya, jika pertemuannya dengan penyanyi religi —Laki Abrisan Gardia akan membawanya pada kekacauan tak berujung.
Berawal dari bantuan lelaki itu yang membawanya masuk ke dalam hotel, menjadi berita media yang tak ada habisnya. Ditambah sulutan amarah dari keluarga besar sang idola yang terus menuntut sebuah penyelesaian. Pada akhirnya membuat Laki dan Syafa menyepakati perjanjian dalam jalinan suci di luar nalar manusia normal.
Apakah keputusan yang mereka ambil mampu membebaskan mereka dari masalah? Atau malah semakin dalam menyiksa keduanya?
AWAS! ZONA BAPER!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 Hidangan Lelaki Tampan
"Kemana saja kamu selama 28 tahun? Sampai gak bisa masak?" sindir Laki sambil berdiri dari posisi duduk.
"Makanya, kalau orang tua lagi masak, ikut ke dapur. Bantu-bantu," lanjutnya sambil berjalan melewati Syafa. Dia bicara sambil santai, hal itu adalah omongan ringan menurutnya.
Syafa mengeratkan geligi. Omelan Laki membuatnya merasa tersinggung. Dia bicara seenaknya.
Tepat posisi Laki berada tiga langkah di depannya, Syafa mulai angkat bicara.
"Sudah segitu saja nyindirnya? Atau mau di tambah lagi?!" tekannya.
Dengan posisi tetap membelakangi Syafa, Laki serentak menghentikan langkah. Ada nada tidak enak yang di dengar telinganya.
"Takutnya kamu lupa. Pertama, orang tuaku sejak lama meninggalkanku. Dapur rumahku tidak pernah dinyalakan mereka, bagaimana aku bisa bantu-bantu? Kedua, selama ini, aku habiskan semua waktu untuk mencari uang demi menyambung hidup dan menyicil utang yang sudah kamu lunasi," lanjutnya.
Saat itu, sambil mengumpat dirinya, Laki berdiri kaku. Dia menyesali perkataannya sendiri.
"Ketiga..." sambung Syafa.
"Oke, oke. Saya mengerti," potong Laki sambil memutar tubuhnya menghadap Syafa. Kedua lengannya terangkat ke atas. Berposisi seperti narapidana yang tengah di todong pistol polisi.
"Berhenti mengomel. Kamu serius banget hidupnya. Santai Syafa. Gitu saja marah. Ayo, biar saya yang nyalakan dapur rumah ini. Sementara kamu, kamu cukup duduk memperhatikan," perintah Laki.
Serentak Syafa tersenyum senang. Tidak jadi marah. Laki bersedia masak untuknya. "Kalau ada yang menyalakan dapur, aku siap bantu-bantu," ucap Syafa penuh semangat. Wanita itu berjalan cepat mengekori Laki yang berjalan menuju arah dapur. Beuuh... Cepet banget berubah mood nya ni orang, batin Laki sambil geleng-geleng kepala
"Tidak usah. Kamu duduk saja," perintah Laki.
"Katanya harus bantu-bantu biar bisa masak?" keukeuh Syafa. Dia terus berjalan cepat mengimbangi Laki.
"Ini kan pertama kali kamu ke dapur. Kalau langsung bantu-bantu, yang ada nanti malah aneh rasa masakan saya." Syafa mengerucutkan bibir.
"Duduk," titah Laki. Tangannya menunjuk kursi tinggi seperti kursi kafe di Stockholm, yang tertengger di depan meja.
"Iya," jawab Syafa. Wanita itu duduk sambil memangku wajah dengan kedua telapak tangan tersangga di atas meja. Bibirnya menyabit memperhatikan Laki yang mulai mengenakan celemek warna pink dan sibuk memilih bahan-bahan di kulkas.
Udang, cumi, kangkung, dan bumbu-bumbu. Banyak sekali yang lelaki itu siapkan. Dan Syafa yang di perintah untuk diam, mulai penasaran.
"Mau masak apa?" tanyanya.
"Kamu maunya dimasakin apa?" Laki malah balik bertanya.
"Apa saja masakan kamu aku siap menyantap," jawab Syafa sambil mulai memetik bagian muda dari kangkung yang tertengger dihadapannya.
"Setelah lima tahun nikah sama saya, kalau kerjaanmu siap makan terus, apalagi makanannya di hidangkan sama lelaki tampan kayak saya, bisa-bisa tubuhmu melar nanti," ledek Laki.
"Biarin," jawab Syafa. Lalu kembali mulai bertanya. "Bumbu-bumbu itu apa saja namanya?"
Laki menghempaskan napas panjang. Satu sisi dia malas menjelaskan semua bumbu satu persatu. Tapi di sisi lain dia sangat paham, jika dia mengabaikannya, Syafa akan terus bertanya. Akhirnya dengan berusaha sabar Laki menyebutkan satu persatu dan menjelaskan fungsinya.
Dalam hati, Syafa terus mempertanyakan asal kemampuan memasak Laki. Dia sedikit heran menyaksikan seorang penyanyi terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sep di puluhan hotelnya, tapi nyatanya bisa memasak. Bahkan cara dia membelah udang dan memotong cumi pun tidak jauh beda dengan sep Juna. Rasanya Syafa tidak bisa menerima itu. Suami lima tahunnya terlalu serba bisa. Terlalu sempurna. Selain kepribadiannya yang menyebalkan, dia tidak memiliki kekurangan. Apalagi kalau membicarakan ketampanan dan tubuh sixpack nya. Ah… Ini keterlaluan. Kenapa Engkau tidak membagi sedikit kebisaannya denganku ya Allah... batinnya.
"Kamu tau, saya bisa masak karena dulu, Abi sama Ami pernah mengirim saya buat mesantren di pelosok. Gak lama sih, satu tahun saja. Ya, sampai hati saya merasa lebih tenang," jelas Laki. Dia merasa dari tadi Syafa menunggunya untuk menjelaskan hal tersebut.
"Menenangkan hati? Memang kenapa? Patah hati?"
Laki menghentikan aktifitas memotong dan menggoreng ini dan itu. Dia menatap Syafa dengan sinis. "Apa kedua matamu tidak berfungsi dengan benar?! Perlu saya belikan kaca mata?! Tatap wajah ini dan tubuh ini dengan lekat Syafa, apa ada potongan untuk patah hati?! Gak ada! Matahin hati, iya!" Sewot Laki.
Syafa mencebik. Benar kata Syakila dan Kanaya, Laki narsis nya gak ketulungan. "Ngeles nya habis-habisan, padahal Naya bilang kamu pernah tergila-gila sama seorang wanita. Sampai-sampai..."
"Kalau kamu ngomong terus, saya gak jadi masak, nih!" ancam Laki. Membuat Syafa serentak berhenti meledek, dia harus menyelamatkan lambung dalam perutnya yang mulai berdemo. Syafa tau Laki hanya mengancam basa basi, orang masaknya juga sudah hampir selesai ko. Tapi tetap saja dia sedikit was-was. Gimana kalau Laki tidak membaginya, padahal menu nya benar-benar menarik selera. Jangan sampai.
Ting tong.
Tiba-tiba bel pintu penthouse berbunyi. Mengalihkan perhatian kedua manusia yang menjadi penghuninya. Siapa? Sepagi ini? Kalau Damar gak mungkin. Bukan kebiasaan dia menekan bel, biasanya dia langsung masuk tanpa permisi.
"Biar aku yang buka," ucap Syafa sambil melangkah cepat menuju pintu.
...🍃🍃🍃...
Kening Laki mulai mengerut. Sudah sejak lama Syafa membukakan pintu. Wanita itu tak kunjung kembali padanya. Jangankan kembali, suaranya pun hampir tak terdengar.
"Siapa sih tamu nya?" desis Laki sambil menyimpan tumis kangkung di atas meja makan. Selesai sudah masaknya, tinggal makan.
Perlahan Laki berjalan menuju arah pintu. "Lama banget, siapa yang dat..." bicara Laki terhenti. Dia cukup tersentak menyaksikan Syafa tengah menerima buket bunga dari seorang lelaki yang berdiri di balik pintu. Laki belum bisa melihat wajahnya.
Pintu semakin terbuka. Dan saat itu Laki menemukan Bara tengah berdiri sambil mengudarakan senyuman pada Syafa dan pada dirinya.
Laki membalas senyuman.
"Kak Bara, Kirain siapa. Masuk, Kak," ajak Laki. Sementara Syafa masih berdiri mematung di sisian dinding sambil memeluk buket bunga pemberian Bara. Kenapa dia? batin Laki saat melihat wajah Syafa yang memerah dan berdiri kaku.
Sambil berjalan masuk, Bara berkata, "Hari ini dress code nya keren, Ki."
"Hm?" Aisshh... dengan segera Laki mencopot celemek pink yang menempel di tubuhnya, melemparnya ke sembarang tempat.
"Kamu sudah kenal sama Kak Bara, kan? Waktu SMA saya sering lihat kamu mengikutinya menuju ruang penyiaran," ungkap Laki saat Syafa duduk di sampingnya setelah menata bunga pemberian Bara di vas.
Syafa menelan saliva. Menatap Laki sinis. Bener-bener ya ini orang. Gak bisa banget ngejaga lisan! Mengikuti? Memangnya aku penguntit?! rutuk Syafa dalam hati.
"Bukan mengikuti, itu memang saya yang merintah," bela Bara. Mendengarnya Laki hanya mencebik sambil menyandarkan tubuh di sopa.
"Selama ini saya mencarimu, tapi malah Laki yang duluan menemukan. Kamu pinter sembunyi, Ren," ucap Bara panjang lebar.
Ren? Mahren maksudnya?Sejak kapan dia punya panggilan khusus sama si Iroh? gerundel Laki sambil menatap Syafa dan Bara bergantian.
"Bahkan aku gak tau ada yang nyari, Kak. Bagaimana bisa aku sembunyi?" tukas Syafa dengan suara hangat. Wanita itu mengulaskan sedikit senyuman untuk Bara.
Laki menatap sinis Syafa. Bicara sama orang lain dia manis. Giliran sama saya ngajak berantem terus!
"Memangnya kenapa Kak Bara nyari dia? Ada utang yang belum di lunasi?" Laki bicara seenak jidat.
"Tidak. Bukan itu. Justru saya yang punya utang padanya," jawab Bara sambil lagi-lagi menatap hangat pada Syafa beserta rekahan senyuman.
"Hm? Ap- Apa maksud Kak Bara?" gugup Syafa.
"Saya punya utang ungkapan sama kamu, Ren."
"Apa?!" cicit Syafa. Dia tak percaya dengan apa yang baru di dengar olehnya. Wanita itu menunduk canggung. Entahlah. Merasa tidak enak pada Laki yang saat itu berstatus sebagai suaminya, setelah di pikir-pikir rasanya itu tidak perlu. Dari awal Laki sudah mengijinkan untuk bebas jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan siapapun, asal aman dari media. Tapi, diluar sadar ketika ada lelaki lain bicara aneh padanya, tepat di depan lelaki yang sudah mengucapkan ijab untuknya, perasaan itu tetap datang begitu saja. Syafa merasa kondisi saat itu tidak benar.
Laki menyeringai. Lelaki itu bersedekap sambil kembali menatap Syafa dan Bara bergantian dengan ekspresi ketidak percayaan. Apa ini? Saya mau diselingkuhi dalam kurun waktu satu minggu pernikahan? Luar biasa!
...🍃🍃🍃...
To be continued.
.
.
Alhamdulillah sudah update bab 33, hayu... jangan lupa like komen nya ya. Udah segitu aja, hari ini sibuk soal nya hehe. Sehat-sehat semuanya. 🥰🥰
yang handsome pangeran kah?