Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan
"Ba!" Ais mengejutkan Laras dari belakang.
"Astaghfirullah kakak! Bikin jantungan aja sih! Darimana kok lewat sana?" tanya Laras.
"Dari bangsal lah, semalem kamu tidur bareng sama pak Duta ya? Hayo ngaku hayoooo?" selidik Ais penuh curiga pada Laras.
"Ih, gak tidur bareng! Tolong kata-katanya diralat. Dia tidur di sofa, aku dikasih bed tambahan"
"Emang enak ya kalau pacarnya orang penting. Mana ada disini minta bed tambahan terus di acc?"
"Hish, gak pacaran!"
"Iya gak pacaran langsung halalin aja daaahh" goda Ais kembali. Ais melihat meja Laras yang masih berantakan karena sampah bekas makannya belum dibereskan.
"Roman-romannya udah ada yang sarapan nih. Berdua lagi sarapannya. Kamu sarapan sama siapa?"
"Ya sama bang Duta lah, siapa lagi. Udah deh. Kakak mending tidur sana. Ganggu aja"
"Tumben mau diajak breakfast sama cowok. Biasanya aja ditolak" selidik Ais lagi.
"Beda lah kaaaaakkk. Kalau sama yang lain kan memang gak ada hubungan apa-apa dan gak ada rasa apapun"
"Ooooo jadi sekarang udah mulai ngaku niiiihh? Ada rasa dong berarti sama pak Duta?"
"Hisssh, sana tidur. Aku mau ketemu Riana dulu" Laras meninggalkan Ais yang masih cengar cengir karena menggodanya.
.
Riana sedang histeris saat mamah dan papah nya datang. Dila keluar dan menghampiri Laras.
"Dok...." ucapan Dila terpotong.
"Biarkan saja sus, saya ingin melihat seberapa besar keinginan Riana untuk sembuh. Saya juga ingin memberikan syok terapi bagi orang tua Riana. Agar mereka bisa berpikir tentang anak mereka. Kita jadi penonton aja disini"
Dila mengangguk. Laras dan Dila mengamati Rianan dari luar kamarnya. Mamah nya berusaha untuk menyentuhnya tapi ditepis oleh Riana. Orang tua Riana menangis melihat keadaan anaknya seperti ini. Riana kembali duduk di pojokan dan menghapalkan rumus seperti biasanya.
Laras masuk diikuti Dila. "Jangan menyerah ya pak bu, cobalah terus dan terus. Dulu mamah saya juga begitu. Hanya menangis dan histeris" Laras melihat sendu Riana.
Orang tua Riana mengangguk. Mereka berpamitan karena harus segera ke kantor. Laras menghampiri Riana.
"Assalamualaikum Ri" sapa Laras.
"Waalaikum salam. Dokter tahu gak aku dapat nilai A lho"
"Hebaaaatt, terus tadi siapa yang kesini?"
"Papah sama mamah"
"Eh dengerin dokter. Besok lagi kalau ada orang tua datang itu harus diperlakukan yang sopan. Gak boleh teriak seperti tadi"
"Biarin! Mereka kan nyebelin!"
"Apa yang nyebelin dari mereka?"
"Mereka seenaknya. Aku gak suka. Mereka udah bikin aku kecewa tapi sekarang mereka minta maaf. Gak banget!" jelas Riana.
"Kamu lupa? Allah aja maha pemaaf, masa kita yang hanya orang seperti debu gak mau maafin?"
Riana diam tak menjawab. "Harus dimaafkan?" tanyanya kemudian.
"Cobalah. Hati kamu nanti rasanya plong. Dokter balik ya. Masih ada pasien di poli"
"Dokter tunggu. Kalau aku pengen ketemu sama papah mamah lagi boleh?"
Laras tersenyum. "Boleh. Besok kita ketemu lagi. Tapi janji gak boleh teriak-teriak lagi"
"Oke janji"
"Sip"
Laras kembali ke poli. Dia mencari Ais. Tak ada di ruangannya. "Nin, kak Ais kemana?"
Nina mengangkat bahu nya tanda tak tahu.
"Ada pasien gak Nin?"
"Gak ada dok"
"Alhamdulillah, bagus deh"
"Kok bagus?"
"Ya berarti mental mereka sehat semua"
"Iya juga ya dok. Eh dok, dokter Ais beneran cinta mati sama dokter Arjun? Kayak gak ada laki-laki lain aja deh" ucap Nina mengajak menggibah.
"Entah, kenapa sih kayaknya kamu gak suka banget sama dokter Arjun?"
"Mbuh ya dok, tapi rasanya tuh gak sreg gitu. Dia itu kayak orang gak tulus ngunu lhoo"
"Haish mbuh lah Nin. Males juga aku ngurusi dia"
Ais masuk membawa 3 jinjingannya. Laras dan Nina kepo.
"Bawa apaan tuh?" tanya Laras
"Nih, kakak belikan baju. Nin, yang tas biru buat kamu sama Rena. Semoga pas dan suka ya"
"Aaaahhh, terima kasih dokter Ais. Semoga makin berlimpah rejekinya. Aku ke Rena dulu ya dok"
"Aamiin, sana gih" Ais mengusir Nina yang sudah berlari kegirangan mendapatkan hadiah dari Ais.
"Ini ada apa nih? Tumben banget!"
"Nih yang punya kamu. Uang bonus cair, yeeeaay, akhirnyaaaa"
"Alhamdulillah" Laras melihat dress itu. "Pake buat kondangan nanti malam ah, masukin loundry express dulu"
"Hmm. Kakak balik ke ruangan bentar. Melengkapi rekam medis"
"Iya, aku ke loundry bentar"
Mereka berjalan bersama dan menuju tujuan masing-masing.
.
Farid bertemu bupatinya dan memberitahukan ada yang ingin melakukan siaran langsung besok sabtu. Karena hari itu adalah ulang tahun bos nya.
"Gimana pak? Bersedia?"
"Haduh, gimana ya bang. Sabtu saya harus ke rumah perempuan itu untuk menanyakan jawaban atas niatan saya. Tapi saya gak enak juga sama media. Nanti dikiranya sombong. Ya sudah lah terima saja wawancara itu. Nanti saya undur acara pribadi saya"
"Sip" Farid meninggalkan ruangan Duta untuk mwnghubungi wartawan itu kembali.
Duta meraih ponselnya dan mengirim pesan untuk Laras.
Me : Assalamualaikum Ay, maaf besok sabtu kita tidak bisa bertemu. Abang ada wawancara. Kalau hasil istikharoh nya disampaikan minggu gimana?
Laras : Waalaikum salam bang, iya tidak apa-apa.
Duta : Udah makan siang Ay? Makan bareng yuk
Laras : Maaf, Laras udah selesai makan. Jangan telat makan abang, gak baik buat kesehatan.
Duta : Iya, perhatian banget sih.
Laras : Emang gak mau diperhatikan? Ya sudah
Duta : Ya mau lah Ay, apalagi kalau perhatiannya dari istri
Laras : Ih Laras belum bilang jawab niatan abang lho ya. PD amat bakalan diterima
Duya : Positive thinking dong. Abang makan dulu ya Ay 😘😘
Laras : Iya
Duta senyam-senyum sendiri dan menyimpan ponsel nya di dada. Tak lama makanan Duta datang. Dan dia makan dengan penuh kebahagiaan.
.
Malam itu di gedung x sudah ramai orang berdatangan. Ais mengajak Laras untuk menemaninya. Laras menggunakan dress yang dibelikan oleh Ais tadi siang. Anggun. Kata yang cocok untuk 2 gadis itu.
Ais menyalami pengantin terlebih dahulu baru menikmati hidangan yang ada.
"Mau coba itu gak Ras?" Ais menunjuk salah satu stand makanan yang agak di tengah. Laras mengikuti arah telunjuk Ais.
"Ayo, kayaknya enak tuh. Rame banget. Apaan sih menunya"
"Oke, go" mereka menuju stand tersebut dan memang agak berdesakan. Bukan karena makanannya yang enak. Melainkan ada Bupati mereka.
Banyak perempuan yang ingin berfoto dengan Duta. Farid yang mengetahui keberadaan Laras memberi kode kepada Duta.
"Pak, calon bapak" ucapnga berbisik ke telinga Duta.
Laras berpura-pura tak menggubris nya. Dia dan Ais mengambil makanan itu dan memakannya.
"Wajah kamu kenapa merah padam begitu Ras? Kamu cemburu pak Duta foto-foto sama perempuan-perempuan itu?"
"Gak usah ngaco kak, buruan makannya, terus pulang" ucap Laras kesal.
"Kok pulang sih Ras, baru juga coba 3 makanan. Masih banyak yang belum dicobain"
Sedangkan Duta yang ingin menghindar tidak bisa. Mereka ingin terus berfoto bersama Duta. Sampai ada yang nekat mencium pipi Duta. Laras yang melihat kejadian itu langsung melotot tak percaya. Entah mengapa hatinya bergemuruh. Panas mendidih. Air mata berkumpul di pelupuk mata nya. Dengan cepat ia keluar dari sana meninggalkan Ais.
Ais mengejarnya. Dia tahu Laras sedang dipenuhi rasa cemburu. Duta menjadi emosi dengan kelakuan perempuan tadi.
"Maaf, berfoto boleh, tapi jangan mencium saya. Kita ini bukan muhrim. Paham?" kata Duta memarahi perempuan itu.
"Maaf kan saya pak"
"Sudahlah. Saya permisi dulu"
Duta bersama Farid keluar gedung mengejar Laras.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
Maaf ya, semalem ketiduran
😂😂😂