NovelToon NovelToon
Amorfati

Amorfati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Keluarga / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:368
Nilai: 5
Nama Author: Kim Varesta

Amorfati sebuah kisah tragis tentang takdir, balas dendam, dan pengorbanan jiwa

Valora dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarga. Dinodai oleh sepupunya sendiri, kehilangan bayinya yang baru lahir karena ilmu hitam dari ibu sang pelaku. Namun dari reruntuhan luka, ia tidak hanya bertahan—ia berubah. Valora bersekutu dengan keluarganya dan keluarga kekasihnya untuk merencanakan pembalasan yang tak hanya berdarah, tapi juga melibatkan kekuatan gaib yang jauh lebih dalam dari dendam

Namun kenyataan lebih mengerikan terungkap jiwa sang anak tidak mati, melainkan dikurung oleh kekuatan hitam. Valora, yang menyimpan dua jiwa dalam tubuhnya, bertemu dengan seorang wanita yang kehilangan jiwanya akibat kecemburuan saudari kandungnya

Kini Valora tak lagi ada. Ia menjadi Kiran dan Auliandra. Dalam tubuh dan takdir yang baru, mereka harus menghadapi kekuata hitam yang belum berakhir, di dunia di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan menyatu dalam bayangan takdir bernama Amorfati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Varesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Rahasia Dan Dendam

🦋

Pagi itu, pintu kaca utama Wardana Grup berderit pelan.

Shara melangkah masuk sambil menggandeng tangan mungil Zayn. Gavriel berjalan di sisi lain, tegap, jas hitamnya membentuk siluet yang memancarkan wibawa.

Beberapa karyawan wanita yang sedang menunduk menatap layar komputer kini sontak mendongak. Tatapan mereka terpaku pada Gavriel. Ada kekaguman yang tak berani terucap, bercampur mimpi-mimpi yang mereka tahu mustahil.

Namun pandangan itu beralih ketika melihat bocah laki-laki yang digandeng Shara.

"Siapa anak itu? Bukannya anak Nyonya Shara yang paling kecil nona Disha?" bisik seorang karyawan.

"Tampan sekali… wajahnya dingin, tapi matanya tajam," gumam yang lain.

"Kalau diperhatikan… kenapa wajahnya mirip..." karyawan ketiga terhenti, bingung mengaitkan ingatan yang samar.

"Tidak mungkin itu anak Tuan Gavriel. Dia belum menikah," celetuk yang lain sambil terkekeh sinis.

Gavriel tetap berjalan, wajahnya datar, seolah telinga ini tak mendengar apa pun. Zayn pun sama, tatapannya lurus ke depan persis seperti ayahnya.

Lalu suara tegas memotong gumam-gumam itu. "Semua karyawan harap berkumpul di ruang rapat. SEKARANG!"

Seperti komando militer, seluruh karyawan bergegas. Tak ada yang berani melawan perintah Shara, mengingat reputasinya yang tak segan memangkas gaji jika disiplin diabaikan.

Di ruang rapat, Shara duduk di kursi utama. Zayn dipangkunya, dan sebuah permen merah maroon diselipkan ke tangan kecil itu. Pemandangan ini membuat semua orang membeku, sisi lembut Shara adalah legenda yang nyaris tak pernah terlihat.

Namun momen itu singkat. Gavriel melangkah maju, mengambil Zayn dari pangkuan ibunya. Shara berdiri untuk berbicara.

"Terima kasih atas kerja keras kalian. Bulan ini, semua akan mendapat bonus."

Tepuk tangan membahana. Bonus dari Shara adalah fenomena langka.

"Dan tiga hari lagi, kita akan merayakan penyambutan cucu laki-laki pertama saya. Semua diundang ke kediaman Wardana."

Bisik-bisik mulai memenuhi ruangan.

"Cucu laki-laki?"

"Jadi… anak itu cucu Nyonya Shara?"

"Tapi… anak siapa? Putra Nyonya Shara kan belum menikah?"

Gavriel, yang sedari tadi hanya diam, akhirnya melangkah ke depan. Tatapannya menusuk, membuat ruangan senyap.

"Namanya Zayn Arkananta Alsaki. Dia putraku… dengan Valora."

Gumaman kaget terdengar. Sebagian mengenal nama itu.

"Valora… apa itu putri bungsu keluarga Majesty?"

"Ya Tuhan… wajahnya mirip sekali."

Gavriel hanya tersenyum tipis, menyimpan pikirannya sendiri.

(Aku akan membenahi semuanya, Valora. Kau akan kembali padaku sebagai Valora, bukan Kiran.)

*AS Grup*

Sementara itu, di dunia yang berbeda suasananya, Kiran tengah memilih bunga untuk villa. Auliandra sibuk memeriksa daftar di laptop.

"Ki, tolong belikan lampu-lampu untuk villa, ya."

"Baik." Kiran membereskan dokumen, malas berdebat.

Jevano masuk, membawa dua tangkai Daffodil. "Siang, girls."

Kiran hanya mengangkat alis.

"Untuk kekasihku," katanya, menyelipkan Daffodil ke telinga Kiran. Lalu satu lagi ke telinga Auliandra.

Auliandra menatap dingin. "Kamu tahu kami benci pria yang mencintai dua wanita sekaligus."

Kiran melepas bunganya, meletakkannya di meja, lalu pergi.

Auliandra tak menoleh saat berkata, "Temani dia memilih bunga untuk taman."

"Baik, tuan putri." Jevano membungkuk dramatis dan bergegas mengejar Kiran.

Di Tangga

"Kiran, tunggu!" seru Jevano menuruni anak tangga.

"Jangan lari, nanti jatuh!" Kiran menoleh, khawatir.

Sesampainya di bawah, ia menyerahkan kunci mobil. Jevano mengerti tanpa kata.

Perjalanan menuju toko bunga diwarnai keheningan yang canggung. Hanya suara mesin mobil dan tarikan napas.

Di toko bunga, Kiran menunjuk dua pilihan. "Mawar merah atau mawar hitam?"

"Keduanya indah. Seperti kamu dan Auliandra," jawab Jevano.

Pemilik toko ikut menimpali, "Keduanya elegan, cocok untuk nona."

Kiran menempelkan stiker kupu-kupu di keduanya. "Yang ada stikernya, aku beli."

*Di mobil*

Dalam perjalanan pulang, Jevano memberinya seikat Daffodil. "Untukmu."

Kiran tersenyum samar. "Terima kasih."

Namun Jevano menatapnya penuh tanya. "Ada apa denganmu hari ini?"

Air mata Kiran menggenang. "Aku… hanya merindukan Zayn."

Jevano terdiam. Lalu membawanya ke bukit dengan pemandangan kota.

"Menangislah di sini. Hanya aku yang akan mendengar."

Kiran menangis lama, sampai akhirnya kelelahan dan bersandar di bahunya.

"Jika Gavriel memintamu kembali, apa jawabmu?"

"Tidak. Aku tak akan kembali pada pria yang menghancurkan hidupku."

Matanya tajam, suaranya mantap. "Kalau takdir menuliskan dia sebagai suamimu?"

"Aku lebih memilih mati."

Keheningan jatuh. Angin membawa sisa aroma bunga Daffodil.

Angin bukit berhembus pelan, menyibakkan helaian rambut Kiran. Jevano menatapnya sekilas, melihat rahang yang mengeras tanda bahwa luka lama kembali menganga.

"Bukan hanya Gavriel yang aku benci… tapi seluruh keluarganya," suara Kiran merendah, namun sarat racun.

Jeveno menghela napas. "Kamu juga sepupu Gavriel. Kamu bagian dari keluarga itu."

Kiran menoleh, senyum sinisnya tipis seperti sayatan. "Hanya orang tak waras yang merebut mahkota sepupunya sendiri."

Jevano menunduk, tak membantah.

"Dia merebutmu dariku karena mencintaimu, Kiran."

"Tidak, Jevan. Gavriel tidak mencintaiku. Dia ingin merusakku… karena aku lebih bersinar darinya."

Kiran menarik napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya bergetar menahan emosi.

"Sebenarnya, kakek Wardana pernah berniat memberi separuh warisannya untukku. Aku adalah cucu perempuan pertama yang lahir di dalam rumah itu. Mami Maura adalah menantu kesayangannya."

Mata Jevano sedikit melebar. "Itu berarti… dia takut warisan jatuh ke tanganmu?"

"Bukan takut, tapi serakah." Kiran menatap jauh ke arah lampu kota. "Tante Shara selalu khawatir kalau warisan itu jatuh ke Mas Lucas. Karena Mas Lucas cucu laki-laki dari kakek Wardana… sementara Raditya, putra kandungnya, bukan garis keturunan langsung."

Jevano menarik napas berat. "Perselisihan keluarga… ujungnya selalu harta."

Kiran menoleh padanya, matanya dingin. "Tahukah kamu kenapa ayah meninggalkan keluarga Wardana dan memilih memakai marga mami?"

"Karena Tante Shara?"

"Ya. Karena dia memperlakukan Mami Maura seperti pembantu di rumah itu. Ayah tak tahan melihatnya direndahkan setiap hari."

Hening sejenak. Hanya suara angin yang terdengar.

"Dan kamu tidak tergiur sedikitpun dengan harta itu?" tanya Jevano pelan.

"Tidak. Mami mengajarkanku… jangan rakus. Harta tak akan ikut ke liang lahat. Yang penting, harga diri."

Jevano menatapnya lama. "Didikan itu yang membuatmu tetap tegak hari ini."

Kiran hanya tersenyum pahit. "Dan yang membuatku mampu membalas. Aku akan buktikan, Jevan… bahkan laki-laki berkuasa pun bisa jatuh di tangan wanita yang pernah mereka sakiti."

Di Kediaman Wardana – Malam Itu

Sementara itu, di ruang kerja beraroma kayu manis dan tembakau, Gavriel berdiri di depan jendela besar, memandang lampu kota yang sama dari arah berbeda.

Di tangannya, sebuah foto lama Valora, senyum gadis itu masih sama seperti yang menari di kepalanya.

Shara masuk tanpa mengetuk. "Jangan ulangi lagi menyebut nama Valora di depan orang banyak."

Gavriel menoleh, matanya tajam. "Dia ibu dari anakku, Bu. Dan nama itu akan selalu ada."

Shara mendekat, suaranya dingin. "Nama itu sudah mati. Sama seperti pemiliknya."

Gavriel mengepalkan tangan, namun memilih diam.

(Kiran… kau boleh lari sejauh apapun. Tapi aku akan menemukanmu. Dan kali ini, kau tak akan punya tempat untuk bersembunyi.)

🦋To be continued...

1
eva lestari
🥰🥰
Nakayn _2007
Alur yang menarik
Sukemis Kemis
Gak sabar lanjut ceritanya
Claudia - creepy
Dari awal sampe akhir bikin baper, love it ❤️!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!