Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar Pekerjaan
Mobil Edward pun sampai di rumah megahnya. Khalisa yang kekenyangan pun tertidur pulas di dalam mobil Edward.
"Hei bangun," Ucap Edward yang mencoba membangunkan istrinya.
Tidak ada pergerakan dari Khalisa. Edward mulai memberanikan diri untuk menggoyang- goyangkan tubuh istrinya. Namun hasilnya masih nihil. Khalisa malah tertidur lebih pulas.
"Lagi lagi aku harus menggendongnya." Racau Edward.
Pak Yahya sudah berdiri di depan rumah menyambut kedatangan Edward. Pria paruh baya itu tak pernah terlihat lelah sedikitpun.
Edward mulai membuka pintu mobilnya dan menggendong tubuh istrinya lalu membawanya ke dalam kamarnya. Saat sampai dikamar, Edward pun membaringkan Khalisa diatas ranjangnya. Saat akan pergi, tangan Edward di tarik oleh Khalisa dengan kencang.
"Hei ada apa?" Tanya Edward namun tak ada balasan dari Khalisa.
Nafas Khalisa tiba-tiba berat. Kedua alisnya menyatu. Tubuhnya sedikit menegang.
"Sepertinya ia bermimpi buruk." ucap lirih Edward.
Genggaman Khalisa semakin terasa kuat seakan Edward tak boleh beranjak dari tempatnya. Dia kenapa? Genggaman tangan istrinya kini sedikit mengendur dan terlepas. Meskipun begitu, Edward tak beranjak dari tempatnya. Ia terus memandangi istrinya yang sepertinya telah selesai melewati fase mimpi buruknya.
Setelah cukup puas memandangi Khalisa, Edward berjalan untuk mencuci wajahnya di kamar mandi. Saat kembali, ia mendengar suara tangisan. Ia melihat istrinya yang menangis namun matanya masih terpejam.
Tampaknya belum selesai mimpi buruknya. Batin Edward.
Tangisan Khalisa yang awalnya pelan, kini semakin sedikit keras. Edward mencoba untuk acuh, tapi tangisan itu kini mengganggunya. Edward mulai membangunkan Khalisa. Namun sang istri itu tetap dengan posisinya. Ia akhirnya memberanikan diri untuk memegang tangan Khalisa.
"Tidak ada pilihan lain." ucap lirih Edward.
Edward mulai memeluk tubuh Khalisa. Dengan cepat Khalisa membalas pelukan Edward. Momen Akward itu kini sedang dialami oleh Edward. Ia berusaha menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba menenangkan hatinya. Bahkan ia sampai menghitung kambing dari satu ekor sampai 50 ekor.. Setelah itu barulah dirinya terlelap di dalam pelukan Khalisa.
Matahari mulai meninggi menunjukkan eksistensinya. Cahayanya mulai menembus kaca jendela kamar Edward. Khalisa mulai membuka pelan matanya.
Betapa terkejutnya ia tertidur dalam pelukan suaminya. Dengan berhati hati, ia ingin melepaskan diri dari pelukan suaminya. Namun Edward malah memeluk erat Khalisa.
"Aduh kok bisa gini sih?" batin Khalisa dengan membuang nafas kasar.
Tak berapa lama, Khalisa yang menyadari bahwa Edward akan terbangun dari tidurnya. Dengan sigap, Khalisa kembali berpura-pura masih tertidur.
Edward tersenyum melihat wajah Khalisa yang masih terlelap. Dengan kesadaran penuh, Ia mengecup kening istrinya dan membelai rambutnya. Edward tak tau bahwa istrinya sedari tadi sudah bangun dari tidurnya.
Tak dapat dipungkiri, bahwa Khalisa merasa nyaman berada didalam dekapan Edward. Begitupun sebaliknya. Mereka berdua memilih untuk melanjutkan tidurnya hingga sebuah alarm ponsel berbunyi keras.
Edward berjalan menuju kamar mandinya, sedangkan Khalisa, ia masih berpura pura masih tidur. Setelah Khalisa mendengar gemericik air dari kamar mandi, ia pun bangun dan meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Aku harus berakting seperti tidak terjadi apa apa." Batin Khalisa.
Setelah Edward keluar dari kamar mandinya, Khalisa sudah berada tepat di depan kamar mandi. Ia pun segera masuk kedalamnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Bisa bisanya dia mengacuhkanku?" Batin Edward dengan menatap ke arah Khalisa.
" Apa dia tidak sadar? Dasar gadis aneh!" Lanjutnya.
Edward memilih tak langsung berjalan menuju walk in closet miliknya. ia memilih bermain ponselnya untuk memantau beberapa laporan harga saham perusahaannya dari ponselnya.
Khalisa yang keluar dari kamar mandi pun kaget dengan penampilan Edward. Bagaimana tidak? Edward hanya memakai handuk. Paha kekarnya sedikit terlihat hingga membuat Khalisa menjerit.
"Aaaaaa.." teriak Khalisa kaget dengan menutup wajahnya.
"Ada apa ada apa?" Tanya Edward yang panik.
"Kenapa tidak pakai baju?" Jawab Khalisa yang masih menutupi wajahnya.
"Aku kira apa." Jawab Edward yang tanpa berdosa.
Edward pun menaruh ponselnya dan melangkahkan kaki menuju Walk in closet nya.
"Mau kemana?" Tanya Khalisa dengan penuh keraguan.
"Mau ganti baju lah!" Jawab Edward ketus.
"Aku dulu!" Ucap Khalisa yang tiba-tiba berlari lalu masuk kedalamnya.
Pintu ruang ganti Edward telah terkunci dari dalam setelah Khalisa berhasil memasukinya.
"Shiiiit!!" Teriak Edward yang merasa gemas dengan perilaku istrinya itu.
Didalam ruangan, Khalisa tersenyum penuh kemenangan. Khalisa segera mengganti baju karena ia hendak pergi melamar pekerjaan. Khalisa tampak kaget melihat beberapa bajunya bertambah. Bukan hanya baju, namun koleksi sepatunya pun juga bertambah.
"Ini pasti ulahnya." Ucap lirih Khalisa dengan mengambil setelan kemeja dan rok span berwarna hitam.
Setelah selesai bersiap Khalisa keluar dari ruang gantinya, namun Ia tak melihat batang hidung suaminya berada di dalam kamar itu.
"Mas Edward dimana ya? Apa aku sudah keterlaluan?" Ucap lirih Khalisa sedikit merasa bersalah.
Belum lama Khalisa mempertanyakan keberadaan suaminya, Edward keluar dari kamar mandi dan memberi tatapan tajam kepada istrinya. Khalisa hanya mampu memberikan senyum manisnya saja.
Setelah beberapa lama Khalisa merias tipis wajahnya, Edward keluar dari walk in closetnya dengan menenteng sebuah paperbag besar.
"Ini untukmu. Anggap saja sebagai hadiah dariku." Ucap Edward.
"Apa ini mas?" Tanya Khalisa bingung.
"Buka saja." Jawab Edward dengan datar.
"Waah!! Makasih mas!" Ucap senang Khalisa karena melihat tas biru muda yang Edward berikan.
"Oh ya mas, hari ini aku mau melamar kerja. Doakan aku bisa diterima ya mas." Pinta Khalisa dengan penuh semangat.
"Iya. Sore nanti aku mau mengunjungi temanmu itu. Apa kamu mau ikut?" Tanya Edward yang tiba tiba.
"Boleh mas." Jawab Khalisa yang disertai senyumannya yang melebar.
Mereka berdua pun turun kebawah untuk sarapan terlebih dahulu. Seperti biasa mereka berdua berakting seperti pasangan suami istri yang saling mencintai.
"Edward, besok adikmu akan kembali ke luar negeri." Ucap Vony yang memecah keheningan di atas meja makan.
"Baiklah" ucap singkat Edward.
Kedua adik Edward pun menatap Khalisa dengan tatapan memohon. Namun Khalisa hanya memberikan respon senyuman yang membuat Megan dan Radit putus asa.
Sekertaris Fian yang baru saja tiba di rumah Edward sedang duduk di ruang tamu menunggu Edward menyarap menu sarapannya.
Setelah sarapan, Edward pun berjalan menemui sekertaris Fian di ikuti Khalisa. Seperti biasa, Sekertaris Fian akan menjelaskan jadwal kerja Edward.
"Hati hati ya mas." Ucap Khalisa kemudian mencium punggung tangan Edward.
"Iya." Jawab singkat Edward.
Setelah kepergian Edward, Vony menghampiri Khalisa dan menjambak rambutnya yang sudah tertata rapi.
"Mau kemana kamu?" Ucap Vony yang masih menjambak rambut Khalisa.
"Ma sakit ma.. Aw!" Ucap Khalisa yang kesakitan.
Vony pun melepaskan rambut Khalisa dan mendorong Khalisa hingga tersungkur di atas lantai.
"Hei orang kampung! Kamu itu tidak pantas berada disini!" Ucap sinis Vony dengan melipat kedua tangannya di dada.
"Aku istrinya mas Edward Ma! Mama jangan begitu!" Sahut Khalisa dengan sedikit menangis.
"Dengar ya! Sampai kapanpun kamu bukan menantuku!" Teriak Vony marah.
Vony pun pergi meninggalkan Khalisa sendiri yang menangis. Sementara pak Yahya melihat dari kejauhan. Ia pun bergegas mengeluarkan ponselnya dan melaporkannya kepada Edward. Namun sebelum pak Yahya melaporkannya, terdengar suara mobil Edward tengah kembali lagi ke rumahnya.
Edward pun melihat Khalisa masih menangis dan berusaha berdiri. Khaliaa langsung menghapus air matanya dan berusaha tidak terjadi apa apa.
"Kenapa kamu?" Tanya Edward yang pura pura tidak tau.
"Ayo ikut aku, aku akan mengantarmu." Sambungnya.
Khalisa pun hanya terdiam dan menerima ajakan Edward. Di dalam mobil pun hening. Namun Khalisa berusaha untuk tak menunjukkan kesedihannya.
Sebelumnya ia telah mendengar semua percakapan istrinya bersama Vony, mamanya. Karena dia telah memasang GPS dan penyadap suara di tas milik Khalisa. Namun kali ini ia memilih untuk berpura-pura tidak tau sampai istrinya sendiri yang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Mas, kenapa kamu kembali?" Tanya Khalisa yang seakan akan tidak terjadi apa apa.
"Aku ingin sekali mengantarmu. Aku ingin tau tempatmu melamar kerja." Jawab Edward yang mengimbangi istrinya.
Khalisa hanya tersenyum tak menanggapinya.
Mobil Edward pun melaju menuju perusahaan tempat Khalisa melamar kerja. Sebelumnya Khalisa telah mengirimkan beberapa surat lamaran pekerjaan di beberapa perusahaan. Namun hanya ada satu perusahaan yang merespon.
"Mas, aku turun disini saja. Orang orang di dalam pasti akan tau siapa kamu." Ucap Khalisa.
"Baiklah." Sahut Edward.
Sebelum Khalisa turun, ia pun kembali mencium punggung tangan Edward. Edward pun membalas dengan mencium kening istrinya.
Khalisa pun berjalan menuju kantor perusahan tersebut.
"Fian, atur semuanya." Perintah Edward.
"Iya tuan." Jawab sekertaris Fian.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣