Aruna adalah seorang perawat di poli psikiater yang bekerja bersama sahabat lamanya, Dirga — seorang dokter psikiater . Persahabatan mereka yang telah terjalin sejak SMA berlanjut hingga dewasa, bahkan keluarga mereka pun saling mengenal dekat. Namun kehidupan Aruna berubah ketika ia mulai menerima teror misterius dari seseorang yang terus mengintainya. Ketakutan membuatnya mencari perlindungan pada Dirga tanpa berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah tekanan batin itu, keduanya juga menghadapi desakan orang tua masing-masing untuk segera menikah.
Dalam kebingungan dan rasa terdesak, Aruna dan Dirga akhirnya sepakat menikah. Bagi Dirga, pernikahan itu hanyalah cara memenuhi keinginan keluarga. Namun bagi Aruna, keputusan itu menyimpan alasan tersembunyi . Seiring waktu, Dirga mulai melihat sisi lain dari Aruna: trauma, luka, dan rahasia masa lalu yang membuatnya hancur dalam diam.
Akan kah Cinta akan menyatukan mereka atau mungkin akan memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26.Penuh pertanyaan yang terpendam
Dirga membuka pintu mobil,Dan melihat Aruna menatap nanar ke depan dengan wajah pucat dan gemetar.
"Runa... Runa lo kenapa? . "ucap Dirga meletakkan boks - boks makanan itu lalu langsung melompat menaiki mobil untuk menyadarkan Aruna.
"Aruna... Aruna sadar Run!. " ucapnya mendekap tubuh Aruna dan menggerak - gerakkannya.
Aruna melihat ke arah Dirga nafasnya terasa tercekat di tenggorakan, seolah ia lupa cara bernafas. Namun Dirga berusaha untuk mengarahkan Aruna.
Dirga masih menahan tubuh Aruna,"Tarik nafas pelan - pelan... buang. "ucap Dirga , diikuti oleh Aruna.
"Bagus Run,ulangi lagi... " ucap Dirga mengarahkan dengan tangannya.
Aruna menarik nafas dan menghembuskannya berulang kali sampai ia merasa tenang. Perlahan wajahnya kembali berwarna, air matanya berhenti menetes dan tarikan nafasnya mulai normal , gemetar di tangannya juga telah hilang berganti dengan genggaman kuat dari tangan Dirga.
"Kita pulang sekarang ya!. "ucap Dirga melepas genggaman tangan Aruna perlahan.
Aruna mengangguk lalu perlahan bersandar ke kursi tanpa mengatakan apapun.
_______
Sesampainya di rumah Dirga tetap diam membiarkan Aruna berjalan lebih dulu masuk kedalam apartemen . Dirga mengikutinya dari belakang ,Dirga membawa boks - boks kecil berisi makanan ke dapur dan memasukkannya kedalam kulkas.
Dirga melihat Aruna masuk ke dalam kamar dengan wajah yang lesu setelah kejadian tadi. Dirga masih tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Aruna, kenapa Aruna seperti ketakutan seperti pasien dengan gangguan PTSD?( (Post-Traumatic Stress Disorder) atau dalam bahasa Indonesia disebut gangguan stres pascatrauma) .Tapi Dirga tidak ingin menyimpulkannya sendiri, karna selama ia mengenal Aruna tidak ada trauma berat yang membuatnya seperti itu.
"Semoga kecurigaan gue nggak bener Run, gue tau gimana lo. ngga mungkin lo mengalami PTSD. " gumam Dirga melihat ke arah pintu kamar yang terbuka sedikit.
Setelah selesai memasukkan semua boks tersebut Dirga segera pergi ke kamar. Saat sampai di kamar Dirga melihat Aruna telah terlelap meringkuk dengan mata sembabnya di atas kasur tanpa selimut.
Dirga duduk di pinggir kasur di dekat Aruna menarik selimut untuknya sampai ke dada.
"Lo kenapa sih Run, apa ada yang lo sembunyiin dari gue? . " ucap Dirga pelan meraih pucuk kepala Aruna lalu mengelusnya.
Aruna mengeliat dalam tidurnya air mata Aruna menetes.
"Jangan.... hikss... jangan! "
"Ampun... hiks. "
Gumam Aruna dengan mata yang masih terlelap, Dirga menatapnya dengan bingung lalu langsung meraih tangan Aruna menggenggamnya erat. Aruna membalas genggam tangan Dirga erat dengan kondisinya yang masih terlelap dan wajah ketakutan.
Dirga tidak melepas tangannya dari genggaman Aruna, memperbaiki posisi tidurnya dengan berbaring ,mengenggam dan memeluk tubuh Aruna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Halo, apa ini agen properti untuk Apartemen Veranda Suites Lantai 15 , unit B. "suara Iren terdengar lembut namun penuh tekanan."Apakah unit itu masih tersedia?. Saya ingin pindah secepatnya."
“Baik, Ibuk. Akan saya periksa dulu, mohon tunggu sebentar,” jawab suara di seberang, terdengar profesional.
Tak lama kemudian, suara itu kembali, “Baik, Ibuk. Untuk lantai 15 unit B08 masih tersedia dan dalam kondisi kosong. Apakah Ibu berencana menyewa atau membelinya?”
“Saya akan menyewanya,” jawab Iren cepat tanpa ragu.
"Baik ibuk, ibuk bisa datang langsung ke sini untuk menandatangi dokumen dan melihat kondisi aparteman secara langsung. Ibuk bisa mengabari jadwal kedatangan ibuk pada kami nanti. "
"Baiklah. "Ucap iren menutup telfon senyuman manis tergambar di wajahnya.
"Bagus, itu berarti gue akan jadi tetangga Dirga dan gue bisa dengan mudah memastikan secara langsung apakah mereka benar tinggal berdua, atau ....apa yang gue lihat kemarin itu hanya sekedar bantuan pertemanan. "Ucap Iren dengan rencana gilanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi harinya di dalam Apartemen , Aruna mengeliat. Tembusan cahaya matahari yang masuk dari sela jendela membuat matanya terasa silau. Aruna membuka matanya perlahan namun hembusan nafas dan dekapan yang hangat membuat Aruna merasa ada yang beda dengan posisi tidurnya. Aruna langsung membuka matanya sempurna , seketika mata Aruna langsung membulat sempurna, posisi wajah Dirga yang begitu dekat dengan wajahnya membuat Aruna spontan menahan nafas , sampai akhirnya Aruna berteriak keras.
"AAAAAAAA.... " Teriak Aruna, tangannya melepaskan genggaman tangan Dirga dan dengan Reflek kakinya menendang tubuh Dirga hingga laki-laki itu terguling menghantam lantai.
Akh. . .aaakkk
Dirga meringis kesakitan posisinya yang masih setengah sadar meringis di atas lantai. Dirga membuka matanya lebar memegang pergelangan tangannya yang terasa begitu ngilu. Ia menatap Aruna yang duduk di atas ranjang dengan posisi panik menatap ke arahnya.
"Lo ngapain sih Run, masih pagi ini?. "ucap Dirga dengan kesalnya beringsut duduk di atas lantai.
"Lo yang ngapain Ga, ngapain lo meluk - meluk gue. " ucap Aruna mendekap tangannya di dada seolah ternodai oleh Dirga.
Dirga tercengang melihat ekspresi Aruna, "Lo pikir gue cowok apan. Lo yang nahan tangan gue tadi malam kalau nggak mana mungkin gue tidur di samping lo. Malah bagian gue kecil banget, sempit, tangan gue juga pegel di pegangin sama lo. " jelas Dirga mencurahkan iai hatinya.
Perlahan tangan Aruna beranjak dari dadanya, pandangannya beralih kearah jendela. "Oh ya, kok gue nggak inget. Bisa aja kan lo ambil kesempatan dalam kesempitan. "
"Kalau gue ambil kesempatan dalam kesempitan udah nggak pake baju lo sekarang. ''ucap Dirga berdiri hendak keluar kamar.
Aruna terbelalak dengan ucapan Dirga namun pria itu terlihat biasa - biasa saja.
"Udah buruan mandi!. " ucap Dirga keluar dari kamar tanpa menunggu kata - kata Aruna.
Aruna berdecak, "Bisa - bisanya dia keliatan biasa aja nggak tau apa jantung gue hampir aja mau loncat. " kesla Aruna menyibak selimut lalu bergerak ke arah kamar mandi.
Di balik pintu Dirga menguping ucapan Aruna ia tersenyum kecil , lalu memastikan langkah Aruna menuju kedalam kamar mandi. Begitu suara air terdengar Dirga kembali masuk kedalam kamar berjalan menuju kamar mandi lalu memegang gagang pintu kamar mandi hendak membukanya.
.
.
.
Bersambung
Wah wah Dirga mau ngapain nih? mau ngintip Aruna mandi apa gimana? 😯😱
Kalau mau ngintip pun juga nggak papa sih lagian juga halal juga😁
...~Aruna Dirga~...
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤