NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

Kairos Valente.

Seorang pria yang memiliki masa lalu percintaan yang kelam hingga menambah traumanya. Trauma akan kekerasan yang dilakukan oleh Daddy nya kepada Mommy kandungnya. Kairos Valente mengidap penyakit CPTSD. Pewaris Valente Corp. sebuah dinasti yang dibangun oleh mendiang kakek Valente diwariskan kepada kedua cucunya yaitu Kairos Valente dan Aureliany Valente. Namun, karena Aurel tidak tertarik di dunia bisnis, Valente Corp. dipimpin oleh Kairos Valente. Suatu pertemuan tidak disengaja di suatu malam antara Kairos dan seorang gadis yang bernama Aurora membuatnya tersentuh. Semesta menemukan mereka, obsesi Kairos mendekati gadis itu tumbuh semakin besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Paksa

Jarum jam baru menunjuk pukul tujuh malam, namun suasana rumah sakit sudah terasa lengang. Di antara cahaya lampu yang lembut, kamar Aurora masih terang—tanda penghuninya belum terlelap.

Kairos duduk di kursi dekat ranjang, sepiring makanan hangat di tangannya.

Ia mengenakan setelan santai, hari ini dia tidak ke kantor dan memilih menemani Aurora.

“Kamu belum makan sejak siang,” suaranya berat, nyaris seperti teguran tapi ada nada cemas di baliknya.

Aurora yang bersandar di bantal hanya menggeleng pelan.

“Belum pengen.”

Kairos menghela napas, menatapnya lama. Tatapannya dalam, seolah sedang menilai apakah Aurora benar-benar tidak lapar atau hanya keras kepala seperti biasanya.

“Gitu mulu dari tadi, sekarang udah malam, dan aku nggak lihat setengah sendok pun masuk ke perut kamu.”

Aurora menatapnya sebentar, lalu memalingkan wajah ke arah jendela.

“Aku cuma capek. Makan malah bikin perut mual.”

Kairos menyandarkan tubuhnya ke kursi, rahangnya mengeras.

“Capek?” suaranya menurun, berat dan tajam. “Aurora, kamu bahkan nggak bisa berdiri tanpa aku bantu. Kamu pikir tubuhmu bisa pulih kalau kamu terus begini?”

Aurora menghela napas, suaranya kecil tapi masih terdengar jelas.

“Aku cuma butuh waktu, bukan maksain diri makan.”

Kairos tertawa pendek, sinis, tapi bukan karena marah melainkan frustasi.

“Gadis keras kepala bahkan saat lemah gini."

Kairos mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci.

"Kamu memang suka aku paksa hmm? ."

Aurora menggigit bibir bawahnya, matanya mulai berair karena lelah bukan takut, tapi tersentuh dan kesal dalam waktu bersamaan.

“Tuan selalu pengen ngatur semuanya…” suaranya lirih. “Bahkan hal sekecil makan pun Tuan jadikan perintah.”

Kairos menatapnya, sorot matanya melunak sedikit, tapi nada suaranya tetap dominan.

“Kalau perintah itu bisa bikin kamu tetap hidup, aku nggak peduli terlihat sekejam apa.”

Aurora terdiam.

Ia tahu pria itu tidak akan menyerah. Kairos mengambil piring di meja, menyendok sedikit makanan, dan mendekat.

“Sekarang buka mulutmu.”

“Tuan Kai—”

“Jangan debat lagi, Aurora,” potongnya pelan tapi tegas. “Aku udah cukup sabar hari ini.”

Aurora menatapnya lama, tidak ada pergerakan membuka mulutnya.

Kairos menghela napas, menatapnya lama. Tatapannya dalam, seolah sedang menilai Aurora yang begitu keras kepala seperti biasanya.

“Kalau itu yang kamu mau,” ujarnya datar.

Ia memasukkan makanan itu ke mulutnya sendiri lalu mengunyah perlahan, rahangnya tampak mengeras di bawah cahaya lampu.

Setiap gerakannya terukur, tenang, tapi mengandung ketegangan aneh yang membuat udara di antara mereka terasa lebih berat.

Aurora menatapnya diam-diam, melihat bagaimana Kairos mengunyah makanan itu sampai benar-benar hancur. Ia tidak menelan dengan tergesa.

Gerakan cepat Kairos yang tidak terduga membuat Aurora terkesiap.

Kairos memajukan wajahnya mengikis jarak dengan Aurora. Tangannya mencengkeram ujung ranjang pasien. Kemudian bergerak menyentuh teng*k*uk Aurora dengan gerakan lembut dan penuh keyakinan.

Gerbang suara Kairos menyentuh lembut milik Aurora. Permukaan b*ibir gadis itu terasa manis bagi Kairos membuatnya sedikit hilang fokus dengan niat awalnya.

Sementara Aurora yang tidak siap masih mencerna situasi, tapi otaknya seolah membeku dan tidak tahu harus merespon apa.

Kairos semakin gencar melakukan aksinya menggoda Aurora, melakukan gerakan agar Aurora tidak hanya diam seperti patung.

Tangan Kairos merayap kebawah, membelai dengan gerakan sen*su*al, nafasnya terasa hangat di le*her Aurora.

Aurora mengerjap, tangannya meremas pakaian Kairos seolah menyalurkan sensasi yang tidak karuan.

Kairos masih berusaha mendorong makanan, ia memberikan gig*itan kecil membuat Aurora mendesis dan membuka mulut.

"Shhh."

Tak menyiakan kesempatan yang ada, Kairos mendorong makanan ke tempat yang ia inginkan. Gerak rasa Kairos merengsek masuk memaksa Aurora menelan makanan itu.

Setelah memastikan misinya selesai, Kairos bangun. Ia menyandarkan tubuh, menahan sesuatu yang membara di dalam tubuhya. Mata elangnya menatap Aurora yang menelan makanan dengan wajah yang merah padam.

Senyum puas terlukis di bibirnya, tipis namun cukup untuk membuat jantung Aurora berdebar tak karuan.

“Enak?” suaranya rendah, bergetar di antara udara hening malam itu.

Aurora menatapnya tajam tapi tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Kairos terkekeh, ia mengambil selembar tisu dari meja samping, lalu dengan gerakan hati-hati, ia mengusap sisa makanan mereka di sekitar bibir Aurora.

Sentuhannya ringan, nyaris seperti belaian yang tak disengaja, namun cukup membuat napas Aurora kembali tercekat.

Wajah Kairos yang begitu dekat membuat Aurora ingin memukulnya kalau saja ia punya tenaga dan sedikit keberanian?.

Aurora menoleh kesamping, berusaha mengalihkan pandangannya.

Tapi Kairos kembali bergerak, mengambil sendok berikutnya, meniup perlahan makanan hangat itu sambil menatapnya dalam-dalam.

“Kamu masih mau ngeyel, hmm?” ujarnya pelan tapi tegas. “Mau aku suapkan makanan dengan cara kayak tadi?.”

Aurora langsung menggeleng cepat membuat Kairos mengangkat sebelah alisnya.

Dalam diam, Aurora masih ingat sensasi suapan pertama saat Kairos memaksa hingga makanan itu berpindah begitu saja ke mulutnya tanpa sempat ia protes.

Jantungnya masih berdegup cepat tiap kali mengingat momen itu.

"Kau payah sekali Signorina Ricci, gerakan kamu tadi terlalu kaku." Celetuk Kairos santai membuat aurora melotot.

"Tadi itu memalukan" Balas Aurora.

Kairos terkekeh. "Oh ya? memalukan? tapi kau terlihat menikmatinya."

Kairos mendekat sedikit, mengangkat sendok di hadapan wajah Aurora.

“Sekarang kamu mau makan baik-baik… atau aku harus mengulang cara tadi?”

Nada suaranya terdengar datar, tapi matanya mengancam.

Aurora menelan ludah. Kali ini, tanpa perlawanan, ia menarik napas pelan dan membuka mulutnya.

Kairos tersenyum samar, ada gurat kepuasan di sana. Dengan gerakan tenang, ia menyuapkan makanan itu perlahan, memastikan sendok tidak terlalu penuh.

“Begini lebih mudah,” gumamnya rendah, nyaris seperti pujian.

Aurora menelan dengan hati-hati, menghindari tatapan mata elang itu.

Namun, Kairos masih memandangi wajah Aurora, ekspresinya berubah lembut seiring suara pernapasan Aurora yang mulai teratur.

“Lihat? Kamu cuma butuh sedikit dorongan,” katanya lagi, kali ini suaranya terdengar lebih hangat meski nada dominannya tetap terasa jelas.

Aurora tidak menjawab. Namun kali ini, ketika Kairos menyodorkan sendok berikutnya, ia tidak menolak sedikitpun.

Pintu kamar yang semula tertutup rapat tiba-tiba terbuka perlahan, menimbulkan bunyi klik lembut yang segera memecah keheningan.

Luna masuk lebih dulu dengan langkah cepat, diikuti Ava yang membawa kantong buah di tangannya. Namun keduanya mendadak berhenti tepat di ambang pintu.

Pemandangan di depan mata mereka membuat waktu seolah membeku.

"T-tuan Valente?"

Wajah Luna langsung menegang. Napasnya tertahan. 'Dia… di sini?'

Investor kemarin lalu baru saja datang ke sekolah internasional tempat mereka mengajar.

Pria yang dikenal dengan reputasi dingin, karismatik, dan jarang sekali menunjukkan sisi personalnya.

Sementara Aurora, yang bersandar di sandaran tempat tidur dengan selimut tersampir di pangkuan, menoleh pelan ke arah pintu, tak menyadari keterkejutan dua orang yang baru datang.

“Luna?” suaranya pelan.

Tapi pandangan Luna masih terpaku pada Kairos.

Kedua tangannya gemetar sedikit di sisi tubuh, berusaha menahan gugup yang tak beralasan. Ava di sampingnya bahkan tak berani bergerak.

Kairos akhirnya menoleh, menatap mereka singkat. Tatapan yang tajam tapi tak bermaksud mengintimidasi, lebih seperti seseorang yang baru saja tersadar bahwa waktunya sudah lewat dari yang seharusnya.

Tanpa sepatah kata pun kepada mereka, ia menegakkan tubuhnya, lalu menatap Aurora.

“Aku pulang dulu,” ucapnya lirih, suaranya dalam dan sedikit serak, seolah baru saja menahan terlalu banyak emosi yang tak terucap.

Aurora hendak bertanya, tapi belum sempat satu kata keluar, Kairos sudah mencondongkan tubuh, memberikan kecupan singkat di keningnya.

Sentuhan yang begitu lembut, tapi justru membuat dada Aurora terasa sesak.

Luna menahan napas. Ava menatap dengan mata membesar. Pemandangan itu seperti potongan adegan yang seharusnya tidak mereka lihat.

Kairos menarik napas panjang, menatap Aurora sekali lagi, seakan ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi terpaksa ditahan di ujung lidah.

“Ada urusan,” katanya singkat.

Tanpa menoleh ke arah Luna maupun Ava, ia berjalan keluar.

Suara langkah sepatunya bergema di lantai marmer, semakin menjauh hingga akhirnya lenyap di balik pintu yang tertutup perlahan.

Keheningan menyelimuti ruangan.

Luna menelan ludah, matanya masih melekat ke arah pintu. “Itu barusan… Kairos Valente, kan?” bisiknya nyaris tak terdengar.

Aurora hanya diam. Jemarinya menyentuh kening tempat kecupan singkat itu mendarat barusan.

Ada sesuatu di sana, sesuatu yang terlalu lembut untuk dijelaskan, tapi cukup untuk membuat hatinya bergetar hebat.

Tbc🤍

Janlup tinggalkan jejak ya guysss🥹

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!